ANCAMAN HADIR

7.4K 702 12
                                    

Sinar matahari menyelusup dari jendela kamar hotel yang ditempati Al. Perlahan mata tajam itu terbuka. Saat membuka mata, bayangan masih mengabur hingga dia mengejapkan matanya untuk memperjelas pandangan. Bibir merahnya tersenyum lebar ketika dia melihat sosok yang ia cintai masih tertidur lelap di dekapannya. Al teringat kejadian semalam saat mereka pulang dari dinner romantis yang Al siapkan spesial untuk Felic.

Al tersenyum manis menyambut bidadari burung besinya saat matanya mengejap. Pemandangan pertama setiap bangun tidur ketika ditugaskan di satu penerbangan apabila pesawat RON atau rest period .

Ketika RON semua kru disediakan kamar hotel, namun Al sengaja meminta Felic untuk tidur satu kamar bersamanya. Sudah menjadi rahasia umun tentang hubungan mereka.

"Good morning Felic-nya, Kapten Al?" sapa Al dengan senyum manis dan mengecup keningnya.

Felic membalas dengan senyuman lebar. Rasanya dia masih ingin bermalas-malasan di dekapan kekasihnya. Dia mempererat pelukannya, enggan untuk bangun.

"Eiiihh kok bidadari burung besinya Kapten Al bobok lagi sih?"

Felic tersenyum dalam pelukan, semakin menelungkupkan wajahnya di dada bidang Al. Matanya terpejam menghirup masculine yang selalu dapat menenangkan hatinya. Ia hirup dalam-dalam aroma tubuh yang selalu membuat candu baginya. Aroma tubuh khas yang dimiliki lelaki tercintanya, yang selalu membuatnya mabuk terpayang dan selalu dia rindukan.

Felic mulai nakal menggigit kecil dada bidang Al hingga meninggalkan tanda merah.

"Sayaaaang, jangan membangunkan yang masi tidur di bawah sana," ucap Al menahan gelora dalam tubuhnya.

Felic mendongak menatap Al yang terpejam menikmati sentuhan tangan Felic di dada seksinya.

"Ih kamu tu ya bilangnya jangan! Tapi justru menikmati," protes Felic dengan nada manja.

Al terkekeh dan membuka matanya. Dengan gerakan cepat dia menindih tubuh Felic dan menguncinya dengan tubuh tegap dan kekar dia.

"Kamu kok nantangin aku sih? Hm?" Al menyeringai jail.

Bukannya takut Felic justru memperlihatkan wajah menantang.

"Siapa yang nantangin kamu? Ak---" Belum juga Felic menyelesaikan ucapannya Al sudah membekap bibir Felic dengan bibirnya.

Dia melahap penuh bibir tipis itu. Ciuman panas pagi ini mengawali hari mereka. Tanpa memberi ampun pada Felic, Al melumat dan memagut bibir ranum Felic dengan mesra dan sayang.

Tangan Al sudah menjelajah di tubuh indah Felic hingga sampai di gundukan kenyal yang memabukan saat dia menghisapnya. Al meremas penuh sayang hingga Felic menggelinjang dan dadanya membusung ke depan. Ciuman Al turun di belakang telinga Felic, tempat di sensitif itu dijilat dan digigit kecil oleh Al. Al memberi tanda kepemilikan di leher jenjang Felic. Kulit putih dan mulusnya memperlihatkan tanda merah dengan jelas.

"Say, cukup! Aku nggak ku-at!" ucap Felic berat di sela kenikmatannya. Felic menyelipkan tangannya di rambut Al.

Saat ada sesuatu dalam diri Al yang ingin dikeluarkan, dengan cepat Al melepas cumbuan panasnya pagi itu dan mencium singkat bibir Felic lantas dengan cepat dia berlari ke kamar mandi. Felic mengontrol napasnya yang memburu dan mengusap peluh yang bercucuran di dahi.

Sedangkan di dalam kamar mandi, Al dengan rasa tersiksa mengeluarkan sesuatu yang tertahan di dirinya. Dengan susah payah ia melepaskan itu sendiri dan untuk mengurangi sakit kepala serta rasa pegal di sekujur tubuhnya, ia merendammemang al dan felic.

Mereka sering melakukan cumbuan panas seperti itu, namun Al tetap masih menghargai dan menjaga kesucian Felic. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga wanita tercintanya hingga waktunya tiba. Di saat Al bercumbu dengan Felic, saat ia merasa ingin pelepasan, Al selalu mundur dan melepaskan diri di kamar mandi dan meredamkan tubuhnya di badtub. Sebenarnya Felic merasa kasihan pada Al, namun Al sendiri yang menolak Felic membantunya pelepasan.

ISTRI KEDUA (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang