Vada kewalahan seorang diri menerima tamu-tamu yang datang melayat. Entah berapa banyak senyum palsu dan ucapan terima kasih yang ia berikan kepada para tamu. Syukurlah tetangga dan teman-teman Vada masih berbaik hati membantu dalam berbagai hal seperti memasang tenda, memesan makanan, mengurus ambulans dan pemakaman. Vada tidak mengerti lagi apa jadinya jika mereka tidak membantu Vada. Pasalnya, Vada tidak pernah mengurus pemakaman sendirian.

Sedangkan ibunya.. Sejak tiba di rumah ibunya sama sekali tak mau keluar dari kamar. Vada sudah membujuknya berkali-kali untuk makan tapi tak pernah ada jawaban. Ia akan sedikit merasa lega jika ia mendengar suara apapun dari kamar ibunya, jeritan maupun isak tangis. Tapi tak sedikitpun terdengar suara dari kamar ibunya. Kepada kerabatnya ia berbohong dan mengatakan bahwa ibunya merasa tidak sehat akibat kelelahan mengurus ayahnya di rumah sakit.

Rombongan pegawai kantor Wendell & Partners berdatangan. Diani, Edo, dan Mitchell datang dan memeluknya, memberikan semangat dan kekuatan yang ia butuhkan. Beberapa arsitek senior pun menyempatkan diri untuk datang, namun Pak Wendell senior maupun junior tidak ada yang terlihat. Hanya Bu Kristin sang sekretaris yang datang mewakili mereka. Vada memberikan senyuman palsu yang entah kesekian ratus kali kepada Bu Kristin saat ia menyalaminya dan menggenggam tangannya. Entah mengapa Vada sangat ingin melihat wajah Bagas, meskipun hanya sekilas. Ia merasa hari ini lebih menyedihkan tanpa kehadiran Bagas,

Akhirnya waktu itu pun tiba. Saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada ayah Vada. Vada mendekati jenazahnya yang terbaring di tengah-tengah ruang keluarga mereka. Vada menunduk dan mengecup kening ayahnya untuk terakhir kalinya. Beberapa orang kemudian membawa peti jenazahnya ke dalam mobil jenazah. Vada menghapus airmatanya. Ia harus mengeluarkan ibunya dari kamar dan pergi mengantar jenazah ayahnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Vada mengetuk pintu kamarnya dengan pelan. Ia sudah terlalu lelah untuk menghadapi ibunya. "Mereka akan membawa Ayah ke pemakaman, Bu."

Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Ibu Vada melangkah keluar dengan tatapan lesu. Vada pun mengiringnya masuk ke dalam mobil jenazah, menemani ayahnya dalam perjalanan terakhirnya.

"Berangkat sekarang saja, Pak, sebelum semakin gelap, jalanan juga macet," sahut Vada kepada supir.

Mereka pun berangkat menuju taman pemakaman yang letaknya cukup jauh dari rumah. Vada merasa ketar-ketir memikirkan jalanan yang sudah mulai macet akan membuat perjalanan memakan waktu yang lama. Namun tiba-tiba sebuah motor polisi menyalip di depan mobil jenazah dan mengawal perjalanan mereka sehingga mereka pun terhindar dari kemacetan.

Ketika mereka tiba di taman pemakaman, Vada pun menyempatkan diri untuk berterima kasih kepada polisi tersebut. Namun sebelum ia sempat menanyakan siapa yang memintanya untuk mengawal perjalanan mereka, Vada sudah didorong untuk segera menuju lokasi makam. Vada hanya bisa berterima kasih dalam hati kepada siapapun yang mengirimkan polisi tersebut dan membantu mempercepat perjalanan terakhir Ridwan Kusuma.


Bagas's POV

"Terima kasih, Kristin, kau sudah banyak membantuku menolongnya. Setidaknya aku harus melakukan itu karena aku tak bisa meninggalkan makan malam sialan ini untuk menghadiri pemakaman ayahnya," bisikku di telepon. Aku sedang menelepon Kristin di toilet restoran untuk memastikan pemakaman ayah Vada berjalan tanpa hambatan. Aku merasa sungkan untuk melakukan panggilan telepon di acara makan malam yang cukup formal ini, apalagi mengingat itu akan terasa mengganggu obrolan antara Dad dengan Pak Halim.

Aku hanya ingin meringankan beban Vada. Ketika aku mendengar kabar bahwa mobil jenazah berangkat pada sebelum petang ini, aku langsung menyuruh Kristin untuk meminta polisi memberikan pengawalan. Memang ada harga yang harus dibayar, mengingat ini permintaan yang mendadak, namun aku bersedia membayarkannya dengan uangku sendiri, untuk menghilangkan rasa bersalahku yang tidak bisa datang pada pemakaman ayahnya.

Keluar dari kamar mandi, aku dikagetkan dengan keberadaan Alissa yang berpapasan denganku.

Alissa Halim merupakan wanita yang sangat cantik. Matanya yang sipit melengkung, membuatnya terlihat seperti ia sedang tersenyum setiap saat. Postur tubuhnya cukup tinggi untuk wanita keturunan Tionghoa. Namun aset terbesarnya adalah payudaranya, yang saat ini ia pamerkan dalam gaun kemben dengan belahan di dadanya. Penampilan seperti itu dapat membuat setiap laki-laki melotot memperhatikannya, aku sendiri heran melihat orangtuanya membiarkannya berpakaian seperti itu. Aku yang dulu mungkin tergoda, namun sekarang aku masih merindukan payudara Vada yang berukuran sedang namun memikat itu.

"Astaga, apakah kau mengikutiku?" ucapku karena terkejut.

"Relax, aku bukan wanita penguntit seperti itu. Aku cuma mau cuci tangan, see?" jawabnya menunjukkan tangan yang berpoles kutek berwarna merah menyala, yang ternyata terkena semacam kuah atau saus.

"Oh, baiklah, aku akan kembali ke meja kita," sahutku menghiraukannya.

"Kau," katanya tiba-tiba, "kau habis menelpon pacar rahasiamu? Wajahmu terlihat begitu terkejut," ujarnya sambil menaikkan alis, bertanya-tanya.

"Bukan urusanmu," jawabku pendek.

"Sebentar lagi akan jadi urusanku juga kok," sambutnya ringan sambil mencuci tangannya, "kau sadar, kan, kita akan dijodohkan?"

Mendengar perkataannya, ekspresiku mengeras. "Aku tidak menolerir perjodohan," ujarku tajam. Akupun langsung pergi meninggalkannya, kembali ke meja makan. Aku enggan melanjutkan pembicaraan tersebut. Aku tidak dapat membayangkan diriku terlibat dalam hubungan romantis dalam bentuk apapun dengan Alissa, apa lagi pernikahan. Yang ada di kepalaku saat ini cuma Vada, meskipun ia kerap membuatku marah.

Kalau saja aku berlama-lama disana, mungkin aku bisa melihat ekspresi sedih Alissa yang berkata, "Aku juga tidak."


A/N: Hai, aku update lagi cerita Ovulation Complex. Author mau ngenalin tokoh baru, Alissa Halim, yang bakal bikin cerita ini makin pedas hehehe. Jangan marah-marah soal lambatnya author mengupdate cerita ya, kan author sudah bilang author lagi magang sambil skripsi. Kalau bisa semangatin author ya!


Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 13, 2015 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Ovulation ComplexDonde viven las historias. Descúbrelo ahora