Bab 5

129K 2.7K 17
                                    

A/N: Here's Kimbely Ryder as the cast of Vada Kusuma. Pas banget lagi bersanggul gitu, kira-kira penampilan Vada di bab ini seperti itu deh.


Vada dan Bagas memasuki ballroom dan langsung ditemui berbagai rekan kerja dan saingan dari kantor-kantor arsitek terkemuka baik dalam mau punluar negeri. Ada Instinct Architects, PMDB, Kevin Anderson Architects, Zaheed & Partners, Shui & Yamada, dan lain-lain. Kantor arsitek yang berbasis di Indonesia yang diundang hanya Wendell & Partners dan Warchitects. Vada belum melihat perwakilan Warchitects sama sekali, mungkin terlambat.

Acara makan siang pun dimulai. Vada dan Bagas duduk semeja bersama dengan perwakilan Shui & Yamada, Zhang Lu Xun dengan dua arsitek juniornya. Vada yang mengobrol dengan Lu Xun demi norma kesopanan tidak menyadari bahwa mata sang arsitek berkebangsaan Tionghoa itu sudah sejak awal jelalatan ke lekuk tubuh Vada. Bagas berang dan bersikap sedikit kasar kepada Tuan Zhang secara terang-terangan. Vada menendang kaki Bagas saat ia tak menjawab pertanyaan Lu Xun.

Tingkah Bagas semakin menjadi-jadi ketika ia melihat banyak lelaki yang berusaha mendekati Vada. Charles Vanderbilt, putra pemilik Vanderbilt Corps yang ikut datang dalam acara tersebut, menghampiri Vada dan mengajaknya berkenalan. Ketika jabat tangan mereka tak kunjung dilepaskan oleh Charles, Bagas tiba-tiba menyerobot dan menarik tangannya untuk bersalaman dan memperkenalkan diri. Seorang pelayanpria yang sempat disenyumi Vada berusaha memberikan minuman ekstra kepadanya, yang langsung diminum Bagas tanpa ucapan permisi sebelumnya. Terakhir, Iskandar Zaheed yang dulu pernah bekerja sama dengan Vada sebagai perwakilan Wendell & Partners dalam suatu proyek, menyapa mereka dan mengajak foto bersama. Zaheed yang sudah bersiap di sebelah Vada tiba-tiba diselak oleh Bagas. Bagas sendiri langsung merangkul pinggang Vada dengan erat ketika sang fotografer mengambil foto.

Vada yang sudah semakin meledak-ledak langsung permisi dari Zaheed dan menarik Bagas ke luar hall hotel.

"Bapak sebenarnya kenapa sih? Saya tidak habis pikir dengan perlakuan kasar Bapak dengan tamu-tamu yang lain. Apakah Bapak tidak pernah diajari sopan santun?" terdengar rentetan amarah Vada.

"Saya? Kau yang tidak tahu diri. Memakai gaun yang.. menunjukkan lekuk tubuh seperti itu. Tidak lihat tamu-tamu yang lain langsung meneteskan air liur mereka di hadapanmu? Saya tidak mau dianggap membawa wanita escort yang bisa digilir siapa saja. Kau ini arsitek, bukan wanita penghibur yang dikirim oleh kantor!"


"Wanita penghibur? Bapak maksud saya? Darimana Bapak bisa mendapatkan kesimpulan seperti itu? Hanya karena pendapat subyektif Bapak yang memutuskan bahwa gaun sopan yang saya pakai ini terlalu ketat?"


"Baiklah, memang komentar saya terlalu berlebihan terhadap baju yang kau pakai. Tetapi tingkah lakumu terhadap mereka dapat menimbulkan kesalahpahaman. Apa kau mau setelah ini para lelaki itu mengetuk pintu kamarmu untuk meminta jatah?"


"Ya Tuhan, Pak Bagaskara Edison Wendell. Kalau Bapak menganggap bahwa tata krama dan sopan santun terhadap sesama kolega dan saingan kerja itu tindakan yang 'dapat menimbulkan kesalahpahaman', Bapak benar-benar sudah kelewatan. Yang saya lakukan hanya demi menjaga nama baik dan relasi di antara mereka. Cobalah Bapak dengar sendiri kata-kata barusan. Sebenarnya yang menganggap saya 'wanita escort'atau 'wanita penghibur' itu tamu-tamu acara barusan atau Bapak sendiri?" oceh Vada sambil menunjuk-nunjuk dada Bagas.

Bagas yang awalnya masih melotot lama-lama melunak setelah mencerna kata-kata Vada. Ia sedikit terkesiap. Ia sadar sekarang bahwa ia sudah terlalu berlebihan.

Vada yang melihat pandangan Bagas melembut pun menjadi terpaku. Vada dan Bagas sama-sama tidak sadar bahwa posisi mereka sudah berhadapan dekat. Tangan Vada yang tadinya menunjuk dada Bagas melebar,merasakan cepatnya detak jantung Bagas, entah karena amarah atau karena posisi mereka yang 'dapat menimbulkan kesalahpahaman'. Tangan Vada seperti bergerak tanpa diperintah, turun kebawah merasakan otot sixpack Bagas seperti yang tadi Vada pertanyakan dalam pikirannya. Atmosfir yang emosional dan penuh amarah kini telah berubah. Tangan Bagas menyentuh tangan Vada dan menariknya kembali ke dadanya.

Ovulation ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang