0.1 : The Marriage

5.8K 273 23
                                    

Alaska's POV

Sekarang wajahku sudah rapih dihias dengan make up dan aku juga sudah menggunakan gaun putih yang panjangnya bisa menyapu lantai.

Ya, aku akan menikah tapi sayangnya aku menikah bukan dengan orang yang aku cintai tapi aku dijodohkan oleh kedua orang tuaku. Biasalah, menikahkan anaknya agar bisnisnya makin jaya.

Sebaiknya aku perkenalkan namaku dulu agar kalian tidak bingung. Namaku Alaska Elvani Kenzo. Ya biasanya orang memanggilku Al, tapi kedua orang tuaku malah memanggilku Ken. Itu berasalah dari nama keluargaku KENzo. Aku masih berumur 19 tahun dan aku masih berkuliah. Aku memiliki rambut yang panjangnya hampir sepinggang berwarna coklat tua hampir hitam.

Aku mempunyai satu kakak yaitu Marcus Kenzo, tapi orang - orang memanggilnya Mark. Umur kami terpaut 3 tahun. Dia sudah menikah sama sepertiku DIJODOHKAN. sekarang dia dan istrinya Helena, sudah memiliki anak laki - laki bernama Josh. Kalian tau, awalnya kakakku juga menolak perjodohan itu mentah - mentah. Tapi ternyata karena waktu dia bisa mencintai Helena.

Aku diiringi oleh papaku yang akan mengantarku ke altar. Disana sudah berdiri laki - laki yang berambut blonde dengan mata berwarna biru terang sedang memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Setelah papaku mengantarku hingga altar aku segera berdiri berhadapan dengan laki - laki yang dijodohkan denganku.

"Luke Robert Hemmings, apa kau bersedia selalu setia di saat Alaska Elvani Kenzo sakit atau sehat, kaya atau miskin, sampai maut memisahkan kalian?" di pertengahan pemberkatan perkawinan, pastur berkata seperti tadi.

"Ya, saya bersedia" jawan Luke.

"Alaska Elvani Kenzo, apa kau bersedia selalu setia disaat Luke Robert Hemmings sakit atau sehat, kaya atau miskin, sampai maut memisahkan kalian?" tanya pastur tadi kepadaku.

"Ya, saya bersedia" jawabku.

Setelah mengucapkan janji pernikahan kami bertukar cincin.

"Kalian saya resmikan menjadi suami istri, dan suami bisa mencium istrinya" ucap pastur tadi.

Ohmaigat, aku ga mau ciuman sama laki - laki ini. Dengan gerakan cepat Luke a.k.a suamiku sekarang mengeratkan tangan kanannya di pinggangku dan mendekatkan badanya ke badanku. Lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku dan memiringkan wajahnya agar saat berciuman, kami tidak terhalang oleh hidung kami yang mancung.

Dengan cepat Luke menyatukan bibirnya dengan bibirku. Ciuman ini hanya satu menit kira - kira, ya hanya untuk lambang.

Selesai acara pemberkatan pernikahan, aku dan Luke disambut oleh mobil sedan mewah berwarna putih dengan hiasan bunga diatasnya.

Kami berdua segera masuk ke dalam mobil tersebut, dan Luke yang membukakan pintu untukku. Lalu mobil mulai melaju dan kami berdua melambaikan tangan kami ke kedua orang tua kami dan sahabat - sahabat kami yang mengahadiri acara pemberkatan pernikahan kami.

"Pak, kita menuju kemana ya?" tanyaku ke supir mamaku. Ya dia menyuruh supir pribadinya untuk mengantarku ke tempat tinggal kami yang baru.

"Saya akan mengantar non ke apartement baru non" jawabnya sopan. Jadi mama membeli apartemen untuk tempat tinggal kami? Kurang menyenangkan.

Aku hanya diam di di mobil, begitu pula dengan Luke, dia diam karena sibuk memainkan iPhonenya.

"Jangan terlalu sering menggunakan barang itu" ucapku dengan mata menunjuk ke iPhone yang sedari tadi dipegang oleh Luke.

"Jarang kok, ini cuma balesin sms yang masuk pas nikah kita tadi" balasnya.

••

Sekitar 30 menit kemudian kami sampai di apartemen yang kelihatanya sangat mewah. Aku yang masih menggunakan gaun pengantinku harus dibantu oleh supirku dan Luke untuk berjalan, karena beberapa kali aku tersandung sendiri oleh gaunku sendiri.

Kami disambut hangat oleh resepsionis yang ada, kata supir mama sih mereka sopan dan baik seperti tadi karena mama adalah donatur apartemen ini dan mereka tau bahwa aku anaknya.

Pak supir yang menekan tombol lift, dia menekan angka 14, yang berarti aku akan tinggal di lantai 14. Dan kami berhenti di pintu no 1402.

"Ini non kuncinya. Saya hanya bisa mengantar sampai sini dan kata nyonya di dalam sudah disediakan baju dan kebutuhan lainya untuk non dan suami non" katanya ramah.

"Makasih pak" jawab aku dan Luke bersama.

"Perlu gue bantu?" tanya Luke saat aku memasuki pintu yang ternyata susah karena aku masih mengenakan gaun nikahku tadi.

"Gausah, gue bisa sendiri" balasku ketus.

"Okay" jawabnya pasrah.

Dengan pelan - pelan aku bisa masuk ke dalam pintu sialan tadi, ya walaupun susah banget.

"Luke, bantuin gue buka gaun ini tolong" ucapku.

"Apa yang harus gue bantu?" tanyanya dengan tampang bodohnya.

"Tolong buka resleting belakang" jawabku.

"Lu ga pake bh? Ewww" ucapnya setelah membuka resleting gaunku.

"Sialan lu" ucapku tak mau kalah.

"Gue mau mandi, bisa ga lu buatin gue makan siang?" tanyaku.

"Ga, gue harus langsung ngerjain tugas kuliah gue. Pesen makanan saja. Kita ini kaya, gak usalah berlaga macam orang tak mampu" ucap Luke sombong.

"Gue ga kaya Luke, tapi orang tua gue. Begitu juga dengan lu bodoh" ucapku.

"Terserah. Oh ya, lu bisa pacaran sama laki - laki idola lu di kampus" ucap Luke sinis.

"Itu pasti, lu juga sama" balasku.

••

"Luke, gue mau tidur dikamar, lu tidur di ruang tamu saja ya" ucapku.

"What? Enak aja, nanti kalo pagi - pagi badan gue pegel semua gimana?" tanya Luke.

"Ya derita lu" ucapku lalu langsung menenggelamkan kepalaku ke bantal.

••

Aku bangun karena suara alarm yang sudah kusetel tadi malam. 06.00 am. Langsung kumatikan alarm tersebut, tapi aku merasa perutku seperti ditahan. Dengan cepat kualihkan mataku ke arah perut dan ternyata ada tangan Luke yang sedang memeluk perutku mungkin.

"LUKE, LEPASIN TANGAN LU" teriakku.

"Hhm, ghuaau masih hantuk" jawabnya tidak jelas.

"Gue ga nyuruh lu bangun ya, gue cuma mau lu lepasin tangan lu" ucapku tepat di telinganya.

Bukanya dia melepas tanganya dari perutku, dia malah makin mengeratkanya. Dasar modus.

"Luke astaga, gue gabisa nafas ini kalo lu neken tangan lu" ucapku.

"Mahaf" ucapnya sambil merem dan melepaskan tanganya dari perutku.

Jadi, tadi malam gue tidur dengan Luke itu? Awas aja kalo dia sampai macam - macam, ucapku dalam hati.

Untung saja hari ini hari minggu, jadi aku tidak usah mandi pagi - pagi lalu membawa berbagai macam buku dan pergi ke kampus. Jadi kuputuskan aku tidak mandi dulu, mungkin aku mandi setelah sarapan.

Aku langsung membuat omelet. Ya karena aku baik si Luke juga aku buatkan.

"Al, sedang apa?" ternyata itu Luke yang masih ngantuk. Dia berbicara tapi masih memejam - mejamkan matanya seperti orang susah melek.

"Buta lu? Jelas - jelas gue lagi masak" jawab gue sarkas.

"Aduh, gue kan nanya baik - baik. Kenapa harus sewot sih balesnys" ucapnya lalu mendaratkan bokongnya di kursi meja makan.

"Yaudah, nih makan aja. Gue cuma bisa masak beginian doang" ucapku lalu meninggalkanya ke kamar.

Hehe ini gaje banget ya? Maafkan lah authornya ngaco mungkin. Sorry for typo(s)
Tapi jangan lupa vommentnya ya!

Forced Marriage // L.H Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang