Zeon's Case : Men In Pink I

Start from the beginning
                                    

Suara bel kami berbunyi. Seperti biasa aku segera meluncur untuk menyeleksi klien kami. Zeon itu sangat selektif dalam memilih klien. Dan anehnya bukan karena kasusnya sendiri, melainkan pribadi klien atau sesuatu yang ada pada diri klien. Ia tidak suka uang. Ia sudah kaya raya. Sejauh aku menjadi asisten pribadi Zeon, agensi kami telah menolak puluhan klien dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.

Contohnya Zeon menolak klien itu karena klien mempunyai tahi lalat, klien memakai baju yang sama dengan Zeon, klien memakai make up terlalu tebal, klien mewarnai rambutnya dengan warna merah, kliennya berjumlah tiga orang, klien memakai wig, klien mengomentari salah satu rubiknya atau mencoba menyelesaikan salah satu rubiknya, klien yang sedang makan apel, dan beberapa hal aneh lainnya. Tapi, mungkin hari ini mudah untukku menolak klien kami kali ini, karena Zeon ingin jalan-jalan. Refreshing.

Aku menghampiri pintu dan membukanya.

Seorang gadis berumur kira-kira sama denganku. Mungkin. Aku sebenarnya tidak pernah benar-benar bisa menilai seseorang dengan baik. Gadis itu terlihat rapi dan seksi. Aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya. Rapi dan seksi. Bagaimana ya? Ia memakai baju kantoran yang resmi, hanya roknya sedikit dibawah pinggang.Wajah gadis itu tidak ada yang spesial. Tidak bisa dibilang cantik ataupun jelek. Biasa saja. Rapi dan seksi. Maksudku rapi.

“Maaf,” kata gadis itu, “tempat detektif Zeon?”

Aku heran kenapa semua orang yang datang ke sini selalu menanyakan pertanyaan itu. Bukankah di plang depan terpampang jelas nama detektif Zeon.

“Iya.”

“Aku Vanecia Rosa,” aku gadis itu, “bisa bertemu Zeon?”

“Aku rasa...”

Belum sempat selesai bicara, Zeon ternyata sudah ada di belakangku.

“Halo Van...” sapa Zeon ramah.

Aku melihat wajah Zeon agak memerah. Aku merasa Zeon mulai kelihatan aneh, ya walaupun dari dulu ia sudah aneh. Tapi kali ini aku yakin Zeon benar-benar aneh. Pasti ada sesuatu.

“Zeon...???”

“Silahkan masuk!” kata Zeon akhirnya, sambil masuk Zeon memperkenalkanku “oh ya ini Zerry, asistenku. Dia tidak spesial kok.”

Aku hanya tersenyum pada Vanecia. Apa sih maksud Zeon?

“Oh ya,” kata Zeon yang terlihat salah tingkah, Zeon bertanya padaku “kenapa kau belum membeli sofa?”

HAH? Aku selalu ingin membeli sofa, kau bilang itu tidak penting.

“Kan kau...”

“Sudahlah...” kata Zeon, “aku memaafkanmu kali ini.”

Gila. Orang ini sudah gila. Gadis bernama Vanecia ini membuat Zeon jadi gila.

“Kau beli sekarang!” kata Zeon.

“Tapi...”

“Sudahlah,” kata Vanecia tersenyum, “aku duduk di bawah saja.”

“Benar tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa.”

“Omong-omong,” kata Zeon, “ada apa ya?”

“Kau selalu begitu dari dulu, tidak ada basa-basi.”

“Memangnya harusnya aku bertanya apa dulu?”

“Tanya kabar?”

“Apa kabar?”

Vanecia tertawa terbahak-bahak. Zeon hanya tersenyum kecil.

“Ada yang lucu ya?”

“Bukan begitu,” kata Vanecia masih dengan tawa yang geli, “kau masih saja terlalu kaku.”

My Name Is ZeonWhere stories live. Discover now