Part 10

709 30 2
                                    

Amaar berpikir sejenak " Tentu saja aku menyelidikimu sebelum kita menikah. Siapa tahu kau istri dari seseorang. Atau perempuan2 yg dengan berbagai cara menjebak pria2 kaya atau ,,,,,." Amaar tidak menyelesaikan kalimatnya, karena dilihatnya Simran nampak sedih dengan penjelasan Amaar barusan. Amaar merasa apa yg diucapkannya sudah berlebihan , ia berjalan mengelilingi meja mendekati Simran " Heii,,,, My Laddu, maafkan aku . Aku hanya bercanda.Okey honey ? Sumpah tidak pernah terlintas sedikitpun dalam fikiranku bahwa aku meragukan moralmu. You're my pearl , you're beyond imagianation. Stop crying ,Okey ?" Sebenarnya Simran hanya pura2 tapi melihat wajah serius Amaar, Simran tak tahan untuk terus bersandiwara.Ia tertawa terbahak2 melihat wajah pucat Amaar. Amaar menyadari bahwa Simran sedang mempermainkannya barusan." Simraaaaannn,,,,,!!! Aku kesal dan menyesali perkataanku dan kau malah tertawa ? Keterlaluan. !" Gantian Amaar yang memasang muka marah. Dan berpaling dari Simran.
Simran menyesal dan meraih wajah tampan Amaar. Tapi Amaar tak bergeming

" Heiii, sudahlah, kenapa kita jadi ribut . Aku minta maaf, darl. J'et sui..."

" Tidak akan pernah,,,aku tidak mau bicara padamu !,"

" Baiklah, kau memang keras kepala."

" Kalau begitu kau apa ?"

" Aaaahhhhh,,,," Simran menjerit kesal.

Amaar tertawa karena godaannya berhasil membuat wajah Simran merah padam.

" Tuan ,,,,Amaar Ali Khaaaan !!!"

" Hahaha, aku senang melihat wajahmu yang ganas tapi sangat menggemaskan. Kau tahu wajah inilah yang membuatku bergairah ketika pertama kalinya kita bertengkar karena Ruksar, dan aku berhasil menaklukanmu kan Laddu...hahah.."

Wajah Simran yg tadi memerah menahan amarah kini berubah melembut dan tertunduk menyembunyikan wajahnya yang tertunduk malu. Amaar mendekatkan wajahnya, menunduk dan mengambil wajah Simran dg menggerakkan bibirnya ke bibir Jodha dan dengan sungguh2, menciumnya demgan penuh perasaan lalu melepaskannya sesaat sambil wajahnya tetap di dekat wajah Simran." I ,,,Love You,,,." Mata mereka bertemu,,,

Sepanjang perjalanan , Amaar hanya khawatir tentang satu hal, dapatkah Simran tegar ketika bertemu dengan Surya dan Sukania nanti. Mood yg dibangunnya seharian ini diharapkan mampu membuat Simran tegar menghadapi pertemuan itu. Amaar tahu tentang hubungan Simran dan Surya dimasa lalu dan mengira2 bahwa hal itu lah yang membuat Simran ingin menghindari mereka. Amaar mengerti, dan ia tak khawatir ttg perasaan Simran kepada Surya saat ini. Yang ia tahu, seiring dengan berjalannya waktu Simran punya cinta yang sangat besar kepadanya. Jalal yakin itu. Sambil menyetir pulang, Jalal tak henti2nya melirik dan menggenggam jemari Jodha mengalirkan kekuatan dan dukungannya pada Jodha. Dan Jodha hanya bisa balas tersenyum menyadari perhatian dan perlindungan yang diberikan Jalal pada dirinya.

***

Jalal memasukkan mobilnya ke garasi, dan Jodha masuk lebih dahulu ke dalam rumah. Meena, Sukania dan Surya sedamh duduk di ruang tengah. Sukania berdiri sambil meraih kruk disebelahnya. Kadang2 ia memakai proteasenya, walaupun ia lebih sering melemparkannya daripada memakainya. Sukania menyapa lebih dahulu

" Wow , Jodha Jiji, apa yg membawamu kembali ke Mumbai ? Sudah terlalu bosankah kau tinggal di Paris ? atau ada yg kau rindukan di Mumbai ini. " Sukania berdiri memandang Jodha dan Surya bergantian.

Tepat saat itulah Jalal masuk, dan mendengarkan perkataan Sukania.
" Tentu saja Jodha sangat merindukan keluarganya. Hal yg wajar bukan bila seseorang yg tinggal jauh merindukan keluarganya." Jalal berpaling ke arah Jodha " Ayo sayang aku bantu kau menyiapkan makan malam. Nanti makanannya jadi dingin." Jodha menganggukboada Meena untuk mennyajikan makan malam. Sebenarnya keluarga ini tidak pernah melakukan makan malam bersama. Tapi karena Jidha sudah membeli berbagai macam menu lauk pauk, akhirnya Meena memerintahkan sukania dan surya untuk duduk juga di meja makan.

Jalal duduk bersebelahan dengan Jodha, sedangkan Sukania dan Surya duduk dihadapan mereka. Meena berada diujung meja dan mempersilahkan semuanya memulai makan malam mereka. Jodha mulai menyendokan nasi briyani dan lauk pauk yang dibelinya barusan lalu menyerahkan piringnya pada Jalal.

" Terima kasih, Laddu." Jalal mengambil piringnya. Tapi ia berhenti sesaat ketika semua mata yg ada di meja itu melihat ke arahnya. Dan Jodha yang memberi tatapan mautnya agar'jangan memanggilnya seperti itu di depan mereka'. Jalal tak kurang akal dan menjawab " maafkan aku , aku terbiasa memanggilnya begitu. Tidak salah bukan ? Lagi pula siapa yg bisa membantah, bukankah Jodha memang manis seperti Laddu (manisan) ?" Jalal mengedipkan sebelah matanua pada Jodha, sementara wajah Jidha masih memerah menahan malu atas godaan Jalal barusan. Sukania menjawab

" Owh , tentu saja tidak salah. Setiap pasangan pasti punya panggilan kesayangan untuk istri atau suaminya. Iya kan my honey bunny sweety darling ?" Sukania menoleh dan memamdang tajam ke arah surya, memaksa ia mengatakan sesuatu yang mendukungnya.

" Oo,,ooh..um tentu saja kudaa,,,kuda liarku." Surya mengatakannya dengan ceria tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Semua orang yg di meja menatap heran pada Surya dan menyembunyikan dengan geli tawa mereka masing, kecuali Sukania yg kini memandang Surya dengan bengis. Sukani baru akan mencela Surya ketika
Meena menengahi

" Ehh, sudah2 tidak baik ribut2 di meja makan, ayo kita makan. Nanti makanannya dingin." Meena beralih memandang Jodha dan Jalal , lalu melanjutkan " nah, sekaranh ceritakan tentang keluarga Jalal di Paris Jodha, apakah mereka menerimamu dengan baik ?"

Jodha memandang Jalal sesaat. Jodha tahu Jalal cemas. Ekspresi wajahnya menyiratkan ketegangan. Pasti Jodha bingung menjawabnya. Tapi Jodha menenangkan Jalal dan menggenggam tangannya.' Tidak perlu khawatir , darl.'

Jodha berpaling pada Meena dan menjawab" mereka semua baik , Bu. Jalal punya Ibu angkat dan anak asuh yg selalu baik padaku. Ayah dan Ibu Jalal sudah meninggal, sama sepertiku. Mungkin memang Takdir yang menginginkan kami untuk bersama dan saling melengkapi."

Jalal terharu dengan jawaban Jodha. Ia semakin mengeratkan genggaman tangan Jodha.'Thanks, Laddu.'

Acara makan malam selesai. Meena sudah masuk ke kamarnya. Sedangkan Sukania dibantu oleh Surya juga masuk ke kamar mereka. Jodha baru akan beranjak membersihkan dan merapukan alat2 makan, ketika dirasakan mual yang amat sangat dari perutnya,,,,

" HUEKKKK,,," Jodha me***tahkan semua yang baru saja masuk ke dalam perutnya tadi. Rasa pusing melandanya sesaat dan tubuh Jodha menjadi oleng.

Jalal menoleh dan segera memegangi tubuh Jodha " Ada apa ? Pasti kau masuk angin karena kita berada diluar seharian." Jalal tampak sangat khawatir. Ia membantu membersihkan mulut Jodha lalu mendudukannya. Ia juga membersihkan bekas ***tahan Jodha walaupun Jodha sudah melarangnya.

" Biarkan saja , darl. Aku yg akan membersihkannya nanti. Aku hanya pusing dan mual sedikit. Mungkin juha karena masuk angin. Sudahlah tinggalkan saja." Kata Jodha dgn mendorong tubuh Jalal.

" Biarkan aku yg membersihkannya Jodha, kau istirahat saja." Jalal mengantar Jodha ke kamar, dan kembali ke ruang makan untuk membersihkan dan merapikan bekas makan malam mereka.

***

Di kamar, Jodha sedang memegang sebuah testpack yg dibelinya tanpa sepengetahuan Jalal tadi,,,

PRECAP : Lagi,,,paket misterius untuk Jodha.


Love In ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang