Part 8

598 26 0
                                    


Amaar mengecup ubun2 simran yang ada di bahunya berkali2, dan lebih mengeratkan pelukannya di bahu simran dlm posisi berbaring itu. Sementara simran meringkuk ke tubuh amaar dan melipat kedua tangan diperutnya sendiri.

Malam masih bergulir dan mereka masih bergulat dg fikirannya masing2. Amaar memecah keheningan itu dengan menanyakan sesuatu pada simran.

" Kalau suatu hari aku harus terpisah darimu, maukah kau berjanji satu hal padaku , Laddu ? " Simran terkejut dan bangun dari posisi tidurnya lalu menghadap Amaar.

" Apa sebenarnya yg ingin kau katakan,darl ? Kau mau kemana ? "

" Jawab saja pertanyaanku." Suara Amaar melemah, masih dg posisi berbaringnya.

" Tidak, tidak, aku tidak mau berjanji apapun. Kau tidak akan kemana2. Kau akan selalu disisiku. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu. Setelah aku merasa sangat bergantung padamu. Jangan pernah mengatakannya lagi, darl. Aku tidak suka kau berkata seperti itu. " simran turun dari tempat tidur untuk menyembunyikan air mata yg mulai menggenang di sudut matanya. Ia berjalan menuju jendela kamar yg terbuka dan memandang ke arah luar. Amaar menyusul Simran dan memeluknya dari belakang. Meletakkan kepalanua di bahu istrinya dan menghirup dalam2 aroma tubuh Simran.

" Jika sesuatu terjadi padaku, kau harus kuat Laddu. Kau harus tetap hidup, kau harus selalu kuat. kau akan selalu hidup bahagia dan dicintai oleh banyak orang. Kau akan hidup lama sampai rambutmu memutih semua. Dan kau akan meninggal di tempat tidur dengan nyaman dan penuh cinta. Berjanjilah padaku , my Laddu ? " Suara amaar semakin parau. Ia juga tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Kekhawatirannya tentang keselamatan simran adalah prioritasnya saat ini. Untuk itu dia akan sanggup melakukan apapun asal simran selamat dari ancamam bahaya yg mungkin mengintainya saat ini. Amaar mengeratkan pelukannya dipinggang simran dan menenangkannya dengan mencium bahu simran yg kini naik turun karena menangis diam2.

Simran tiba2 berbalik menghadap amaar , masih dengan uraian air mata, simran berkata dengan emosi

" Apa sebenarnya maksudmu? mengapa kita harus berpisah? Apakah ini bentuk permainanmu yang lain lagi darl ? Jawab aku !!" Simran mengguncang2 bahu amaar.

Amaat menenangkan simran "Sshhh,,tidak akan terjadi apa2 padaku. Hanya saja kita tidak tahu umur kita , laddu. Melihatmu yg menangis waktu itu, aku tahu kau sangat rapuh. Kau harus tegar, Kau harus kuat, kalau ternyata aku meninggalkanmu lebih dahulu. "

" Kalau begitu katakan pada Tuhanmu untuk membawaku juga, karena aku benar2 tidak dapat hidup sendiri tanpamu, darl. Aku mohon, Jangan tinggalkan aku. Aku mohooon,,,aku hanya punya dirimu di dunia ini , darl,,,,aku tidak punya siapa2 lagi selain dirimuu..." simran menangkupkan kedua tangannya dan memohon pada amaar sambil menangis. Ia menjadi sangat emosi karena amaar seolah2 berbicara tentang kematiannya. Lebih emosi lagi ketika amaar akan meninggalkannya sementara waktu di Hawaii ini, dan entah kapan akan kembali. Amaar memegang tangan simram yg tertangkup didepan bibirnya. Simran melanjutkan " Kemanapun kau pergi ,,bawa aku bersamamu , darl,,,aku sanggup menghadapi apapun, asal bersamamu...hein na ?"

Amaar terharu dan tanpa sadar dua bulir air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh juga demi mendengar apa yang dikatakan simran. Amaar menggigit bibiŕnya sendiri tidak tahu harus berkata apa. Ia lalu meraih simran dan memeluknya. ' Aku akan selalu menjadi sumber kekuatanmu , simran,,, tapi aku tak kan sanggup melihatmu menderita.'

***

PENTAGON , Markas besar Angkatan Bersenjata USA

Seorang petinggi pejabat di Pentagon sedang menelfon seseorang.

" Good morning, Sir. Situasi mengancam telah dilaporkan akan terjadi di wilayah konflik di Pakistan , Sir. Sebuah kudeta akan segera dilancarkan menjelang Pemilihan Perdana Menteri di sana. Apakah kita harus bergerak, Sir ?"

Love In ParisWhere stories live. Discover now