Part 6

789 34 4
                                    


Sore yang cerah. Awan masih berarak riang, dan matahari bersiap bergulir ke arah barat. Semburat kuning keemasan di batas cakrawala menemani Simran dan Amaar yg saat ini sedang berjalan bergandengan tangan ditepian pantai. Sesekali Simran bergayut mesra di bahu Amaar, dan Amaar mencium rambut Simran yg berkibar di tiup angin.

Sejak penyatuan cinta mereka malam itu, Simran bahkan tak segan balas mencium Amaar di tempat umum seperti sekarang ini. Amaar hanya tersenyum menerima perlakuan Simran.

" Jadi kau akan membawaku kemana ?" Simran mengeratkan genggamannya di tangan Amaar

" Aku akan mengajakmu menemui Ruksar." Amaar masih memandang ke depan, ketika Simran menghentikan langkah langkahnya.

" Darl, kalau kau ingin menemuinya sendirian, aku tidak apa2, aku akan menunggumu saja disini ." Penjelasan Amaar waktu itu sudah lebih dari cukup menjelaskan apa posisi Ruksar saat ini di hati Amaar . Dan Simran cukup mengerti dg hal itu. Walaupun ada sedikit aroma cemburu disana, Simran lebih memilih tidak bertemu dg Ruksar saat ini.

" Tentu saja tidak, aku memang ingin mengajakmu menemuinya. Kau juga akan menyukai Mehrunissa nanti." Amaar melihat keraguan di mata Simran . Ia melanjutkan " tidak apa2, aku sudah menceritakan tentangmu padanya, sudah tidak ada apa2 diantara kami, hemmh ?" Amaar menggenggam jemari Simran lebih erat menyalurkan ketenangan dan kepercayaan diri pada Simram 'Yah,,cepat atau lambat aku pasti harus berhadapan dengannya. Ia pernah menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidup Amaar. Simran mengembangkan senyumnya ke arah Amaar dan mengangguk mengiyakan. Amaar tersenyum senang.

Di ujung pantai agak ke tengah mereka melihat seorang wanita dengan seorang anak perempuan berumur 5 tahun tampak sedang bercanda disebuah kursi pantai dengan payung lebarnya. Mehrunissa, nama gadis kecil itu , lebih dahulu menyadari kehadiran Simran dan Amaar, Lalu kemudian berlari mengembangkan tangannya menyambut Amaar.

" Papaaa,,," Suara manjanya segera membuat Amaar berlari menghampirinya, sebelum terlebih dahulu mencium pipi kanan dan kiri Ruksar. Simran terdiam ditempatnya. Merasa canggung dengan kehadirannya sendiri, Simran malah dibuat terkejut dengan sambutan Ruksar yang begitu ramah kepadanya.

" Ayyee, Simran Ji,,senang bertemu denganmu. " Ruksar menyalami Simran dan memegang bahu Simran seraya mengajaknya duduk ditempatnya tadi. Wajah aristokrat yg tampak meruncing di daerah dagunya dengan iris mata berwarna kebiruan dan sinar mata yg tajam tapi meneduhkan , membuat siapapun yang memandangnya tertegun akan kecantikan yg terpancar dari wajahnya. Rambutnya yg agak pirang menegaskan lagi bahwa Ruksar adalah blasteran India-Inggris seperti yg pernah diceritakan Amaar.

" Papa,,,ayo main pasir disana, Mama takut mengajakku tadi." Suara Mehrunissa memecah kebisuan mereka.

Amaar yg mengerti bahwa Ruksar dan Simran membutuhkan waktu untuk berbicara berdua akhirnya pamit dari hadapan mereka dan menggendong Mehrunissa dipunggungnya lalu menjauh menuju ke tepi pantai.

Ruksar mempersilahkan Simran untuk memesan terlebih dahulu.

" Kau mau minum apa ? " tanyanya ramah,suaranya yang lembut tampaknya benar2 bisa membuat lawan bicaranya betah mengobrol berlama2 dengannya.

" Sama saja dengan yg kau pesan, tidak apa2." Simran mulai merasa nyaman dg keramahan Ruksar. Ruksar memesan dua Blue Pepsi with ice sedangkan untuk Amaar dan Mehrunissa ia memesankan air mineral.

Ruksar memandang Amaar dan Mehrunissa yg sedang tertawa bahagia menyusun istana pasir mereka. Simran memandang Ruksar dan mengikuti pandangannya. Simran membuang muka jengah.

" Lihatlah mereka Simran tertawa tanpa beban. Aku selalu ingin melihat Amaar tertawa seperti itu. Bermain riang bersama anak2nya kelak. Walaupun kami mengadopsi Mehrunissa dari ia masih bayi, tetap saja rasanya berbeda, Simran. Ruksar mengalihkan pandangannya ke Simran. Menatapnya sambil tersenyum sekarang. Lalu melanjutkan

Love In ParisWhere stories live. Discover now