Chapter 7

1.6K 215 85
                                    

Greyson dan Beth cukup menarik perhatian pengunjung restoran pizza yang mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Greyson dan Beth cukup menarik perhatian pengunjung restoran pizza yang mereka. Bukan hanya karena Greyson seorang penyanyi dan tadi sempat ada beberapa orang yang meminta untuk selfie bersamanya. Namun, juga karena cara makan mereka yang begitu rakus dan lahap seperti seseorang yang belum makan selama puluhan tahun.

"Uhuk!" Beth tersedak saat sedang memakan pizza terakhirnya. Dengan kalang kabut ia merebut segelas air dari tangan Greyson lalu meneguknya hingga habis. "Hahh. Lezat."

"Itu minumanku," Greyson menghela nafas pasrah. "Dan bisa kau bersihkan mulutmu? Banyak saus dan keju disana."

"Diam," Beth memelototi Greyson sesaat sebelum ia membersihkan mulutnya. Ia meneguk lagi segelas air dan memandangi ponselnya yang berbunyi. Telepon dari Ayahnya. "Ayah! Aku tiba di Londooon!" ia berseru penuh ceria sesaat setelah mengangkat teleponnya.

"Ya, SEJAK DUA JAM YANG LALU! Apa yang kukatakan, Beth?! Telepon aku begitu tiba di London tapi kau malah membuat aku dan Ibumu khawatir setengah mati disini!"

Ia spontan menjauhkan speaker ponsel dari telinganya. Ia merutuki dirinya sendiri yang melupakan hal penting tersebut. "Maafkan aku. Aku dan Greyson kerepotan di bandara tadi," ucap Beth beralasan. Ia memutuskan agar keluar restoran karena pengunjung lainnya tidak berhenti memerhatikannya.

"Ingat. Waktumu di sana hanya dua minggu. Jika dalam waktu sebanyak itu kau belum menemukan Aimee, pulanglah bersama Greyson. Urusan Aimee, serahkan pada polisi dan teman-temanku agar mereka yang mencarinya. Dan aku tidak mau mendengar kabar kau ditemukan mati jika saja kau bertemu dengan bandmu itu. Oke?"

Beth cengengesan mendengar semua ucapan Ayahnya. Ia mengangguk yakin lalu berkata, "Serahkan semuanya padaku dan Greyson!" ucapnya tegas. Ia berbincang beberapa saat tentang hal lain lalu memutuskan sambungan telepon.

Sebelum masuk kembali ke restoran, ia mendongakkan kepalanya guna memandangi suasana parkiran yang sepi. Ia merasa agak sesak saat di dalam restoran yang ramai tadi, sedangkan kafe di sebelahnya sangat sepi. Selama beberapa saat Ia memandangi keadaan sekitar, hingga pandangannya terjatuh kepada dua orang yang saling bergulat di ujung parkiran.

Beth merupakan seseorang yang cepat penasaran, jadi Ia melangkah maju agar dapat melihat mereka lebih jelas. Kemudian, ia merasa tubuhnya tegang ketika menyadari sosok seseorang di sana. Pria berwajah Pakistan, yang tampak susah payah kabur dari orang ber-hoodie yang kerap menariknya paksa masuk ke dalam mobil. Ia mencoba memperjelas penglihatannya, dan baru kinilah Ia yakin sepenuhnya.

"I-itu Zayn?!" ia memekik histeris. "Tapi, kenapa dia botak?!"

Ia merasa Ia harus maju dan menyelamatkan Zayn namun, dia takut. Ia hanya dapat memerhatikan itu semua dengan ngeri. Berteriak minta tolong? Ia merasa ragu melakukannya. Malah bisa saja, di saat Ia berteriak minta tolong, orang itu akan menodong senjata padanya dan menembaknya mati.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang