Rindu

18.6K 1.3K 3
                                    

"Ibu tuh mengurusmu sudah bertahun-tahun, Pril. Ibu tahu saat Kamu lagi sedih atau apapun, Kamu mikirin Ali?" tanya Zahra yang seakan-akan bisa membaca fikiran Prilly.

Prilly mengangguk-anggukan kepalanya, air matanya jatuh tanpa permisi.

"Sini Ibu peluk!" ucap Zahra lalu menarik Prilly ke dalam pelukannya.

Prilly menangis di dekapan seorang malaikat pengganti almarhumah Mamanya,  Zahra pun tak bisa membendung air mata melihat anak angkatnya terlihat begitu pilu.

"Sayang, bukan Kamu aja yang rindu dengan Ali, Ibu juga." kata Zahra, lalu ia menghapus air mata Prilly dengan lembut.

"Ibu, kok Ali ingkar janji? Ali bilang bakalan dateng temuin Prilly, tapi, sekalipun nggak pernah! Hiks hiks." ujar Prilly.

"Ibu nggak percaya kalau Ali ingkar dengan janjinya. Kamu tahu kan Pril, orang tua angkat Ali seorang pengusaha besar, pasti orang tuanya nggak ada waktu buat ngajak Ali kesini, pasti mereka sering keluar kota." jelas Zahra agar Prilly mengerti.

"Bu, Prilly takut Ali bakalan lupa sama Prilly." ucapnya menahan tangis.

"Pril, Kamu percaya sama Ali bukan? Berarti Kamu harus yakin kalau Ali nggak akan pernah lupa sama sahabat kecilnya, apalagi Ali sayang banget sama Kamu." jelas Zahra.

Prilly diam, merenung dan mencoba memberhentikan air matanya. Sebentar ia mencoba untuk tersenyum menutupi segala rindu yang sudah membuat ia cengeng, ia juga berusaha tenang agar Zahra tak ikut larut melihat air matanya.

"Iya yang Ibu bilang itu bener, Aku yakin suatu saat Ali pasti akan kembali, Aku yakin Ali nggak akan ingkar sama janjinya, dan Aku yakin Ali nggak akan pernah lupa sama Aku!" batin Prilly.

"Yaudah Kamu tidur gih." suruh Zahra.

"Oke, Bu!"

Saat Prilly ingin beranjak menuju kasur, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu dengan keras. Prilly tersontak, ia berfikir jika itu pasti Ali.

Tok Tok Tok...!

"Siapa ya bu? Jangan-jangan... Bu itu pasti Ali!" ucap Prilly dengan beribu semangat menuju pintu, ia harap ketika membuka pintu ia mendapatkan Ali dan langsung memeluknya.

Zahra hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Prilly.

Suara ketukan pintu itu terdengar sekali lagi, Prilly yang tak sabar lari secepat mungkin untuk membukanya.

"Sebentar! Pasti Al..." Prilly menarik ucapannya kembali untuk berucap 'Pasti Ali' karena ia tak mendapatkan seseorang seperti yang ia harapkan sebelum membuka pintu.

"Eh maaf, Pak! Saya kira sahabat saya." ucap Prilly.

"Nggak apa-apa neng. Oh iya neng, saya kesini mau nganter paket!" kata pria paruh baya itu, ternyata ia hanyalah seorang kurir yang ingin mengantar barang.

"Oh, buat siapa, Pak?" tanya Prilly.

"Buat... Prilly Putri Latuconsina!" jawab sang kurir sambil membaca nama penerima di paket itu.

"Wah, saya sendiri Pak, kalau boleh tahu ini apa dan dari siapa?" tanyanya lagi.

"Bapak nggak tahu neng isi paketnya apa hehehe, terus penerimanya juga Bapak kurang tahu, soalnya pengirimnya nggak nulis nama di bungkus paketnya, mungkin sur... sur... surprice kali neng, soalnya dari bungkusnya sih seperti kado hehehe." ujar kurir itu.

"Oh Yaudah Pak. Terima kasih ya, Pak!" ucap Prilly.

"Sama-sama neng, tolong tanda tangan disini, neng."

Setelah selesai, Prilly kembali ke dalam dan memberitahu Zahra jika ia mendapat kiriman dari seseorang.

"Itu apa, Pril?" tanya Zahra sebelum Prilly memberitahukan padanya.

"Ini Bu, Prilly dapet kiriman paket." jawab Prilly lalu duduk Disampingnya.

"Paket apa? Seperti kado. Terus dari siapa?" tanya Zahra lagi.

"Nggak tahu nih, Bu. Prilly kan belum buka. Soalnya pengirimnya nggak tulis nama di bungkusnya!"

"Padahal Kamu belum ulang tahun!"

"Hehe kita lihat dulu ya bu, kira-kira kado dari siapa ya bu?"

...
Thanks for Reading guys!

Fun or No? 🙂

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang