Vada melepas ciuman Bagas. "Lagi?" tanyanya.

"Aku tak bisa menghentikan gairahku kepadamu.." bisik Bagas.

Dibisiki seperti itu, Vada pun kembali luluh. Kali ini ia yang mengambil kendali. Dibalikkannya tubuh Bagas sehingga ia sekarang terlentang dibawahnya. Tanpa pemanasan, Vada pun langsung mengambil ancang-ancang untuk memasukkan junior Bagas ke dalam lubangnya yang masih membanjir akibat percintaan barusan.

Kali ini ia tidak peduli lagi. Persetan penyakit, persetan konsekuensi. Ia hanya ingin bercinta dengan Bagas sekali lagi. Mungkin saat melakukannya kali pertama, kali kedua, masih akan ada rasa sesal yang mungkin nanti ia rasakan, tetapi untuk kali ini, ia melakukannya untuk dirinya sendiri.

Karena untuk sekali, ia ingin melakukan hal untuk menyenangkan hatinya.

Vada merendahkan pinggulnya sehingga batang Bagas yang sudah tegang masuk perlahan-lahan di dalam vaginanya. Ketika penisnya sudah terbenam di dalam kemaluan Vada sepenuhnya, Bagas benar-benar merasa tidak berdaya. Ia hanya bisa membiarkan Vada menungganginya dengan gaya cowgirl, membawa mereka berdua ke puncak kenikmatan.

Klimaks yang mereka capai hampir setinggi klimaks-klimaks yang sebelumnya. Bagas kembali menyiramkan benih-benih spermanya ke dalam rahim Vada. Dan Vada sendiri sudah tidak lagi merasa ragu, malah ia merasakan gelenyar yang nikmat ketika Bagas berejakulasi di dalam tubuhnya.

Dan sebelum kantuk itu tiba, Vada memutuskan. Nanti, nanti akan kuberitahukan, pikirnya. Vada pun terjatuh kembali dalam pelukan Bagas, dan mereka berdua terlelap dalam tidur yang nyenyak.


Vada's POV

Aku berusaha membuka mataku, namun tetap saja terasa gelap. Aku menggeliat untuk bangun, ku singkirkan tangan kak Bagas yang merangkulku dan berusaha untuk meraih tirai. Ketika kubuka, baru dapat ku lihat bahwa di luar memang sudah gelap, hanya lampu-lampu kota yang menghiasi pemandangan di balik jendela. Ternyata kami berdua sudah tidur lebih dari 7 jam. Aku tertawa kecil, tentu saja, kami baru saja menyelesaikan tiga ronde. Tawa ku semakin melebar saat menyadari pikiranku sudah dipenuhi candaan mesum Mbak Diani dan senior-senior lainnya di kantor. Aku mulai bertanya-tanya bagaimana komentar mereka jika mereka tahu aku dan kak Bagas sudah..

Aku menggelengkan kepala. Kembali aku merebahkan badanku di sebelah kak Bagas yang masih tertidur lelap. Sembari memperhatikan wajahnya, aku merasa aku tak bisa menyangkal, bahwa aku bisa melihat masa depan dimana aku dan dia hidup bersama. Kebencian yang ia tumpuk selama bertahun-tahun lamanya pasti bisa sirna, buktinya sekarang aku bisa berada disisinya, dalam posisi yang jauh dari memicu pertengkaran. Mungkin jika ku jelaskan penyakitku, ia akan semakin memahamiku. Aku hanya berharap ia bisa membuka pikiran dan hatinya untuk menerimaku dengan kondisiku yang tak bisa dibilang normal ini.

Dan jika ada konsekuensi dari kejadian ini.. Berlebihankah jika aku berharap bahwa ia akan bertanggungjawab tanpa sekalipun aku pinta?

Aku bergerak dengan hati-hati agar tidak membangunkan kak Bagas. Kukumpulkan bajuku yang berceceran di lantai dan ku pakai sekenanya, lalu aku mengendap-endap keluar dari kamarnya untuk pergi ke kamarku dan mandi. Badanku terasa begitu lengket akibat percintaan dengan kak Bagas. Selesai mandi dan berpakaian, aku berniat turun ke restoran di lantai dasar hotel. Aku berniat memesan hidangan spesial untuk dikirimkan ke kamar kak Bagas. Aku yakin ia akan merasa kelaparan ketika sudah bangun, karena aku pun merasa seperti itu.

Ketika aku melangkah melewati lobby, aku melihat sosok yang aku kenali memunggungi ku di meja resepsionis. Kak Angga terlihat sudah berpakaian rapi dan membawa kopernya. Rangkaian briefing sayembara belum selesai, apa yang ia lakukan? Apakah ia mengundurkan diri?

"Kak Angga.."

Kak Angga terlihat terkejut dan menunjukkan wajah yang panik. Ia terlihat terburu-buru menyelesaikan administrasi hotel.

"Hai, Vada, aku sedang buru-buru.. Aku harus kembali ke Surabaya malam ini juga."

"Ada apa? Apakah terjadi masalah?"

Kak Angga tersenyum, "bukan begitu. Tepatnya ada kabar gembira. Istriku akan melahirkan. Aku harus mendampinginya selama proses persalinan." Kak Angga kemudian berterima kasih kepada resepsionis setelah administrasi check out nya selesai.

"Wow! Anak kedua! Selamat kak Angga!" dengan refleks aku memeluknya seperti aku memeluk teman-temanku yang lain saat mendapat kabar gembira.

Kak Angga menepuk-nepuk pundakku setelah melepaskan pelukanku. "Kau.. baik-baiklah. Semoga kita dapat bertemu lagi dalam situasi yang lebih baik." Ia kemudian mengacak-acak rambutku. "Aku pergi dulu, aku takut ketinggalan pesawat."

"Baiklah. Salam untuk kak Shinta. Ku harap persalinannya berjalan lancar."

"Terima kasih Vada." Kemudian ia beranjak pergi. Aku memandangnya berjalan keluar, namun tiba-tiba ia berbalik dan menghampiriku.

"Vada, ini untukmu," katanya sambil menyerahkan kartu namanya kepadaku, "mungkin saja kau tiba-tiba pergi ke Surabaya, atau kau ingin menengok anak-anakku. Tolong, hubungi aku. Jangan sungkan, oke?"

Aku hanya bisa mengangguk sambil berkaca-kaca. Terharu oleh gestur yang sederhana itu.

"Aku harus bergegas. Bye, Vada."

Aku segera menghapus air mataku yang menetes. Aku merasa telah banyak merugikannya, namun tetap saja kak Angga bersikap baik kepadaku.

Aku berbalik untuk melanjutkan niatku memesan hidangan spesial, namun aku terpaku.

Karena disana berdiri Bagas Wendell dengan boxer dan kaus serta wajah baru bangun tidur yang masih saja terlihat tampan. Dan ekspresi marah. Dan tangan terkepal.



A/N: Hai guys maaf lama update karena berbagai kesibukan. Aku bakal ngepost F.A.Q (frequently asked questions) untuk menjawab beberapa komentar kalian.

Memangnya penyakit yang diderita Vada beneran ada ya?

Tidak. Tepatnya, author tidak tahu. Penyakit yang diderita Vada benar-benar hanya rekaan author, dan ditulis tanpa melakukan riset apapun dulu. Seperti yang sudah author jelaskan di description, penjelasan medis yang ada di cerita ini hanya karangan author saja. Silahkan kalian melakukan riset sendiri untuk membuktikan apakah penyakit ini benar ada atau tidak.

Kapan Vada akan memberitahu penyakitnya kepada Bagas?

Yang jelas tidak dalam waktu dekat. Vada masih akan mengalami berbagai kejadian sebelum kenyataan mengenai penyakitnya diketahui oleh Bagas.

Kenapa update Ovulation Complex (dan Losing Innocence) lama?

Seperti sudah dikatakan sebelumnya, author sedang menjalani masa magang yang berbarengan dengan skripsi. Dimohon pengertiannya karena menulis cerita ini hanya dilakukan di waktu senggang. Author yakin kalau kalian para readers mencoba menulis cerita bersambung sendiri, kalian akan sulit mengupdate cerita. Selain kesibukan, author juga kerap menghadapi writer's block yang membuat author kesulitan untuk melanjutkan cerita ini. Author akan berusaha sekeras mungkin untuk menyelesaikan cerita Ovulation Complex, karena konsep keseluruhan cerita sudah matang, yang sulit hanya menuliskan detail dalam cerita.


Sekali lagi mohon perhatiannya. Setelah ini author tidak akan menjawab lagi pertanyaan-pertanyaan yang sudah author jawab barusan. Keep reading and vote for my stories!


Ovulation Complexजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें