Taman

24.9K 1.4K 9
                                    

"Silahkan Tuan, Nyonya. Perkenalkan semua ini anak-anak yang tinggal disini, mungkin salah satu dari mereka ada yang bisa membuat Tuan dan Nyonya jatuh hati untuk mengadopsinya," ucap Bu Zahra memperkenalkan anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini.

"Iya, Bu Zahra. Sejak kami datang tadi, kami sudah tertarik pada anak laki-laki yang tampan itu," ucap Anis sambil menunjuk kearah Ali.

"Ali?" tanya Zahra.

"Oh ternyata namanya Ali, Pa!" kata Anis berbicara pada sang suami.

"Namanya Ali Al-Ghifari. Ia adalah anak yang tak diurus orang tuanya karena kedua orang tuanya bercerai 7 tahun lalu dan mereka lebih mementingkan karier masing-masing. Nasibnya buruk, padahal ia adalah anak yang sangat baik serta penurut, Nyonya dan Tuan pasti tidak akan pernah menyesal memilih Ali," jelas Zahra, tak diduga air matanya menetes.

Diujung sana masih terlihat jelas Prilly dan Ali sedang bermain dengan damai. Seketika mata Prilly tertuju pada Zahra yang terlihat sendu.

"Ali," panggil Prilly.

"Iya, i?" jawab Ali bertanya.

"Ibu kenapa sedih ya, Li? Coba deh Ali lihat Ibu," kata Prilly sambil menghentikan permainan masak-masakannya.

"Oh iya i, Ibu kenapa ya? Ali juga enggak tahu, i. Lagi cerita-cerita kali ke temennya," kata Ali terlihat serius memperhatikan Zahra bersama dua orang asing bagi Ali.

"Cerita apa?" tanya Prilly polos.

"Enggak tahu. Yaudah yuk kita lanjutin mainnya."

"Tapi ii capek masak terus, Ali!" ujar si kecil Prilly dengan imutnya.

"Masa ii enggak mau masakin Ali sih, yaudah Ali marah," gumam Ali.

"Kok Ali marah sama ii? Ii kan capek tahu," kata Prilly.

"Biarin, Ali kesel sama ii!" ucap Ali.

"Ali jangan marah ya, nanti kalau udah besar ii masakin makanan enak yang beneran deh, ii janji sama Ali," ucap Prilly dengan wajah yang benar-benar sangat menggemaskan, pipinya yang chubby itu telah membuat Ali tak tahan hingga ia mecubit kedua pipi Prilly.

"Ii janji ya?" ucap Ali sambil mengacungkan jemari kelingkingnya sebagai media perjanjian.

"Ii janji dong," jawab Prilly sambil membalas perjanjian itu. Tak lama kemudian, ketika Prilly ingin membereskan bekas permainannya itu, tiba-tiba saja Ali mencium pipi kirinya yang chubby itu lalu berlari menjauh dari Prilly.

"Ihhh Ali! Ali cium-cium pipi ii aja deh. Ali ribet sini!" teriak Prilly sambil mengejar Ali yang lebih dahulu berlari.

"Biarin, wle!" ledek Ali.

"Rese! Ali nyebelin banget sih, kesel deh!" ucap Prilly mengehentikan kejarannya sambil berdecak kesal.

"Ii cantik, jangan ngambek ya, maafin Ali deh," kata Ali sambil merangkul Prilly.

"Tapi Ali jangan bandel lagi ya cium-cium ii lagi?" tanya Prilly.

"Iya ii, tapi nyubit pipi enggak apa-apa ya hahahahaha,"

Ali baru saja menjahili gadis cantik itu lagi dengan mencubit kedua Pipinya. Pipinya terlihat merah, bukan karena dicubit oleh Ali saja, melainkan merah merona karena terus-terusan dijahilkan.

Apa maksud dari kedua anak kecil yang tak tahu apa-apa ini? Apa mereka sudah bisa merasakan jatuh cinta? Tidak-tidak, mustahil anak berusia 8 tahun sudah tahu menahu mengenai cinta. Pasti hanya sebuah kasih sayang antar sesama yang dikemudian hari dewasa nanti berubah menjadi sebuah rasa cinta yang utuh.

"Ali...!" teriaknya.

"Ibu Ali jahil tuh sama ii," rengek Prilly.

"Eh sudah-sudah, sayang. Ali kamu sini nak," panggil Zahra pada Ali.

"Ali ikut!" teriak Prilly.

"Ii udah engak ngambek nih hehehe, kalau ii lagi cemberut pipinya tambah besar ya hahahahaha" goda Ali sambil menoel pipi Prilly.

"Ali udah ah, ii capek tahu," eluh Prilly.

"Yaudah iya, ayo sini!" ucap Ali sambil menggenggam erat tangan mungil hangat  Prilly menuju Zahra yang memanggilnya itu.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang