Part 10

16K 1.5K 64
                                    

Keesokan harinya Raya berangkat ke kantor majalah Excellent diantar Diana. Kantor Diana juga di Kuningan dan Dina sendiri subuh-subuh sudah dijemput mobil maskapai penerbangannya dan sekarang dalam penerbangan ke Kuala Kumpur. Raya bertukar senyum dan sapa dengan sekretaris redaksi yang ternyata bernama Tania itu. Tania gadis yang menyenangkan, "Bentar ya, Ra. Mbak Mia lagi telpon tuh, tapi dia udah tau lo disini."

Raya duduk dikursi tamu dan sepuluh menit kemudian Mia menemuinya, "Siap, Raya?" tanyanya.

Raya mengangguk dan mengikutinya menuju ruangan Danis Suryawan si penata artistik senior. Ruangan laki-laki itu amat sangat tidak rapi dan penuh barang-barang yang menumpuk disana sini, poster-poster model, sebuah komputer dan printernya serta cangkir kopi yang masih mengepul.

"Pagi, Mi... Jadi ini asisten baru gue?" sapa Danis ramah dari balik mejanya.

Raya menjabat tangan Danis dan laki-laki tinggi kurus berusia diatas tiga puluh tahun itu memandangi Raya dalam-dalam, menilai lebih tepatnya.

"Cantik kan?" Mia mengedipkan matanya dan tersenyum pada Danis.

"Wah... gue bakalan betah di kantor nih," Danis tertawa dengan mata bersinar.

"Ra, saya tinggal ya, ada tamu yang mau ketemu," ujar Mia lalu menghilang di balik pintu.

"Oke Ra, gue sedang sibuk jadi kita langsung aja kenalan dengan teman-teman baru lo, ya?"

Danis menggiring Raya ke ruangan bersekat-sekat di seberang ruangannya. Ada beberapa orang yang menjulurkan kepala dibalik kubikel-kubikel itu, "Ini Ayu, teman lo di bagian artistik," ujar Danis sambil menunjuk seorang gadis berkacamata, "Itu Andi bagian riset dan disebelahnya Kania, sama anak riset juga. Yang disana Ratri dan Ari, keduanya editor. Beberapa teman lo yang lain, para reporter, fotografer dan kontributor sedang keluar kantor. Nanti gue kenalkan juga dengan masing-masing koordinator mereka."

Kania, Ayu, Ari, Ratri dan Andi tersenyum ramah lalu menyalami Raya.

"Itu meja lo, Ra. Yu, tolong beri daftar kerjaannya Raya. Gue ada rapat sama senior editor. Setelah gue kelar rapat kita ngobrol bertiga diruangan gue."

Danis segera menghilang dan Ayu menggiring Raya menuju mejanya.

"Ini meja lo dan ini rincian job desc lo. Lo dulu kerja di Allure ya, jadi pasti cepat menyesuaikan diri. Kita bakalan sibuk banget, karena gue sendiri baru belajar disini dan hampir seluruh kerjaan dipegang Danis. Oh ya nih, tentang Danis, dia sebenernya orangnya baik banget. Tapi dia orang yang perfeksionis dan kalo lagi tenggat waktu jadi mahluk yang nyebelin banget. Kalo ntar lo diomelin, jangan diambil hati. Dan biarpun ruangan kerjanya berantakan tapi dia selalu pingin kerjaan yang rapi dan cepat."

"Kedengarannya nakutin, ya?" kata Raya sambil tertawa.

"Ah nggak kok, eh omong-omong dia gak punya pacar loh dan dia gak pelit, suka traktir-traktir kalo suasana hatinya sedang riang gembira. Tapi kalo dia sedang bawel, gue saranin ngumpet aja di kubikel lo, pacaran sama cover majalah," Ayu mengerling, "Oh ya, ntar lo ke bagian HRD ya, ketemu dengan Tita. Dua ruangan dari sini."

*****

Raya gembira, pekerjaannya menyenangkan dengan rekan kerja yang menyenangkan pula. Bahkan ketika jam istirahat tiba ia sudah pergi makan siang dengan Kania dan Ayu. Fatta menelepon Raya siang itu dan mengatakan jika ia sedang berada di Jakarta dan akan menjemput Raya sepulang kerja. Raya menerka-nerka mungkin Fatta sedang mengurus proses perceraiannya dengan Alexa. Sedikit banyak hal itu menambah semangat Raya. Walau dengan malu hati Raya mengakui jika ia masih mencintai Fatta dan senang sekali ketika mengetahui laki-laki itu sedang mengurus proses perceraiannya, setidaknya hal itu membuatnya bisa melupakan semua rasa sakit hatinya pada Fatta.

A Homing BirdWhere stories live. Discover now