Aku tidak tahu memang Nate adalah tipe pria yang selalu berbicara jujur atau dia sedang berusaha membuatku cemburu. Karena kalau dia memang bermaksud dengan pilihan kedua – dia, berhasil melakukannya.

"Oke, kita akan berteman!" ujarku.

"Nah, sebagai seorang teman – bisakah aku meminta bantuanmu?" tanya Nate dengan wajah memohon.

Sudah kuduga, dia pasti memiliki maksud tertentu.

"Beberapa bulan yang lalu, aku bertahruh dengan Cam dan aku memangkan taruhan. Hadiahnya, aku bisa pergi keliling dunia di lima negara dan dia akan membiayai semuanya."

Mulutku membuka mendengar perkataan Nate. "Apakah Cam gila?" Taruhan dengan hadiah yang sangat mahal.

"Kita membicarakan anak tunggal mantan perdana menteri Inggris dan pewaris tunggal keluarga LeGross, lovely! Hadiah seperti itu merupakan uang kecil bagi Cameron LeGross," ujar Nate dengan wajah menahan senyum. "Nah, masalahnya seharusnya aku pergi dengan Emily sebagai pasangan perjalananku."

Jantungku berhenti berdetak ketika Nate mengatakan nama Emily. Damn it! Apakah dia memiliki hubungan Emily Winter? Aku mengingat kembali wanita cantik berambut hitam dengan tubuh sempurna itu. Aku langsung merasa tidak percaya diri saat disandingkan dengan perempuan itu.

"Tapi, sayangnya Emily tidak bisa pergi selama liburan ini karena dia ada show di Italia dua minggu lagi dan dilanjutkan dengan show di Roma. Aku tidak ingat dia akan melanjutkan show di mana saja. Dan, aku tidak ingin pergi sendirian." Nate menatapku dengan wajah kembali momohon. "Nah, aku menawarkanmu untuk pergi bersamaku selama tiga minggu ini."

Aku menatapnya dengan marah. Apa maksudnya karena tidak ada perempuan lain, dia dengan terpaksa mengajakku sebagai pengganti Emily Winter? "Mengapa kau tidak mengajak perempuan lainnya?"

"Hei, aku tidak mengajak perempuan sembarangan," ujar Nate dengan sakit hati. "Aku hanya mengajak perempuan yang bisa kujadikan tempan seperjalanan yang menyenangkan bukan hanya sekedar teman di tempat tidur. Aku merasa nyaman berbicara denganmu, Abby."

Oke, aku juga merasa sangat nyaman berbicara dengannya dan aku tidak merasa terancam walau hanya ada kami berdua di dalam rumah. Kalau sampai Maddy tahu aku hanya berduaan dengan Nate di rumahnya – perempuan itu bisa menjadi seorang singa yang mencari mangsa.

"Hmmm.... Aku harus meminta ijin kepada Maddy..."

"Aku akan membantumu meminta ijin kepada Maddy," ujar Nate dengan bersemangat.

"Aku juga harus meminta ijin kepada Magda...."

"Kau saja yang meminta ijin kepadanya..." Nate mengatakannya dengan lemas ketika aku selesai menyebutkan nama Magda. Aku terkikik pelan mendengarkan komentarnya. Wajah Nate membeku dan menatapku. "Kau harus lebih banyak tersenyum. Saat tersenyum kau terihat seratus kali lebih cantik," ujarnya seperti terhipnotis.

Aku berhenti tertawa dan menatapnya dengan bingung. Nate berdehem pelan, seperti baru sadar telah mengatakan kalimat terakhir itu. "Aku akan meminta ijin kepada Magda," ujarku dengan malu.

"Baiklah," ujar Nate tampak salah tingkah. "Sebagai tanda terima kasihku karena mau menemaniku – kau boleh memilih dua negara yang ingin kau datangi."

Aku berdiri dan menatapnya dengan terkejut. Oh... holy molly. Dia mengajakku keliling dunia saja sudah membuatku puas dan dia mengatakan aku boleh memilih dua negara yang ingin ku datangi. "Benarkah? Kau serius mengatakannya?"

Nate menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Tentu saja, lovely... Auch." Nate meringis ketika aku memeluknya dengan erat sebagai tanda terima kasihku. "Sama – sama, Abby."

Aku merasakan Nate balas memelukku. Aku baru menyadari kalau tubuh Nate ternyata lebih besar dibandingkan diriku. Tubuhnya terasa sangat hangat memelukku. Aroma tubuhnya yang maskulin percampuran dari matahari, keringat dan sangat Nate – membuatku menghirupnya dalam – dalam.

"Apa yang kalian lakukan?" teriak suara seorang perempuan mengagetkanku sehingga aku buru – buru melepaskan pelukanku.

Nate melepaskan tangannya dariku dan aku merasa sangat kehilangan ketika hangatnya tubuhnya tidak lagi meyelimutiku. Maddy dan Daniel berdiri di depan pintu dengan wajah terkejut. Oke, rupanya mereka berdua sudah baikan lagi.

"Ah... Nate. Bukankah kau mengatakan kalau harus bertemu dengan temanmu sehabis ini?" Nate menatapku meminta penjelasan apa maksud perkataanku karena tentu saja aku berbohong hanya untuk menyelamatkannya dari singa ganas. Nate segera menggelengkan kepalanya ketika akhirnya dia mengetahui maksudku. Oke, dia pria yang gentle tapi sayangnya aku tidak memerlukan sikap itu sekarang karena kehadiran pria itu di sini hanya akan semakin memperkeruh keadaan.

"Oh... Nate.. Bukankah kau janjian akan bertemu dengan Cam?" ujar Daniel berusaha membantuku. Sebelum, Nate sempat bisa menolaknya – Daniel ssudah setengah menggeret temannya untuk keluar dari ruangan. "AH... Maddy. Aku baru ingat kalau aku juga memerlukan sesuatu dari Cam. Aku akan meneleponmu nanti malam." Pria yang pintar, menghindar sebelum mendengarkan kemarahan pacarnya.

"Jadi, apakah kau mau menjelaskan apa yang terjadi?" tanya Maddy dengan marah setelah Nate dan Daniel menghilang.

"Kau bukan ibuku, Maddy," ujarku menghiraukannya. "Dan, aku berumur dua puluh tahun yang artinya aku tidak butuh pengawasan dari anak kecil sepertimu."

"Kurasa John ingin tahu apa yang anaknya lakukan di sini," ujar Maddy tersenyum manis kepadaku.

"Apakah kau sedang mengancamku?" tanyaku dengan marah.

Maddy menggelengkan kepalanya dengan wajah inosen. "Tidak. Aku hanya memberitahumu kalau setiap malam John selalu menelepon mom dan tanya tentang keadaanmu." Maddy berjalan mendekatiku dan tersenyum manis. "Bisakah kau jelaskan kepadaku kemana kau pergi dua hari yang lalu? Karena John mengatakan kalau kau datang dua hari yang lalu setelah kau mengganti jadwal kepergianmu dan kau tidak mengabariku... ah – tentang perubahan jadwal itu."

Aku menatapnya dengan mulut terbuka. "Apakah kau memberitahu dad kalau aku... aku..."

"Tentu saja tidak!" ujar Maddy dengan wajah sakit hati. "Untung saja, John bertanya kepadaku bukan kepada mom tentang perubahan jadwal itu. Aku membantumu berbohong, tentu saja! Dan sekarang aku merasa sangat bersalah kepada John," ujar Maddy dengan wajah tidak enak. "Nah. Bisakah kau menceritakan kepadaku apa hubunganmu dengan Nate dan kemana kau pergi dua hari yang lalu."

Aku menarik nafas panjang dan menatap sahabatku dengan putus asa. Sepertinya, memang tidak akan ada rahasia yang bisa kusimpan sendiri. Oke, kecuali 'top secret' itu.
*******

7Promises (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang