Dua puluh

2.3K 95 4
                                    

Miko memberesi meja kerjanya dan memasukkan barang barangnya kedalam sebuah box. Tak perlu tempat besar untuk menampung barang barangnya yang tak banyak. Sebagian besar barang yang ada adalah fasilitas yang sudah disediakan perusahaan.

Miko masih sibuk dengan kegiatannya ketika Vida menyelinap ke ruangannya.

"Bodoh!" komentar Vida seketika.

Miko tak menyahut. Laki laki itu hanya menatap sekilas dari balik kelopak matanya yang lebam.

"Jadi semudah itu kau menyerah?" tanya Vida acuh tak acuh.

"Lebih baik tutup mulutmu, Vida. Aku malas melayani ocehanmu itu." akhirnya Miko menyahut juga.

"Kau yang harusnya tutup mulut, Miko! Cuma laki laki bodoh yang dengan mudah melupakan tujuannya hanya karena kebodohannya." ujar Vida sinis.

"Tahu apa kau tentang tujuanku?" emosi Miko tersulut.

"Balas dendam. Dan karena kebodohanmu, kau membuat rencana kita berantakan!" sahut Vida tak kalah sengit.

Miko menatap Vida curiga.

"Rencana?"

"Ya." sahut Vida seraya membisikkan sebuah rahasia besar yang Nathan simpan selama bertahun tahun.

Miko mengusap dagunya seraya mengangguk anggukkan kepala. Senyum licik seketika menghiasi bibirnya tanda bahwa laki laki itu menemukan cara baru untuk melawan Nathan.

"Oke, aku harus pergi sekarang takut mereka curiga." ujar Vida kemudian berlalu dari ruangan itu.



Nathan dan Rachel beriringan menyeberangi lobby kantor. Janji temu klien pagi ini terpaksa diundur karena pesawat yang membawa pihak klien mengalami delay karena cuaca buruk.

Dari arah berlawanan mereka melihat Miko keluar dari ruangannya di ujung lorong. Di tangannya terdapat box yang berisi barang barang miliknya.


Miko menatap sengit ke arah mereka berdua. Rachel mundur selangkah berlindung di balik punggung Nathan. Sontak laki laki itu menggenggam erat tangan Rachel penuh antisipasi. Sekali lagi Miko menatap Rachel mencoba mencari cari mata gadis itu sebelum berlalu dari hadapan mereka.

Miko menunggu di halte tempat Rachel biasa menunggu angkutan umum. Jam pulang kerja sudah berlalu sejak satu jam yang lalu, namun tidak ada tanda tanda gadis itu akan muncul menuju tempat itu.

Miko menginjak rokoknya yang masih separuh dengan perasaan gemas. Tangannya mengepal meremas ponsel yang ada dalam genggamannya. Kalau begini caranya, dia akan kesulitan menemui Rachel. Sejak kejadian bodoh yang dia lakukan beberapa waktu silam, Nathan lebih sering menempel pada gadis itu. Bahkan menurut informasi yang didapatnya dari Vida barusan, Rachel kini tinggal di apartement mewah yang disediakan perusahaan mereka.
#

SUMPAH, I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang