Dua

5.5K 207 2
                                    

Nathan menghela napas mengusir rasa takut yang tiba tiba menguasai dirinya. Dalam hitungan detik Rachel akan berada di ruangannya. Inilah pertama kalinya Nathan bertemu Rachel secara langsung semenjak pemakaman itu. Sontak ia menegakkan tubuh ketika terdengar pintu diketuk dari luar.

"Masuk!" ucap Nathan berusaha tenang.

"Saya mengantar nona Adinda, Pak." ujar Vida seraya mengangguk hormat diikuti Rachel di belakangnya.

"Ya Vid, terima kasih." sahut Nathan singkat.

"Silakan Nona, permisi." pamit Vida sebelum menghilang di balik pintu.

"Silakan duduk." ucap Nathan.
Rachel mengangguk ringan sebelum duduk di hadapan lelaki itu.

"Saya sudah mempelajari profil anda melalui rekomendasi rektor akademi...." ujar Nathan berpura pura meneliti surat lamaran Rachel. Sementara gadis itu seolah menahan napas menanti keputusan.

"Selamat Nona Rachel, anda menjadi satu satunya yang lolos test untuk posisi sekretaris." lanjut Nathan mengulurkan tangan.

Seketika wajah Rachel berbinar mendengarnya, senyum yang selalu hadir dalam mimpi Nathan itu mengembang di bibir gadis cantik di hadapannya.

Dengan mantap Rachel menjabat tangan lelaki yang kini jadi atasannya. Ada perasaan berdesir syahdu di sudut hati Nathan ketika melihat senyum yang dulu sempat ia renggut paksa dari gadis cantik itu.

"Terima kasih, Pak. Saya akan bekerja dengan baik." ujarnya mantap.


"Selamat bergabung di perusahaan kami, nona Rachel. Mengenai tanggung jawab pekerjaan anda, Vida yang akan menjelaskan." sahut Nathan mencoba tetap tenang. Ternyata menghadapi Rachel tak sesulit yang ia bayangkan.

"Terima kasih, pak. Permisi." pamitnya seraya mengangguk dan tersenyum.

Baru dua langkah Rachel hendak keluar dari ruangan Nathan, gadis itu berbalik seolah teringat sesuatu.

"Apa saya pernah bertemu Bapak sebelumnya?" tanya Rachel mengejutkan lelaki itu.

Nathan merasa gadis itu mulai mengingatnya dan kejadian tujuh tahun silam. Nathan tergeragap mendengar pertanyaan Rachel.

"Saya rasa tidak." sahut Nathan gugup seraya menahan napas.

"Tapi Bapak memanggil saya dengan sebutan Rachel, sedangkan panggilan itu hanya untuk orang orang terdekat saya." ujar Rachel menyelidik.

Skak mat! Nathan tak bisa berkutik mendengar pertanyaan Rachel.

"Ehmm.... Saya cuma.... Maksud saya terlalu banyak dari teman saya bernama Adinda, jadi saya putuskan untuk memanggil anda dengan sebutan Rachel. Ya itu maksud saya, apa anda keberatan?" Nathan balik bertanya.

Rachel tampak manggut manggut. Nathan merasa sedikit lega, ternyata ingatan gadis itu tak sebaik yang ia kira.

"Oh tentu saja tidak. Baiklah saya permisi." sahutnya sebelum menghilang dari balik pintu ruang kerja Nathan.

Nathan menghela napas lega. Untuk saat ini boleh dibilang ia berhasil dan hanya perlu membiasakan diri untuk menghadapi Rachel di hari hari selanjutnya. Karena cepat atau lambat Rachel pasti akan tahu dan gadis itu berhak tahu yang sebenarnya. Nathan akan jujur suatu saat nanti, karena tak mungkin bukan untuk ia menyimpan rahasia ini seumur hidupnya??
#

SUMPAH, I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang