Red Strings Teory 10

Magsimula sa umpisa
                                        

Xuan menggelengkan kepalanya, ia berjalan masuk ke dalam dan melihat Tian yang entah sejak kapan sudah duduk dan bermain ponsel dengan santainya.

"Lah? sejak kapan Lo bangun?" Xuan bingung.

"satu detik yang lalu," jawab nya singkat.

Xuan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya. padahal umurnya sudah dua puluh tujuh tahun, tapi kelakuannya masih saja seperti anak-anak yang jika hilang selalu dicari sang ibu.

"Barusan mama Lo nelpon Jao, beliau nanyain kabar Lo," Xuan duduk di sofa.

Tian segera meletakan ponselnya.

"Terus?"

"Gue jawab Lo mabok banget, kobam banget, muntah-muntah Mulu abis minum Amer sepuluh botol!" jawab Xuan membuat Tian panik.

"eh Lo goblok banget sumpah, habis ntar gua kena omel,"

Xuan tertawa terbahak-bahak. wajah Tian membuat perut nya seperti ada sesuatu yang menggelitik.

"Lo serius ngomong gitu?" tanya Tian lagi, matanya menyipit.

mereka berdua saling tatap tatapan.

Xuan menahan mulut nya dengan dua jari manis dan telunjuk, ia menunduk menahan tawa.

"kaga, boongan doang. kasian gue sama Lo, mana mungkin gue ngomong gitu, gue kan orang nya baik hati dan tidak sombong,"

"sialan,"

setelah percakapan aneh itu mereka tiba-tiba saling diam. Tian memilih untuk bermain ponsel, tapi tiba-tiba Xuan bertanya.

"Lo ada masalah ya di rumah?"

Tian hanya menatap Xuan tanpa menjawab pertanyaan nya, ia malas untuk membahas itu.

"Gak ada," jawabnya singkat.

"terus kenapa Lo bisa kaya gini?"

Tian hanya diam.

"Minta rokok," bukannya menjawab dia malah meminta rokok.

Xuan melempar rokok beserta korek nya. ia membiarkan Tian menyalakan rokok dan menyesap nya. membiarkan nya untuk berpikir beberapa waktu.

asap tebal itu seketika menyebar di dalam kamarnya. ia melihat wajah Tian yang sangat suram seperti banyak pikiran.

"Jujur deh, Lo lagi ada masalah kan?"

Tian menggeleng frustasi.

"Xuan, menurut Lo gue masih normal kan?"

Xuan mengerutkan dahinya, pertanyaan macam apa itu.

"Hahh? sengklek ya otak Lo? apa rada miring?"

Tian diam sebentar kemudian berucap dengan berat dan terpaksa.

Tian berdecak kesal. "Gue dijodohin!"

"HAHH?!"

Xuan berdiri dan matanya melotot kaget, mulutnya sedikit terbuka dengan tangan yang setia mengacak pinggang. detik berikutnya ia bertepuk tangan dengan heboh dan tertawa senang.

"asikk, akhirnya Lo bakal pensiun jadi jomblo kudet!"

sialan, seperti nya Tian tidak akan menemukan solusi jika berbicara dan curhat dengan Xuan, yang ada malah seperti membuang-buang waktu dan energi nya.

Tian bangkit berjalan dan berjalan keluar, ia hendak pulang saja, hari ini benar-benar melelahkan bagi nya.

"E-hhh, mau kemana elu?" Xuan menahan badan Tian.

"Minggir!" ekspresi nya berubah menjadi tajam.

menyadari itu Xuan segera meminta maaf, ternyata Tian memang tidak bisa di bercanda kan sekarang. dia harus segera minta maaf.

"Gue minta maaf dehh,"

tapi Tian seolah tidak mendengarkan perkataan Xuan, ia menatap tajam Xuan, entahlah dia malah terbawa emosi. ia kembali berjalan

"oke, sebagai permintaan maaf nya gue bakal lakuin apapun biar Lo gak marah lagi sama gue!" Xuan membujuk Tian.

Tian menghentikan langkahnya. ia tersenyum licik dan berbalik.

"Batalin pertunangan dan juga pernikahan gue gimana pun caranya!"

Xuan menganga, Tian sudah gila, mana mungkin dia bisa membatalkan pertunangan atau bahkan pernikahannya.

***


"Gimana caranya coba?"

mereka berdua sudah duduk berhadap-hadapan sekarang, Tian mengotak-atik ponselnya berusaha memperlihatkan sesuatu.

ia menyerahkannya ponselnya pada Xuan, Xuan menerima ponsel itu dan segera membaca informasi dari calon tunangan Tian.

nafas Xuan seperti tersendat ketika membaca biodata dari calon tunangan Tian.

"Bisa kan," tanya Tian.

Xuan memilih diam dan menggelengkan kepalanya. apa-apaan ini, bagaimana bisa dia menolong Tian, perempuan yang dijodohkan dengan nya saja berasal dari keuntungan yang terpandang dan berkuasa.

"Gue gak yakin deh..."

Tian berdecak malas. ahh, bagaimana ini, dia tidak mau dijodohkan dengan sembarangan orang. apalagi dia tidak mengenalinya.

Tian mengusak rambutnya frustasi. Xuan jadi merasa kasihan. ia berusaha mencari solusi dan berpikir dengan keras, apa dia Carikan Tian pacar saja ya.

"Gimana kalau Lo pura-pura aja, bilang sama mereka kalau lo udah punya pacar?" tawar Xuan.

Tian segera menggelengkan kepalanya. ia menyesap rokok di tangannya kemudian mengeluarkan asap itu.

"gua males kalau harus berurusan sama cewek. kalau ceweknya baper sama gua gimana?" tanya Tian dengan PD nya.

tapi ada benarnya juga sih, apalagi Tian itu kan tampan, cewek mana yang tidak mau berpacaran dengan nya. kalau si cewek naksir beneran kan ribet nanti.

"Lo sih kelamaan jomblo, makanya deh di jodohin sama orang tua Lo!" kata Xuan.

mereka berdua saling tatap karena bingung.

"gua udah kepikiran buat nyewa pacar, tapi gak jadi," imbuh Tian

Xuan bingung sekali, ia tidak punya opsi lain dan hanya bisa menjawab.

"yaudah kalau gitu Lo pacaran sama cowok aja, gue jamin dia gak bakalan naksir sama Lo, kan sama-sama cowok!"

Tian dan Xuan saling tatap dengan tatapan tajam. Tian memilih untuk menyesap rokok di tangannya, seketika ia berpikir, apakah ini termasuk ide gila? atau malah ide cerdas?

***

jangan lupa vote yaa🫰🏻

Red Strings Teory [BL]  TIAN ZIYU Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon