Mereka pernah bertemu sekali di keheningan lembut sebuah toko kecil,
seorang mahasiswa kedokteran yang datang terlalu sering,
dan seorang gadis yang diam diam menaruh rasa.
Bertahun-tahun kemudian, di sebuah desa terpencil yang dibasuh hujan,
jalan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Siapa cinta pertama kamu?
Setiap kali Ayunda menerima pertanyaan itu, dia hanya akan tersenyum, dan benaknya langsung mengingat satu nama yang ia simpan rapat-rapat di hatinya, pria itu adalah Narendra Adiningrat.
Selalu begitu, setiap kali Ia mengingat nama Narendra, saat itu pula kenangan tentang pertemuan mereka ikut hadir di benaknya. Kenangan yang bahkan waktu pun gagal menghapus, bahkan meski itu sudah sepuluh tahun yang lalu.
NARENDRA ADININGRAT. Pemuda itu adalah pelanggan tetap di toko milik keluarga Ayunda, dia seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir, dan nyaris setiap sore dia akan datang ke toko, biasanya membeli susu steril kaleng dan roti. Ah! Membayangkan wajah Narendra, selalu berhasil membuat Ayunda tersenyum.
Bagaimana kabar pria itu sekarang?
Apa dia sudaj jadi dokter yang sukses?
Apa dia sudah menikah?
Oh atau bahkan sudah memiliki anak?
Terakhir kali mereka bertemu, itu di desa sukamukti, saat Ayunda sedang KKN dan Narendra sedang menjalani tugasnya sebagai dokter internship.
Narendra adalah cinta pertamanya. Ayunda merasakan euforia itu pertama kali saat duduk di bangku kelas tiga SMA. perasaan yang datang tiba-tiba, penuh debar, dan sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Namun perasaan itu harus ia kubur dalam-dalam saat ia tahu Narendra sudah punya calon istri. Ia tidak mungkin memaksakan perasaannya pada pria yang sudah punya pilihan. Ayunda tak akan mengkhianati prinsipnya dengan menjadi perusak hubungan orang. Karena itulah dia memutuskan menghapus perasaannya pada pria itu.
Pertanyaannya adalah apakah perasaan itu sudah benar-benar hilang? Lalu...kenapa sampai saat ini tak ada satu pria pun yang menghuni hatinya, sekeras apapun dia mencoba untuk membuka hati, tetap tidak bisa, seolah hatinya berhenti di titik yang sama dan enggan berputar.
Ayunda sadar bahwa sikapnya ini telah mengecewakan Ibunya, di usianya yang sudah dewasa ini seharusnya ia sudah bisa mengabulkan salah satu keinginan terbesar orang tuanya, yaitu menikah lalu memiliki anak, memberikan cucu yang lucu pada Ayah dan Ibu. Karena itulah Ayunda akhirnya setuju untuk melakukan kencan buta, untuk pertama kalinya setelah ratusan kali ia tolak permintaan Ibunya itu.
Pikirnya, tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan pria, meski ia tak mencintainya, setidaknya pria itu baik, dari keluarga yang jelas. Karena jika Ayunda menunggu sampai hatinya jatuh cinta, itu akan sulit, hatinya sudah tidak bisa diajak kompromi, dia sudah seperti mati rasa.
Gadis itu menghela napas panjang dengan hati yang sudah yakin dengan keputusan kali ini. Hari ini dia akan bertemu Julian Pratama, pasangan kencan buta yang di pilih oleh Ibu.
Ia berdandan seperti biasanya, tidak terlalu mencolok, tidak berusaha untuk menarik perhatian siapapun, karena penampilannya di hari-hari biasanya sudah rapi dan cantik.
Ayunda masuk ke sebuah kafe, memilih duduk di kursi sudut dekat jendela. Julian bilang dia akan sedikit terlambat karena ada meeting mendadak. Ayunda tidak keberatan menunggu, dia memainkan ponsel setelah memesan kopi, duduk dengan tenang, sampai seseorang menyapanya, menghancurkan ketenangan dirinya, seseorang yang tiba-tiba hadir, membawanya pada ingatan lama tentang kenangan mereka. Tatapan itu, senyum itu, segala yang ada dalam diri sosok itu, masih sama seperti dulu.
"Hai Ayunda!"
Ayunda bangkit dari duduknya, reflek, seakan tak percaya bahwa mereka akan bertemu lagi.
"Kak Naren!" Dia mendadak gugup
"Wah! Ternyata benar kamu, aku takut salah ngira tadi, nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini, Ay. Kamu apa kabar?"
Ayunda diam, tangannya meremas rok yang ia kenakan, dadanya berdebar hebat, tubuhnya mendadak panas dingin, matanya tak mampu beralih dari sosok di hadapannya itu
Kenapa harus bertemu di saat seperti ini?
Tidak....kenapa harus bertemu lagi?
"Ay..." Narendra menjentikkan jarinya saat Ayunda tak kunjung menjawab pertanyaannya. Gadis itu melamun
"Eh iya...aku baik kak, Iya nggak nyangka bakal ketemu di sini. Kak Naren sendiri apa kabar?" Ayunda tersenyum canggung, tangannya terangkat untuk merapikan rambut ke belakang telinga.
"AKu baik, Kamu kok bisa ada di Surabaya?" Tanya Narendra penasaran
"Iya, aku dipindah tugas ke sini sebulan yang lalu, Kak."
Narendra mengangguk paham. "Aku juga kerja di rumah sakit sana." Dia menunjuk bangunan rumah sakit yang bisa dilihat dari dalam kafe, dan Ayunda hanya ber-oh tanapa tahu harus mengatakan apa lagi. Pertemuan itu tiba-tiba, dan rasanya canggung, padahal dulu mereka pernah sekarab itu.
"Boleh minta nomer kontak kamu Ay, saya mau ajak kamu makan bareng nanti, mumpung kamu sudah di surabaya." Narendra mengeluarkan ponselnya
Ayunda menggeleng. " Rasanya kurang tepat kalau kita makan bareng, Kak. Meski kita adalah kenalan lama, tapi kan Kak Naren udah nikah, aku nggak mau bikin orang lain nggak nyaman." Ia menolaknya dengan sopan
Narendra tersenyum, seolah perkataan Ayunda adalah sesuatu yan lucu. "Saya belum menikah, Ay."
Ayunda membeku, matanya terbuka lebih lebar, ia menatap Naren untuk memastikan ucapan pria itu.
"Saya belum menikah." Narendra mengulang ucapannya
"Ti-tidak mungkin, bukannya dulu kak Naren udah tunangan?" Ayunda semakin merasakan dadanya berdebar hebat, di sudut hatinya yang terdalam, entah kenapa dia merasa senang mendengar hal itu. tapi...apakah itu merubah keadaaan? Apakah dia salah kalau berharap?
"Nggak Ay, pertunangan itu gagal. Saya belum bisa menikah... karena yang punya hati saya belum pernah tahu kalau dia membawanya pergi."
Ayunda tertunduk, lututnya terasa lemas, jantungnya berdetak terlalu cepat. Ia menarik napas pelan, mencoba menenangkan diri, tapi gagal total.
"Kamu... apa kamu sudah menikah, Ay?"
***
Halo! Untuk siapapun yang menemukan cerita ini, aku akan sangat senang kalau kalian mau meninggalkan jejak dengan vote dan komen 💜