"Mas, ini sudah tiga hari, aku sudah hampir berhasil. Gimana kalau sekarang kita coba lagi?" bujuk Renata saat mereka hanya berdua di rumah. Arich tengah menginap di rumah Rendy.
"Sayang, bukannya Mas menolak lagi, tapi—"
Dengan gerakan yang mengejutkan Arkana, Renata tiba-tiba menarik wajah Arkana mendekat dan menciumnya. Ciuman singkat, tapi penuh makna.
"Mas," bisik Renata setelah melepaskan ciuman. "Kita coba lagi. Tapi bolehkan kalau aku yang memulai?"
Arkana menatapnya bingung. "Maksudnya?"
"Aku pikir..." Renata menarik napas. "Aku pikir kalau aku yang bergerak, mengontrol, mungkin tidak akan terlalu menakutkan. Aku juga sudah menelepon bu Marini, katanya aku boleh yang memulainya."
Arkana terdiam sebentar, dan langsung mengerti. Arkana menatap dalam kedua netra Renata, penuh pertimbangan. Dia melihat tekad disana. Dia pun ingat kata-kata Marini, "Coba biarkan Rena yang mengontrol. Agar kepercayaan pada tubuhnya sendiri meningkat."
"Oke," jawab Arkana akhirnya. Dia bangkit, duduk di kasur dengan punggung bersandar di kepala ranjang. "Ayo, duduk sini."
Renata mengangguk, walau tangannya gemetar. Dia naik ke pangkuan Arkana perlahan, bergeser hingga menghadapnya.
"Mas akan diam," ucap Arkana lembut. "Mas tidak akan bergerak kecuali kamu minta. Kamu yang mengontrol semuanya, Mas hanya mengikutimu. Berhenti kalau kamu sudah tidak sanggup. Oke?"
Renata mengangguk. Tangannya menyentuh bahu Arkana, merasakan kehangatan tubuh suaminya.
Arkana tidak bergerak, seperti janji yang sudah ia ucapkan barusan. Tangannya tergeletak di sisi tubuhnya, tidak menyentuh Renata. Dia hanya menatap istrinya dengan penuh cinta dan kesabaran.
Renata menarik napas dalam-dalam. Dia menutup mata sebentar, membisikan mantra pada dirinya, "Aku aman. Ini Mas Arkana. Aku yang mengontrol. Aku bisa berhenti kapan saja. Tubuhku milikku sendiri."
Mendengar bisikan itu, Arkana tersenyum samar. Dia bangga dengan usaha Renata.
Renata membuka matanya, menatap wajah Arkana yang begitu sabar menunggunya. Perlahan, dia mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir Arkana.
Kali ini lebih lama dari sebelumnya. Sangat kaku, canggung, tapi lebih lama.
Arkana tidak bergerak, tidak membalas. Dia membiarkan Renata yang mengontrol ciuman itu. Arkana membalasnya sangat ringan, seperti ia takut merusakkan sesuatu yang rapuh dan tidak mengambil alih.
Renata melepaskan ciuman, napasnya tersengal. "Mas... tangannya, Mas..."
"Ya, sayang?"
"Pegang... pegang aku. Tapi pelan aja ya," bisik Renata.
Pelan-pelan, Arkana meletakkan tangannya di pinggang Renata. Sangat lembut. Nyaris hanya sentuhan udara.
Renata menegang sebentar, tapi tidak panik. Dia menarik napas, fokus pada wajah Arkana. Tidak lari, tidak menarik diri.
"Ini… aman," bisiknya untuk dirinya sendiri. "Ini Mas Arkana. Ini bukan masa lalu."
Arkana tidak berkata apa-apa selain dengan tatapan hangat yang menenangkan.
Renata kembali mendekat dan mencium suaminya lagi.
Kali ini lebih mantap, meski tubuhnya masih gemetar. Saat tangannya menyentuh leher Arkana, Dia merasakan getaran kecil dari suaminya, ketulusan, bukan tuntutan.
Setelah menenangkan diri Renata kembali mencium Arkana lagi. Kali ini sedikit lebih berani, sedikit lebih dalam.
Tangan Arkana di pinggangnya tidak bergerak. Hanya diam di sana, memberikan kehangatan tanpa ancaman.
YOU ARE READING
Diary Renata [END]
RomancePernikahan Renata dan Arkana berakhir di meja persidangan setelah hakim mengetuk palu dan menyatakan bahwa Renata terbukti berselingkuh dengan teman kuliahnya, Fandi. Tiga bulan setelah perceraian, Renata menikah dengan Fandi. Namun, pernikahan itu...
![Diary Renata [END]](https://img.wattpad.com/cover/394505390-64-k523832.jpg)