🌟Chapter 16

56 4 4
                                        


HALOOO
JANGAN LUPA KASIH VOTE DI AKHIR CERITA INI.
BTW INI DAH HARI KE-16 IKUT JAMUAN, BUT I'M CONFUSED MAU GIMANA LAGI APALAGI SETELAH DILANDA TKA KEMARIN!!!
YANG PENTING SEKARANG BISA UP LAGI, OKK.

Flashback Kalisa.

Cewek itu melangkah dengan langkah gemetar menuju ruangan ayahnya. Setelah kabar bully itu sampai ke pria yang kini tengah duduk di atas kursinya, Kalisa tak mampu berkutik bahwa dirinyalah yang membully Nadira. Terlebih ketika ada sebuah rekaman video yang tersebar di seluruh penjuru media sosial sebelum semuanya benar-benar dihapus permanen.

"Duduk," perintah pria berkacamata itu pada Kalisa.

Cewek itu menuruti perintah ayahnya. Bersiap untuk menghadapi kenyataan yang terjadi.

PLAK!

Sempurna sudah tamparan itu melayang di pipi kanan Kalisa. Terlihat amarah ayahnya yang begitu besar. Tersulut emosi yang membara.

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Berani-beraninya kau membuat ulah di luar sana!" ucapnya geram. "Kau mau tidak saya sekolahkan, hah?! Jangan macam-macam dengan saya jika kau mau tetap tenang!"

Kalisa diam. Dia tidak mau menyanggah sama sekali. Tidak ada gunanya. Di pintu luar, seorang wanita dengan dengan tajam menatap ke dalam ruangan itu. Mengantisipasi jika pria yang sedang memberikan pelajaran pada anaknya itu berbuat yang tidak-tidak.

"Mau sampai kapan kau seperti ini, hah?! Saya bekerja gak cuma satu dua! Jangan menambah banyak beban!" pria itu mengambil sebuah balok kayu.

Wanita itu panik seketika. "MAU KAU APAKAN ANAK KU!!"

Dengan segera wanita itu merebut dan melempar jauh balok kayu itu ke kaca jendela yang tertutup rapat. Membuat kaca itu pecah, berserakan dimana-mana. Menambah riuh suasana.

"Berani-beraninya kau menggangguku!" bentak pria itu.

"Kamu yang berani-beraninya melukai anakku, mas! Jangan sampai aku laporin kamu ke polisi!" ancam wanita itu dengan keras.

Kalisa menangis tersedu-sedu. Dia depresi melihat kedua orang tuanya terus bertengkar. Dari kemarin, tidak, hampir setiap hari mereka beradu argumen. Tidak akur. Bahkan sampai-sampai barang pecah belah di rumahnya dimainkan oleh keduanya.
Cewek itu tak lagi sanggup menahan amarahnya sehingga dia memilih untuk melampiaskannya kepada orang lain.

"Lapor? Oh silakan saja! Hubungi polisi sekarang juga!" pria itu melempar ponselnya ke lantai. Membuat ponsel itu retak.

"Oke, aku lap-"

"DIAM!" teriak Kalisa tiba-tiba. Membuat kedua orang itu menoleh pada anaknya. Betapa terkejutnya mereka ketika Kalisa memegang pecahan kaca yang cukup besar dan tajam. Mengarahkan kaca itu pada telapak tangannya.

"Kalian berhenti atau aku-"

Wanita itu langsung memeluk Kalisa. Tak ingin anaknya melanjutkan aksinya, wanita itu menenangkan Kalisa. Lalu menyuruhnya untuk meletakkan kembali apa yang dipegangnya tadi. Ada ketakutan yang menyelubungi keduanya.

"Tenangkan dirimu, nak..," ucap pelan wanita itu sambil membelai Kalisa. Sedangkan pria itu mengambil langkah dan keluar dari ruangan itu.

"Bu.., Kalisa takut, Bu...," ucap cewek itu pelan. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu sama kita, Bu? Sekolah aku? Ibu?" Kalisa benar-benar khawatir akan semuanya.

Wanita itu membelai rambutnya. "Jangan khawatir, sayang. Ibu gak akan biarin semua itu terjadi. Kami sekolah saja baik-baik. Ibu akan selalu berusaha yang terbaik buat kamu. Tapi.., ibu minta kamu jangan membuat masalah lagi. Terlebih ibu gak mau kamu menjadi seorang perundung di sekolah. Itu gak baik sama sekali, nak..," ucap ibunya.

If I Call It HomeWhere stories live. Discover now