Aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk membuat diriku terbebas dari jerat luka ini.
Tapi sayangnya, semua terlalu berat bagiku sampai membuatku pasrah.
Hingga laki-laki itu datang ke kehidupanku. Membantuku untuk mengenal dunia yang menyembunyikan...
Beri vote di akhir cerita ini . Btw ini dah day 8 event nulis #jamuan! Calon_Dosen
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gadis itu berjalan cepat menuruni anak tangga. Dia segera mulai memasak dan mengerjakan pekerjaan dapur dengan cepat. Sambil bersenandung, dia mengiris bahan-bahan untuk membuat nasi goreng.
Tak lama kemudian, Sandra datang dan memeriksa pekerjaan Nadira.
"Tumben kamu gercep tanpa saya suruh," katanya singkat. Lalu dia pergi menuju kamar Zia. Membangunkan adiknya itu.
Nadira sedikit tertegun saat mengetahui ibunya itu lah yang membangunkan Zia. Biasanya dia yang melakukannya setiap hari. Senyumnya mengembang.
Pukul enam pagi, seluruh anggota keluarga nya telah berkumpul di meja makan. Dengan cekatan Nadira menghidangkan sarapan nasi goreng itu kepada Arman dan Zia.
"Ibu dimana, pa?" tanya Nadira kepada Arman yang sedang membaca koran.
Arman menatapnya dengan tajam. Tak suka diganggu olehnya. Nadira pun hanya diam saja. Dia segera memanggil ibunya yang sedang berada di dalam kamar.
Setibanya di depan kamar ibunya, dia pun mengetuk pintu. Tetapi tak ada respons.
"Sarapan dulu, Bu..," kata Nadira saat masuk ke dalam kamar Sandra.
"Kamu ngapain masuk kamar saya!" seru wanita itu tiba-tiba. "Cepat sana keluar! Kurang ajar sekali anak ini!"
Nadira pun segera keluar dari kamar itu. Dia juga tidak mengerti mengapa ibunya itu tidak mengizinkan dia untuk masuk. Dia tahu, dia tidak pernah masuk ke kamar Sandra. Tapi dia juga tak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya.
Sudahlah. Gadis itu pun bergabung di meja makan. Dia menyendok makanannya. Lagi dan lagi dia beruntung bisa sarapan bersama keluarganya.
Arman pun menurunkan koran nya. Dia mengambil piring itu dan mulai menyendok nasi gorengnya itu.
"Pa..," ucap Zia sambil menghentikan suapannya.
"Hm?"
"Aku pengen minta sesuatu dong, pa..," pinta Zia kepada pria itu.
"Apa, sayang? Katakan apa yang kamu mau," ucap Arman.
"Aku pengen punya sepeda, Pa..," kata Zia memelas.
"Mau yang kayak gimana?" ucap pria itu sambil segera memainkan ponselnya. Tak lama kemudian dia menyodorkan ponsel itu kepada Zia.
"Coba lihat, mau sepeda apa?" tanya Arman pada gadis kecil itu.
"Aku mau yang ini, pa!"
Nadira hanya diam menyimak kedua orang itu. Di sisi lain, Sandra yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka tersenyum puas melihatnya.