"Luke, kalau mau pulang, pulang saja." Kataku, tak berniat untuk mengusir, hanya saja kalimat itu terpeleset keluar dari mulutku.

Dia hanya tertawa dan berbalik, pergelangan tangan kanannya melambai padaku sebelum akhirnya punggungnya menjauh dari pandanganku.

Tanganku kembali meraih ponselku, berniat menelepon kembali Hazzel yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya, maaf Haz.

Namun alisku terangkat ketika tiba-tiba kutemukan satu notifikasi pada ikon berbentuk pesan dalam ponselku. Jemariku menekan ikon tersebut. Satu pesan dari Nash. Ada apa sih? Aku sedang malas bicara dengannya. Namun rasa penasaran berhasil membuatku membuka pesan tersebut.

From: Nash
Weiss aku sudah tahu nama gadis yang kusukai itu!! Tadi baru saja aku berkenalan dengannya. Kau mau tahu? Namanya Lacey. Lacey Fallon! ;D

Aku membeliak dan hampir menjatuhkan ponselku. Ini mustahil, Nash? Dengan Laser itu? Nash, kau bisa mengencani wanita manapun jika kau ingin menghancurkan hatiku, tapi kenapa harus dia?

Semakin aneh saja hidupku. Maksudku, jika ia mengencani semacam model Victoria Secret itu tidak masalah, tapi, oh ayolah, gadis sombong yang suka menjadikan orang lain sebagai pelampiasan kemarahannya? Pikir dua kali.

Ah terserah, aku harus menjemput Hazzel sebelum ia berkomat-kamit tak jelas.

......

"Hai, Michael." Azure melambaikan pergelangan mungilnya.

Michael menoleh, tersenyum membalas kemanisan gadis itu, "kau belum pulang?" Tanyanya sambil menjinjing tas gitarnya.

Azure menggeleng pelan, "aku menunggu ibuku, kau sendiri?"

"Aku menunggu temanku," jawabnya.

"Ohh," Azure membentuk mulutnya menjadi bentuk bulatan.

Michael menyandarkan punggungnya pada tembok, tangannya sedikit menggaruk lehernya, sementara Azure terus memperhatikan arlojinya.

Michael berdehem perlahan, membuat Azure kembali beralih padanya. Michael menoleh dan tersenyum, Azure balas tersenyum sebelum akhirnya mereka sama-sama tertawa.

"Kau kenapa sih?" Tanya Azure dengan sedikit tawa.

Michael menggeleng, "tidak apa-apa, lucu saja melihatmu." Jawabnya.

Azure mendengus, "apanya yang lucu? Memangnya aku terlihat konyol?"

"Bukan konyol," sergah Michael, "tapi kau manis,"

Semburat merah menghias wajah manis si gadis berambut cokelat muda itu. Ia sedikit menutupi wajahnya dan tertawa, tangannya memukul kecil lengan Michael.

"Apa sih?"

"Lho, seharusnya kau berterima kasih aku sudah memujimu." Tawa Michael,

"Pshh, kau pasti bukan hanya memujiku saja kan."

Kedua alis Michael bertemu, tidak mengerti dengan perkataan tidak jelas dari gadis di hadapannya ini.

"Maksudmu?"

"Iya, pasti banyak gadis lain yang kau puji, bukan hanya aku." Jawab Azure dengan entengnya.

Michael mencibir diiringi tawa, "ya setidaknya aku tidak memuji gadis lain di waktu yang sama kan?"

Azure hanya tersenyum. Kedua kakinya sesekali berjinjit-jinjit dan kembali menapak dengan punggung menempel pada tembok.

"Hey, Azure." Panggil Michael.

"Apa?"

"Besok kau bisa mengunjungiku di ruang musik, jika kau mau."

Azure terdiam, namun kepalanya memberikan sebuah anggukan kecil.

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang