Eps 11. Euclass.

117 56 114
                                        

Cerita ini adalah fiksi. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan alur cerita, itu hanyalah kebetulan belaka.

Copyright © 2025 Rita Diya Ayu. All Rights Reserved
______________________________________

🍁After It's All Over🍁

APANYA yang soto ayam? Yang ada cuma cilok pinggir jalan! Seluruh anggota klub, termasuk April dan Violetta, kini duduk berderet di trotoar. Suara deru kendaraan melintas silih berganti, debu beterbangan, membuat Letta mengernyit tak nyaman.

"Katanya mau traktir? Ini apaan?" Gavin menatap bungkusan yang baru saja Mamang cilok sodorkan, wajahnya penuh tanda tanya. Cowok seperti dia jelas tidak pernah sekali pun makan di pinggir jalan, apalagi makanan yang cuma dibungkus plastik tipis.

"Itu cilok! Masa lo nggak tau sih?" sahut Rio dari balik gerobak cilok. Dengan cekatan membantu Mamang memasukkan bola-bola putih kenyal itu ke plastik, seolah-olah memang anak magang di sana.

"Yah... gue kira bakal makan soto ayam." Ilham mengeluh, menerima bungkusan yang disodorkan Rio.

"Eh, Ham. Masih untung gue nggak ingkar janji. Yang penting kan gue udah traktir! Mohon pengertiannya ya, gue lagi bokek." Rio ikut duduk di trotoar, mulai membagikan bungkusan ke semua orang.

Serempak, mereka yang ditraktir mendesah berat. Gavin, Randy, Dani, juga Adam-anak-anak orang kaya yang selama ini hidup serba nyaman, mana pernah mereka makan cilok atau jajanan kaki lima sejenisnya? Kalau Rio, lain cerita. Sejak SMP, ia memang anak bandel yang hobi jajan sembarangan meski sering dimarahi mamanya.

"Serius gue makan beginian?" gumam Randy sambil mengendus bungkusannya.

"Ini higienis nggak, sih?" Adam menatap curiga.

"Ri, lo jamin ini nggak bikin sakit perut kan?" Dani menambahkan.

"Yaelah, manja banget jadi cowok." Rio mendengus. "Tenang aja, lo pada nggak akan mati cuma gara-gara makan cilok!"

April tidak memberi komentar apapun, ia langsung mencicipi ciloknya. Sementara Letta? Si tuan putri itu jelas berbeda. Ia menjepit bungkusan dengan ujung jarinya, wajah menekuk jijik.

"Eww... lo serius suruh gue makan beginian?"

"Eh, Letta. Meskipun tampangnya nggak meyakinkan, tapi rasanya enak! Lagian kalau lo nggak suka, kenapa ikut kesini? Udah tau gue mau beli cilok, masih aja ikut." balas Rio, ia menusuk bola cilok dengan tusukan sate, mengunyah santai.

"Gue ikut karena Ilham. Bukan karena lo mau beli cilok."

Semua kepala serentak menoleh. Gavin yang baru saja menggigit cilok hampir tersedak, sementara Ilham langsung tersenyum lebar penuh kemenangan, dengan cepat ia duduk merapat ke samping Letta.

"Ham, bantuin tiup. Bungkusnya panas." Letta menyodorkan bungkusan ciloknya. Ilham langsung menerima dengan wajah berbinar.

"Tenang aja, My Letta. Aku akan tiup sampai dingin."

Rio ternganga, nyaris kehilangan kata-kata. Dari kacamata siapa pun, Ilham jelas sedang diperalat. Tapi, kalau sudah soal Letta, otaknya seperti diputus dari logika.

"Eh, Lett. Sejak kapan lo deket sama Ilham?" tanya Gavin. Pertanyaan itu langsung memicu tatapan penasaran dari Adam, Randy, dan Dani.

Letta memutar bola mata, malas menanggapi. "Kenapa? Lo cemburu gue deket sama Ilham? Gue minta tolong dia anterin pulang, tapi dianya malah pengen main dulu sama kalian. Ya udah, gue bisa apa selain ikut ngegembel kayak gini." Tangannya sibuk mengelus kulit kakinya yang terasa kasar karena debu trotoar.

After It's All Over [Update Min & Rab]Where stories live. Discover now