Saat aku bangun, Jung-woo sudah tidak ada, dan tidak ada telepon dari departemen rumah sakit—tanda bahwa mereka belum membutuhkanku. Tinggallah aku sendirian di rumah, tidak ada yang bisa dilakukan selain berpikir. Aku mengusap leherku, dan seketika pikiranku langsung melayang padanya.
Aku tidak punya hobi; dulu saat masih muda, hidupku hanya soal belajar dan membaca, kadang bermain dapur-dapuran di kebun. Sekarang, semuanya cuma kerja, kerja, kerja—ritme tak henti dari kapitalisme. Namun, aku tak pernah menyangka kalau selingkuh dari suamiku akan menjadi “kegiatan” baruku.
Duduk di rumah yang sunyi, aku terjebak dalam campuran emosi. Rasa bersalah karena perselingkuhan bercampur dengan rasa penasaran dan daya tarik yang dibawa oleh Haerin. Rumah ini terasa terlalu hening, seolah menggema kekosongan di dalam diriku.
Aku mencoba mengalihkan pikiran dengan menggulir pesan di ponsel, tapi pikiranku terus kembali pada Haerin. Bagaimana bisa aku terjerat dalam jaring keinginan dan rahasia seperti ini? Bebannya terasa semakin berat, dan aku bertanya-tanya berapa lama lagi aku bisa menjaga keseimbangan rapuh antara komitmen dan kekacauan batinku.
Tersesat dalam labirin pikiranku sendiri, aku bergulat dengan pertanyaan tentang jati diri. Apakah aku pernah benar-benar tahu siapa diriku? Getaran ponsel memotong renunganku, memberi jeda singkat dari pikiran-pikiran itu.
Foto suamiku muncul di layar—sebuah pengingat visual akan jarak di antara kami. Aku membalas dengan pesan hangat, tapi saat aku tenggelam di sofa, aku merasa perlu waktu untuk mengurai pikiranku dan menghadapi kerumitan hidup yang menjeratku.
Hari berlalu dengan lambat, hanya diisi membaca dan melamun tanpa tujuan, hingga sebuah telepon tak terduga memecah kesunyian. Nomor tak dikenal muncul di layar, membuatku penasaran. Saat kuangkat, suara di seberang memperkenalkan diri sebagai Hyewon dari hostess comfort. Katanya, ada karyawan yang mengaku aku meninggalkan sesuatu. Rasa curiga muncul saat dia menyebutnya semacam pernak-pernik. Pandanganku turun ke pergelangan tangan—gelangku masih di sana, hal yang aneh. Meski ragu, aku memutuskan untuk datang dan mengambil barang itu. “Sampai jumpa,” kata Hyewon sebelum menutup telepon.
Udara malam terasa sejuk saat aku berjalan menuju hostess comfort. Rasa penasaran tentang apa sebenarnya pernak-pernik itu memenuhi pikiranku. Dengung lembut kota menjadi latar suara langkah sepatuku yang ritmis di trotoar.
Saat tiba, aku melihat papan neon yang sudah kukenal, cahayanya menyinari pintu masuk. Hyewon, pembawa kabar ini, sudah menunggu di dalam. Bunyi lonceng pintu terdengar saat aku masuk, suasana berubah menjadi hangat dan nyaman.
Hyewon membawaku ke sudut yang agak tersembunyi, jauh dari pandangan pengunjung lain. Aku duduk, dan dia meletakkan sebuah paket kecil yang dibungkus rapi di depanku. “Salah satu karyawan kami menemukannya di meja setelah jam tutup,” jelasnya.
Rasa penasaran meningkat saat aku membuka bungkusnya dengan hati-hati. Di dalamnya ada sebuah liontin yang dibuat dengan detail sangat halus. Keindahannya memukau, logamnya berkilau lembut di bawah cahaya ruangan.
Hyewon memperhatikan reaksiku, mungkin berharap aku mengenali benda itu. Aku mengelus permukaannya yang halus, mencari petunjuk. “Aku belum pernah melihat ini sebelumnya,” kataku, bingung.
Dia mengangguk mengerti. “Cantik sekali, dan kami penasaran kenapa sampai tertinggal. Mungkin punya nilai sentimental bagi seseorang?”
Aku mencoba menebak kemungkinan yang ada. Apakah ini akan menjadi bab baru dalam rumitnya hidupku? Saat kuperhatikan liontin itu lebih dekat, kehadirannya yang misterius menambah lapisan baru pada teka-teki yang sudah membelitku. Hyewon terus mengamatiku, matanya memancarkan rasa penasaran dan empati. Aku memutar liontin itu di tangan, seakan mencari jawaban dari bentuknya yang bisu.
YOU ARE READING
KETERLAMBATAN | Catnipz
FanfictionMinji, seorang perawat berdedikasi di sebuah rumah sakit bergengsi di Korea, menjalani jadwal padat, bekerja tekun dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Suaminya, seorang editor video di perusahaan ternama Hybe Entertainment, sama sibuknya dengan pekerja...
Apa Hobimu?
Start from the beginning
