Chapter 19: Don't Get Me Wrong

20.6K 2K 132
                                        


Viviane duduk di kursi pojok dekat jendela kafe yang hanya berjarak beberapa blok dari gedung kantor. Posturnya tegak, satu kaki disilangkan di atas kaki lainnya. Di depannya, iPad terbuka, beberapa catatan dan moodboard tertata rapi.

Gie di sebelahnya, fokus memeriksa dokumen fisik yang baru saja ia sodorkan. Sera di seberang mereka, buku catatan terbuka, berusaha mengikuti ritme pembicaraan yang cepat.

"Oke, jadi... deal, ya?" Viviane menutup iPad-nya, suaranya tenang tapi jelas puas dengan keputusannya.

"Deal," jawab Gie singkat sambil membubuhkan tanda tangan di pojok dokumen.

Sera mulai membereskan berkas ketika suara klik-klik sepatu heels terdengar jelas dari arah pintu masuk. Ritme langkahnya pasti, makin lama makin dekat.

Laura muncul. Dress satin emerald jatuh sempurna membingkai siluetnya, rambutnya rapi seolah baru keluar dari sesi blow dry. Senyumnya... tipis, cantik, tapi dinginnya terasa menusuk.

"Wah..." Laura berdiri di sisi meja, memandang Viviane dari atas ke bawah. "Gak nyangka banget ketemu kamu lagi di sini, Vi. Effort kamu buat dapetin Gie... luar biasa juga, ya? After kissing up to his mom, now the son..."

Viviane mengangkat dagu, seringai tipis muncul di sudut bibirnya. "Excuse me? Oh honey... orang kayak kamu, wouldn't survive a week in my world. This is business. Something you clearly don't... comprehend." kekehnya yang terdengar mengejek.

Laura terkekeh pendek, tapi tatapannya menusuk. "Aku ini bukan orang bodoh, Vi. Semua orang juga tahu tatapan kamu ke mantan suamiku. And let's be honest... this isn't about business, right?"

Viviane bersandar santai, senyum sinisnya tak luntur. "Just a mantan suami. And honestly... kamu ini kok gak tahu malu, ya? Udah ninggalin keluarga demi karier yang gitu-gitu aja, terus balik lagi cuma buat .... what? Recycle old flames?" tawanya makin lepas.

Laura mengibas rambutnya pelan, senyum licinnya tak bergeser. Jemarinya menyentuh pergelangan tangan Gie. "Kalau gitu... gimana kalau aku beneran ajak rujuk Gie? Apalagi katanya Adrian mau ketemu aku... itu yang kamu bilang waktu malam itu you came to my place, kan, Sayang?"

Senyum Viviane mengendur, matanya menajam, pandangannya bergeser cepat antara Gie dan Laura. Sementara Laura menatapnya penuh kemenangan.

Gie menarik tangannya pelan dari genggaman Laura, memijat pelipis sebentar. "Can you not act like a kid? Kita lagi meeting. So maybe... stop disturbing us."

Laura mengangkat alis, seolah terhibur dengan respons itu. "Oooh, okay. Fine, i'll go. Tapi jam lima nanti, after ifinish the shoot upstairs... i'm coming to your office. Hanya kita berdua. And it's important."

Sera menahan napas. Laura memberi satu kedipan genit yang lebih mirip provokasi ke arah Gie sebelum benar-benar pergu berbalik. Langkah heels-nya kembali menggema, m meninggalkan meja itu dengan udara tegang yang masih menggantung.

Keheningan jatuh di meja mereka. Viviane masih menatap arah Laura pergi, bibirnya tertekuk sedikit. Gie menatap kosong ke dokumen, jemarinya tetap di pelipis.

"Baik..." suara Viviane akhirnya pecah, datar. "What a dramatic closing scene."

Sera tak membalas. Ia hanya menunduk, merasa ingin lenyap dari situ.

Gie sempat melirik tangan Sera di atas meja, ada dorongan untuk menyentuhnya dan menjelaskan sesuatu agar ia tak salah paham. "Ser, saya bisa—"

Tapi sebelum ia sempat bergerak, Sera sudah menarik tangannya ke pangkuan.

Out of Scope (Selesai)Where stories live. Discover now