Sebagian menggidik, sebagian menggeleng, semua nya tidak tau dan tidak punya clue.

Galang berdecih, "Tidak tau adalah suatu kebodohan, orang yang tidak tau biasanya berpikiran rendah," ujar nya dengan sok nada bijak yang mengejek. Ucapan konyol pria itu praktis mengundang delikan kesal.

Wira yang jelas-jelas memiliki IQ lebih tinggi dibanding Galang menempeleng kepalanya pelan, "Itu kan kamu. Bicara omong kosong lebih dulu, ngalor-ngidul, baru dipikir."

"Loh enak aja. Ucapan aku itu berdasarkan fakta dan data dilapangan. Sumber nya tidak kaleng-kaleng loh, dipercaya, dan seratus persen asli. No hoax, no gimmic, no micin."

"Halah, tinggi bahasa mu. Ngomong inggris tau nya cuma no, yes, no, yes, terus ditambahin keterangan aja."

Galang mendelik tidak terima, kalau sudah disenggol-senggol perkara kekurangan nya yang tidak bisa berbahasa inggris begini—Galang langsung naik darah. Dia merasa tidak keren karena pintaran sepupu-sepupu kecil nya berbahasa inggris dibanding dengan dia.

"Hey, hey, ah sudahlah," Galang putus asa membela diri perihal itu, "Jadi intinya aku, si Galang ini tau untuk apa Mas Raden suruh kita kumpul disini,"

Kinan yang bersender dibahu kakak nya juga megunjuk tangan, "Kinkin juga tau!" dia berseru semangat.

Galang menepuk kepalanya bangga, "Lihat, kami Kakak dan Adik ini, tidak se-kosong Abang-abang dan Mbak-Mbak sekalian,"

"Iyuh," entah siapa yang membuat suara yang sarat akan rasa jijik itu.

"Ayo-ayo ada yang tau?" pemuda tengil itu menaik turunkan alis tebalnya. Menantang sepupu-sepupunya untuk menebak.

Yang lain hanya melengos. Sebagian malas menanggapi, sisanya memang tidak tau.

"Mungkin buat bantuin persiapan nikah Mbak Ayana,"

"Ey! Basic!" Kinan mencibir.

Galang balas mengangguk, "Kurang kreatif pengetahuan mu!"

Hasna yang dikatai begitu hanya mencibik. Kalau saja umurnya satu tingkat lebih tua dari Adik dan Kakak itu—sudah Hasna geplak kepala mereka berdua. Inilah salah satu ketidak enakan menjadi adik dikeluarga ini, kamu tidak punya banyak otoritas untuk menyumpal mulut duo maut itu. Hasna menyadari betapa enak nya menjadi Mas Raden karena dialah orang yang bisa membungkam dua mulut rombeng itu hanya dengan tatapan nya.

"Jangan banyak cincong lah kalian berdua ini, kalau tau langsung bagi tau, banyak kali dramanya,"

"Wuih bang Yud ini mau nya yang langsung instan. Sabar dong, tetap akan ada waktu nya, apalagi kalau ada tip nya," Kinan menggosok jari jempol dan telunjuk nya.

Adik Galang yang tidak kalah sompral itu menyeringai menatap Yudha yang tengah membetulkan sarung BHS andalan nya. Beginilah Yudha kalau brrkumpul dengan sepupu-sepupu dalam nya (Kinan, Galang, Jagat, Rania, dan yang lain kecuali Laras Ayu), pria itu akan menggunakan style khas bapak-bapak, sarung BHS andalan, dan kutangan. Coba kalau Laras Ayu yang membersamai mereka, gaya Yudha sudah seperti direktur muda.

Yudha melengos, sudah dia duga bocah ini tidak jauh-jauh dari uang, bicara nya tip terus, "Malas Abang sama kamu Kin, dijejal uang dulu baru bener jalan mulut mu,"

"Loh iya dong. Kinan ini macam mobil roll-royce, tidak ada bensin tidak jalan. Jangan mau gratisan nya doang dong Abang. Mulut juga butuh duit buang ngomong,"

Yudha menatap geli pada Kinan, "Kin, kayak nya kamu lebih cocok diumpamakan dengan becak. Kalau kamu jadi kuda nya Abang rela pagi dan sore pergi ngarit ambilkan kamu rumput untuk dimakan,"

"Abang!"

"Sutt, ini kenapa malah melenceng sih topik nya," Rania menyadarkan Yudha dan Kinan yang masih bersiteru.

"OKE LANJUT!" Teriak Galang, "Jadi, Mas Raden suruh kita kesini untuk mengumumkan sesuatu yang penting,"

Wira menghela nafas, "Ya itu juga kita sudah tau guoblok!"

"Ih, kasar lah," Galang memasang wajah dengki nya pada Wira, "Itu kan masih intro. Tidak paham basa-basi sekali anda-anda ini,"

"Sumpah ya, belum apa-apa udah kerasa capek," Rana menyendekan kepalanya dibahu sang kakak, Rania. Rana sepantaran dengan Galang, tapi dia tidak mau lama-lama berinteraksi dengan Adik dan Kakak itu. Sebagai seseorang yang introvert, Galang dan Kinan ini benar-benar definisi penghirup energi hidup. Rana rasa energi akan tersedot oleg Kinan dan juga Galang.

"Mas Raden itu mau ngumumin hubungan dia sama Mbak Laras," Kinan mencuri start, membuat Galang mendelik kepadanya dan menyapu kepala Kinan yang semula bersandar pada bahu nya.

"Hah? Hubungan Mas Raden sama Mbak Laras?"

"Hubungan gimana maksud nya?"

"Official pacaran gitu?"

Kinan dan Galang berpandangan, keduanya menaik kan alis dan berbarengan melirik Yudha dan Jagat yang terdiam dengan wajah memasam.

"Apa?" Jagat akhirnya bicara, keki melihat tatapan mengejek kedua bocah setan itu, "Malas aku nanggeping ocehan ngawur kalian,"

"Kok ngawur, apalagi coba yang mau disampaikan Mas Raden kalau bukan tentang itu,"

Kinan mengangguk, kepalanya sudah kembali menamplok dibahu Galang, "Abang-abang ini tidak dengar gosip di Desa kah? Nama Mas Raden dan Mbak Laras lagi booming, trending dikalangan Desa lah istilah nya. Katanya  mereka sedang persiapan nikah. Beritanya sampai kampung sebelah loh,"

Ingatkan Yudha dan Jagat agar tidak terprovokasi oleh ocehan Kinan.

"Ribut karena mereka tidak tau yang nikah sebenarnya adalah Mbak Ayana," Rania menyahut.

"Nah, betul. Kalian berdua ini suka sekali menyebar rumor mentah begitu, Mas Raden saja belum bilang apa-apa,"

"Ya tuhan Bang. Masak kalian tidak percaya sama Galang?"

Mereka semua mengangguk, Kinan tidak ketinggalan  padahal dia sejenis dengang Abang ya. Sadewa juga tidak mau kalah, bocah cilik yang selalu nyempil ketika mereka berkumpul itu mengangguk-ngangguk mengikuti yang lain.

"Oy, Cil. Ngapaian kamu ngangguk, tidak percaya juga kamu sama Abang,"

Sadewa sekali lagi mengangguk, membuat Galang seketika merasa terluka harga dirinya.

"Kamu juga nggak percaya sama Abang? Sama berita yang Abang kasih tau?"

"Iya, soalnya Bang Galang salah info,"

"Bhuahaha," Jagat dan Yudha yang paling kencang tertawa, "Sadewa saja tau kalau kamu tukang ngibul Lang,"

Galang menatap Sadewa tajam, pemuda itu berani nya hanya dengan Sadewa saja, coba kalau pada Abang nya Sadewa, Galang sudah macam ayam sakit.

"Memang nya kamu tau Cil, kenapa Abang mu suruh kita kumpul disini?"

Sadewa mengangguk, tanpa banyak drama seperti Galang dan Kinan, bocah itu langsung berkata, "Pak'de Ansori bilang kalau paman Hajar dan putrinya bakalan datang kesini,"

"Hah?!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Red StringWhere stories live. Discover now