Red String Part 4

617 32 6
                                        

Raden Arjuna si Batu Sandungan

***

Para lelaki, sebagian besar yang mengenali serta meminati Laras Ayu, bahkan Yudha dan Jagat—menganggap Raden Arjuna sebagai batu sandungan dalam perjalanan mereka menuju Laras Ayu.

Batu, bukan sembarang batu. Raden Arjuna dianggap sebagai batu ajimat yang menjaga Laras Ayu, tapi juga lebih dipercaya oleh mereka (para lelaki) sebagai batu kutukan, batu pe-mental, batu penghalang jodoh bagi Laras Ayu sendiri. Mengapa dikatakan demikian?

Setiap pria, mulai dari utara, barat daya, selatan dan timur penjuru, yang dalam beberapa tahun belakangan, bahkan semenjak Laras Ayu memasuki usia legal menikah, yang mengajukan proposal lamaran kepada nya, entah kenapa akan selalu dan terlebih dahulu berakhir ditangan Raden Arjuna.

Entah itu berbentuk lisan, entah tulisan, entah mereka sendiri yang menyampaikan, semua itu terlebih dahulu sampai pada Raden Arjuna. Itu seperti Raden Arjuna adalah pintu masuk yang membutuhkan izin nya terlebih dahulu agar mereka bisa bertamu menemui Laras Ayu didalam rumah nya.

Bukan sembarang pria yang bisa mengetuk rumah nya, sebab ada Raden Arjuna yang diketahui sebagai penjaga gerbang nya.

Lantas sejak kapan itu terjadi? Siapa yang menginisiasi? Siapa yang memberi Raden Arjuna hak sebagai pemberi izin untuk melakukan panjajakan dengan si manis?

Merupakan sesuatu yang dipercayai sejak Ayahanda Laras Ayu menghembuskan nafas terakhir, merupakan sesuatu yang diketahui bahkan sebelum beliau bmenuju peristirahatan terakhir. Bahwasanya pria itu, Raden Arjuna dikala remaja nya, di amanahkan untuk menjaga putrinya, Laras Ayu.

Apakah itu jawaban dari pertanyaan yang sering dipertanyakan? Apa itu berarti Raden Arjuna memang memiliki hak mutlak sebagai penyeleksi jodoh Laras Ayu?

Tidak demikian.

Raden Arjuna merupakan orang yang paham dimana batasan. Dia tau mana tanggung jawab, mana hak, mana kewajiban. Bahasa-bahasa seperti; penyeleksi jodoh Laras Ayu, penghambat jodoh, si pemberi izin, dan sebagainya—terlalu berlebihan ditelinga Raden Arjuna.

Tanggung jawab murni nya sebagai penjaga, diluas dan diliarkan oleh banyak orang, bukan sebagian, bahkan keluarga dan orang tua. Raden Arjuna lebih-lebih lagi terkenal sebagai tali merah nya. Tali pengikat tak kasat mata yang membuat nya disebut-sebut sebagai—calon suami nya Laras Ayu.

Apa Raden Arjuna mengakui? Apa Raden Arjuna mengatakan iya, atau tidak?

Raden Arjuna mengamini.

Mengatakan iya merupakan penipuan, sebab hubungan mereka tidak demikian. Mengatakan tidak adalah hinaan, sebab Laras Ayu nyaris sempurna untuk dilewatkan.

Jadi Raden Arjuna hanya mengamini. Memberi jawaban setengah mengambang dengan kata-kata andalan;

"Jodoh sudah ada yang mengatur. Kalau berjodoh maka saya akan bersyukur, kalau tidak pun saya tetap akan bersyukur,"

Sulit mengulik sesuatu dari Raden Arjuna, dia seperti kotak kuno keramat, tidak bisa sembarang dibuka, berhasil pun dalam nya masih penuh dengan misteri. Sehingga meski pria itu berkata demikian dan mempersilahkan bagi yang berkenan melamar—Laras Ayu masih tidak bisa tersentuh.

***

Setelah mendengar kabar dari Ali—yang bukan pertama kali, yang Raden Arjuna bisa lakukan adalah melakukan yang sebisa dia kerjakan.

Pria itu tidak buang waktu untuk menelfon salah satu kaki tangan nya. Memberi perintah yang tidak umum lagi seperti; tolong cari tau siapa pria ini, bibit, bobot dan bebet nya.

Tolong jangan terlebih dahulu disalah pahami, tindakan Raden bukan lah krimitalitas dengan sebutan stalker, penguntit dan sebagai nya. Apa yang dilakukan Raden adalah wajar, semata-mata sebagaimana seorang keluarga yang akan mempertanyakan asal usul jelas dari si peminang.

Laras Ayu bukanlah orang sembarang, maka jodohnya pun bukan pula sembarang orang. Tidak bermaksud menghina takdir dengan menderajat-rajatkan orang, yang Raden maksudkan disini adalah setidaknya, pria yang akan meminang Laras Ayu adalah pria yang baik budi pekerti nya. Bukan kriminalitas, atau pecandu obat terlarang maupun wanita, bukan pula pria yang bertabiat kasar kepada wanita.

Katanya pula jodoh adalah cerminan jiwa. Baik jiwa mu, maka baik juga jiwa jodoh mu. Lagi dengan perkataan entah siapa itu, banyak orang beranggapan bahwa jodoh Laras Ayu adalah Raden Arjuna sendiri.

Dan belakang hari terakhir ini mereka berdua diributkan mempersiapkan pernikahan.

Riuh-riuh dari sudut-sudut rumah warga, sudut-sudut warung, sudut-sudut posronda, bahkan seisi desa meributkan dua kembang itu yang akhirnya akan berumah tangga. Raden Arjuna yang mendengar berita itu dari Ali, segera menyuruh pemuda itu untuk melakukan klarifikasi. Bahwasanya yang menikah bukanlah Raden Arjuna dan Laras Ayu, melainkan Ayana sepupu mereka.

Para warga mendesah kecewa, katanya idola mereka gagal menikah, padahal merencanakan pun tidak pernah. Warga desa seperti suporter sepak bola, mereka juga berkubu-kubu. Kalau banyak pria yang gugur bahkan sebelum mengetuk pintu Laras Ayu, maka lawan setara Raden Arjuna adalah seseorang bernama Abimanyu.

Kandidat terkuat melawan Raden Arjuna. Pria itu tak kalah gagah dibanding Raden Arjuna, meski umurnya jauh lebih muda tapi kewibawaan nya cukup tersohor. Sayang beribu sayang pria itu tidak sedang berada didesa sebab tengah merantau keluar pulau.

Jika ada yang bertanya apakah Abimanyu pernah melamar Laras Ayu—jawabnnya adalah tidak ada yang tau. Raden Arjuna menolak memberi tau, dan jawaban Laras Ayu berupa ambigu. Namun sebelum Abimanyu pergi pria itu sempat berpamitan kepada Laras Ayu. Mengatakan bahwa dia akan kembali pulang dan akan mengatakan semua sendiri tanpa perantara Raden Arjuna.

Apa tanggapan Raden Arjuna?

Tidak ada. Pria itu susah terbaca.

***

Embun-embun seperti butiran mengkilat-kilat diatas dedaunan hijau yang membentang asri di Desa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Embun-embun seperti butiran mengkilat-kilat diatas dedaunan hijau yang membentang asri di Desa. Sawah-sawah dengan padi menguning siap panen, cabai-cabai memerah seperti gincu gadis-gadis desa, sayur dan mayur hijau nan segar penuh nutrisi.

Pagi yang dingin dan sejuk khas pedesaan, harum tanah subur nya sehabis hujan seperti aroma terapi. Sangat cocok untuk berjalan-jalan di pagi ini, sehingga Raden Arjuna memakai sandal lalu pergi hendak menyusuri jalan desa.

Tapi baru berjalan menuju gerbang dari sana Pakde Ansori sudah terlihat memasuki nya. Raden Arjuna memanggil Usna yang bekerja padanya, menyuruh perempuan itu untuk membuat kopi dan menghangatkan pisang goreng guna menyambut Pakde nya.

"Pagi Pakde, tumben Bukde tidak mengekori,"

Pakde Ansori tersenyum singkat, "Malas katanya," jawaban nya pun singkat.

Pagi ini begitu cerah menurut Raden. Tapi raut dan gerak gerik Pakde Ansori terlihat kelabu dan layu.

"Ada masalah Pakde?"

Dan Raden Arjuna adalah orang yang peka membaca itu.

Pakde Ansori menghela nafas sebelum menjawab.

"Paman mu akan kembali,"

"di pernikahan Ayana nanti Paman mu yang akan menjadi wali,"

***

Like dan coment ya😄
Biar author semanggattt

The Red StringWhere stories live. Discover now