Gano tercengang saat menyadari arah motornya melaju. Terlalu dekat dengan apotek tadi. "Kamu tinggal di rumah Celya?"
"Kamu lemot. Memangnya kenapa aku bisa di daerah ini."
"Kukira kamu-- soalnya di halte jadi kupikir jauh."
"Ngapain aku beli obat jauh-jauh?"
"Aku gak kepikiran kamu ke sini." Katanya mengalihkan topik. "Pantas Ibu dan Ayah santai-santai aja."
"Ck!" Melani berdecak, lalu turun dari motor. "Udah pulang sana." Ia menggerakkan tangan tanda mengusir.
"Mampir dulu lah."
"Lah kok jadi kamu yang ngatur? Memangnya ini rumah kamu?"
"Memangnya ini rumah kamu?" Tanya Gano balik.
Melanik mencebik kesal. "Pulang sana. Udah jam empat lewat. Tadi kamu mampir di apotek mau beli-"
"Astaga! Obat Tian!" Gano menepuk dahinya saat sadar bahwa ia telah melupakan obat untuk anaknya.
"Ya udah, balik ke apotek sana. Nanti keburu tutup." Gano menatap istrinya dengan raut tak rela. "Jangan pasang wajah gitu deh. Giliran kemarin-kemarin, seolah aku gak ada."
"Astaga. Aku kan udah minta maaf. Aku beneran kangen banget sama kamu. Setelah beli obat aku balik sini lagi ya."
"Tian sakit. Mau jadi Ayah macam apa kamu?"
"Kan aku milih kamu." Sindir Gano, lalu ia tertawa saat melihat wajah tak nyaman istrinya. "Udah ah. Aku anggap tadi angin lalu. Aku mau beli obat terus pulang terus-"
"Gak ada terus-terus!" Protes Melani.
"Gak boleh aku main ke sini?"
"Gak boleh!"
Gano mengangguk-anggukkan kepala. "Ok, untuk hari ini cukup tapi cium dulu." Ia menyodorkan tangan kanannya. "Aku gak akan pulang kalau kamu gak cium."
Mau tak mau, perempuan itu menurut meski dengan wajah masam.
"Eh, mau kemana?" Tanya Gano saat istrinya akan berbalik.
"Masuk."
"Cium yang lain belum."
"Gano!"
"Kamu masih istri Mas Algano ya." Ujarnya memanggil dirinya dengan 'Mas'.
"Ih, geli."
"Melani Sayang."
"Ih!"
"Ayo, nanti Tian gak sembuh-sembuh."
Lagi, perempuan itu berdecak tapi tak urung mendekatkan diri dan hal itu langsung digunakan Gano untuk mengecup pipi, kening, hidung juga terakhir bibir istrinya.
"Udah, pulang sana. Aku mual liat kamu."
"Gak usah sok ngusir padahal tiap malam pasti rindu aku kan?"
"Udah, pulang sana! Siapa juga yang rindu kamu. Ih, najis! Jangan cuma karena aku mau kamu anterin pulang, aku jadi maafin kamu ya!"
•••
Usai menidurkan Tian, Gano menghampiri Anin dan Ilyas. Kedua anaknya itu tengah mengerjakan sesuatu, Anin sibuk dengan pekerjaan rumahnya dan Ilyas dengan bongkar pasangnya.
"Besok pulang sekolah Papa yang jemput ya." Ujarnya yang langsung mendapat perhatian dari kedua anaknya itu.
"Papa gak sibuk?"
"Agak terlambat gak apa-apa kan?"
"Suruh Kakek aja kayak biasa gak apa-apa, Pa." Kata Anin tak ingin membuat Ayahnya repot.
YOU ARE READING
One Plus Three
RomanceApa yang terjadi jika kamu harus menikah dengan tetanggamu sendiri? Terlebih, jika sesosok itu adalah pria dewasa dan seorang duda.
