Part 13

1.8K 112 10
                                        

Good Morning. Selamat pagi, y'all!!!
Sengaja update pagi-pagi biar kalian dapet asupan pagi hehe.

Happy reading🌻🌻

••••••••••••

Gano. Melani tak tahu harus mengatakan apa lagi tentang suaminya itu. Hubungan mereka bagai roller coaster yang naik turun. Kadang bertengkar, kadang saling menyayangi. Entahlah, Melani sudah lelah. Dia sudah muak dengan tingkah kekanakan dan keegoisan pria itu.

Kelelahan itu semakin menjadi saat Gano tak kunjung pulang padahal hari telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Bahkan siangnya pun, Melani yang menjemput Anin dan Ilyas bukan lelaki itu. Lalu malam harinya, pria itu pulang seolah tanpa dosa dan apa yang dilakukannya bukanlah kesalahan. Melani sudah muak sehingga ia mendiamkannya. Ia sudah sangat menyerah dalam menghadapi Gano dan anak-anaknya. Sudah dua bulan ini, Anin dan Ilyas bersikap dingin padanya begitu juga dengan Gano. Melani sendiri tak mengerti penyebabnya. Tak ada yang mau menjelaskan.

Kemudian keesokan harinya, anak-anak dibawa pergi oleh Dea. Wanita itu membisikkan sesuatu yang membuat ibu hamil itu gemetar.

"Ternyata, rasa pelukan Mas Gano masih sama. Kamu penasaran kan kemana Mas Gano semalam?" Tanya Dea memanasi, "dia bersama saya, Melani. Dia memeluk saya. Kami berpelukan. Kami saling mencumbu, kamu bisa cek di kerah kemejanya. Saya sengaja meninggalkan hadiah untuk kamu. Lalu, kami-"

"Cukup!" Pekik Melani. "Mbak, bisa pergi."

"To..longg, Mbak." Tambahnya dengan suara bergetar.

"Melani, kamu harus selalu ingat kata-kata ini. Jangan mengambil milik orang lain karena selamanya benda tersebut akan berbekas. Hal itu juga berlaku dengan Mas Gano. Sebenci apapun dia terhadap saya, perasaan itu tak benar-benar hilang. Kami sudah bersama selama dua belas tahun dan tentu kenangan kami berbekas." Usai mengatakan itu, Dea menuntun anak-anaknya masuk ke dalam mobil.

"Saya juga benci mengambil barang orang lain, terlebih jika barang saya yang diambil, Mbak." lirihnya pedih.

Di balik pintu yang tadi ditutup oleh Dea, Melani berdiri dengan tubuh gemetar tapi ia tetap memaksakan diri menuju keranjang pakaian kotor yang belum sempat dicucinya. Ia memeriksa pakaian yang dikenakan Gano semalam dan apa yang Dea katakan benar. Ada dua noda lipstik di kerah Gano juga beberapa bercak lipstik tak berbentuk di tempat lain.

Melani hancur. Dia benar-benar sendirian saat ini dan kini, ia menyerah.

Menangis terlalu lama membuat kedua mata Melani membengkak, tapi ia mengabaikannya karena ia harus mengajar. Dia memoleskan sedikit make up, lalu berangkat. Dia tak akan membiarkan dirinya dipengaruhi oleh Gano. Jika memang tak ada harapan bagi rumah tangganya, maka sudah sepantasnya ia pergi.

•••

Gano membuka pintu usai mengambil kunci di dekat pot tanaman. Ia melepaskan sepatu kerja dan mulai mencari keberadaan istrinya. "Sayang?" Panggilnya, tapi tak ada jawaban. "Melani?" Lagi, lelaki itu kembali berteriak tapi hasilnya tetap sama.

"Dia masih belum pulang bimbel kali ya." Gumam Gano. "Tapi, bukannya dia udah lama mau berhenti?" Lelaki itu menggeleng dan terus berpikir positif jika istrinya tengah mengajar. Ia memang sudah lama tidak mengobrol dengan Melani sehingga ia tidak tahu kegiatan wanita itu selama ini. Ada banyak alasan yang membuatnya menghindari istrinya itu.

Lama ia menunggu dan jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tak biasanya Melani belum pulang, jika pun lembur, Melani pasti akan pulang paling lama pukul setengah tujuh karena setahunya, istrinya itu tak mengambil jam malam.

Gano meraih ponsel dan menghubungi istrinya, nomornya aktif tapi tak diangkat. "Apa mungkin dia ke tempat orang tuanya?" Tebaknya.

Tanpa ingin menebak lebih jauh, ia melaksanakan sholat magrib dan setelahnya pergi ke rumah kedua mertuanya. Namun, jawaban keduanya semakin membuat Gano menggila.

One Plus ThreeWhere stories live. Discover now