10. Cewek Alien

7.8K 590 47
                                    


"Mereka ada hubungan apa?" tanya Raya, menyaksikan di kejauhan Vian menarik pergi Melissa seperti sebuah adegan dalam film romansa.

"Mana gue tahu?" Evan yang juga melihat kejadian itu dari tempatnya berdiri mendengus. Namun ia langsung pura-pura tersenyum saat Natly bilang akan pulang karena sudah dipanggil-panggil Defa dan Vivi.

"Masa lo nggak tahu?" Raya melirik Evan tak percaya. "Lo sama Vian kan teman sebangku. Masa sih dia nggak cerita apa-apa?"

"Emang kenapa?" lalu Evan menjawab walau dengan nada malas. "Kenapa lo mesti penasaran banget sama hubungan mereka? Emangnya-"

"Emangnya lo nggak penasaran?" potong Raya membuat Evan terlonjak.

"Well...," Evan lantas terdiam beberapa detik. "Gue sebenernya nggak tahu lo lagi ngomongin apa sih, tapi kenapa juga gue harus penasaran sama mereka?"

"Kenyataannya lo penasaran, Van. Jadi sebagai sesama orang yang sedang penasaran, mari kita cari tahu informasinya bersama!" ajak Raya. Tanpa menunggu jawaban Evan, ia langsung menarik anak itu berjalan menuju orang yang diperbincangkan.

"Ray," sebut Evan di saat keduanya masih menapaki koridor panjang gedung kelas 10. "Lo sebenarnya suka Melissa kayak gimana, sih? Lo bilang lo nggak mau macarin dia, tapi tingkah lo sekarang asli bikin gue mikir lagi. Kayaknya lo bener-bener udah suka deh sama bocah absurd itu."

Raya tertawa kecil. "Gue juga nggak tahu," ujarnya pelan. "Gue cuma pengen tahu banyak aja soal dia. Ah, mungkin boleh dibilang gue ini secret admirer-nya Melissa kali, ya."

"Apa? Lo pasti udah gila," Evan mendecak tak percaya. "Kebalik. Pantesnya juga dia kali yang jadi pemuja rahasia lo."

"Kenyataannya Melissa nggak memuja gue, Van. Ayolah, jangan sok gini dong lo. Lo kan biasanya welcoming sama para penggemar. Cewek-cewek bilang lo ramah dan murah senyum, tapi lo nggak ramah sama sekali sama Melissa. Lo berlaku nggak adil sama dia," tegur Raya.

"Kata siapa? Dulunya gue juga ramah, tapi keanehan bocah itulah yang bikin gue merinding. Malahan gue sempat mikir kalau tu anak jelmaan alien dari planet Pluto yang udah kehilangan tempat tinggalnya. Jadi lo jangan salahin gue, Ray. Itu semua salahnya sendiri," bantah Evan segera.

"Alien dari planet Pluto?" Raya memukul punggung temannya tanpa ragu-ragu. "Kalau Melissa alien, berarti gue astronot yang nemuin dia."

Evan speechless. Ia benar-benar tak tahu lagi dengan sikap Raya sekarang. Setiap kali Raya suka cewek, ia pasti akan mendapatkannya tak kurang dari satu minggu. Namun kali ini Raya benar-benar aneh. Sudah berbulan-bulan dan ia hanya diam menjadi pengamat Melissa.

Jangan-jangan sifat 'aneh' adalah penyakit menular, pikir Evan tiba-tiba. Mungkin saja Raya berubah demikian karena terinfeksi virus Melissa. Siapa tahu Melissa benar-benar alien entah dari Planet Pluto atau bahkan dari Galaxy lain yang tersasar ke daratan bumi, duganya menjadi-jadi.

Evan mendadak khawatir jika Vian yang dasarnya sudah aneh dan pendiam bisa semakin parah jika dekat dengan Melissa. Gue harus menyelamatkan Vian, tekadnya dalam hati. Evan harus menolong teman-temannya dari bocah aneh penebar virus itu. Raya saja sekarang sudah sedikit tidak wajar, lalu bagaimana dengan Vian yang kini pergi dengannya?

"Ray, gue setuju. Ayo, kita ikuti mereka!" Mendadak Evan berjalan mendahului Raya hingga anak itu menaikkan kedua alisnya. Bagaimanapun Raya mengekori juga.

Sementara itu, Melissa dan Vian tengah makan berdua di cafe dekat sekolah. Vian sedang asik menyantap mi goreng telur saat Evan tiba-tiba menepuk pundaknya, kemudian ikut bergabung di meja mereka.

Panic Girl Van Java (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang