"Aku menyerah pada dunia. Jika tak bisa hidup bersamanya, biarlah aku mati bersamanya. Kumohon, roh-roh leluhur… jika kau bisa menyelamatkanku, aku akan menyerahkan tubuh dan keturunanku untuk dijaga olehmu…"
Haku baru mau membalik halaman, saat jeritan anak kecil menggema dari luar.
Dan suara Jayden menyusul, “HAKU!!”
Haku langsung berdiri. Buku itu ia genggam erat. Dan ia berlari keluar ruangan dengan napas tercekat.
Di Lorong, Mereka Bertemu
Jayden dan Haku nyaris tabrakan di lorong. Mereka sama-sama ngos-ngosan, “Lo denger juga?”
“Suara jeritan itu?” tanya Jayden cepat.
Haku mengangguk, nafasnya belum stabil. “Kayaknya dari atas. Tapi juga, kayak dari dinding…”
Jayden menunjuk dupa, “Itu dupa… kayaknya baru dinyalain.”
“Beneran Ada yang masih tinggal di sini, Haku.”
Haku ngeluarin buku yang tadi ia ambil, “Dan gue nemu ini.”
“Tulisan tangan nya kaya tulisan lo.” Lanjut nya
Jayden langsung mengamati, dan matanya melebar begitu melihat tanda di pojok bawah.
“Tunggu… ini lambangnya sama kayak yang di gelang…”
Jayden masih berdiri mematung di dekat lorong. Tangannya mencengkeram buku bersampul kulit yang baru saja diberikan Haku, tapi pikirannya kosong. Entah kenapa, tulisan Jaka itu membuat hatinya terasa aneh… seperti sedang membaca sesuatu yang seharusnya tidak dibuka.
Tanpa ia sadari…
Haku telah berbalik arah.
Langkahnya cepat, mantap, kembali masuk ke ruangan perpustakaan kecil yang sempit dan gelap. Senter kecil di tangannya masih menyala, menyapu barisan rak buku yang padat dan berdebu.
“Gue harus nemuin lebih banyak,” gumamnya pelan.
Tangannya bergerak cepat, menarik buku-buku tua satu per satu. Debu beterbangan. Sebuah buku berwarna merah tua tiba-tiba membuatnya berhenti, dan saat ia menariknya keluar dari sela rak…
Flap.
Sesuatu jatuh dari sela-sela halaman.
Haku menunduk. Sebuah foto polaroid usang, sudah menguning dimakan waktu. Dan di baliknya, secarik surat tulisan tangan, sedikit terbakar di ujungnya.
Haku mengangkat keduanya perlahan.
Matanya menyipit… menatap polaroid itu.
Dua orang.
Salah satunya…
“Ini…”
“Jayden?”
Wajah di sebelahnya… entah siapa. Laki-laki, ekspresinya senang, tapi anehnya… auranya tidak nyaman.
Seketika, tubuh Haku bergetar.
Seperti disambar listrik kecil. Tubuhnya menegang, tangannya lemas, foto dan surat terlepas jatuh.
Matanya membelalak. Putih. Penuh. Tak ada hitamnya.
Tubuhnya kaku, seperti patung. Nafasnya berhenti sejenak.
Lalu… dalam sedetik, tubuh itu seperti “kembali” tapi ada yang salah.
Haku berdiri tegak. Nafas pelan.
Tatapan matanya kosong.
Dan dari bibirnya… keluar kalimat lirih, "Berani-beraninya keturunanku sendiri masuk ke rumah ini…"
YOU ARE READING
Empty Watcher | Jaemren √
Mystery / ThrillerSaat liburan musim panas, Jayden-remaja 18 tahun-menginap di rumah nenek dan kakeknya yang dikelilingi ladang luas dan sunyi. Namun, dari jendela kamarnya, ia mulai memperhatikan sesuatu yang aneh: seorang lelaki muda berdiri diam di depan rumah kos...
十 | Sedikit demi sedikit mereka tau.
Start from the beginning
