Langkah Jayden berat waktu dia masuk ke dalam rumah. Pintu depan sudah terbuka setengah… seolah memang ada yang nungguin dia pulang.
Begitu kakinya masuk—Bruk!
Tubuh Jayden didorong kasar dari samping. Obachan, neneknya, langsung menekannya duduk di lantai tepat di samping Ojichan, yang kini sudah duduk tegak di ruang tengah dengan wajah serius.
Terlihat sekali tatapan Kakek nya menusuk. Dan Begitupun tatapan Neneknya yang membara.
Jayden masih diam, Itu pertama kali nya ia dimarahin. napasnya belum stabil. Pikirannya masih kebayang suara Rakuno—teriakan kesakitannya sebelum menghilang.
"Kamu pikir kamu bisa sembunyi dari Obachan, hah?! Obachan gak tidur, Jayden!" Suara neneknya pecah. Marah, penuh tekanan. "Dari tadi Obachan udah lihat kamu keluar pelan-pelan lewat pintu!"
Jayden gak jawab sama sekali. Kemudian Kakek nya menatapnya dalam-dalam. Suasana ruangan itu sunyi, Tapi berat.
"Jayden," kata Kakek nyapelan, tapi tajam. "Kamu pergi ke rumah itu?"
Jayden masih diam. Tapi wajahnya jelas menunjukkan jawabannya.
"KAMU PERGI KE SANA?!" Nenek nya meledak lagi.
Jayden langsung menoleh ke neneknya, kali ini suaranya naik,
"Ya! Aku pergi! Dan aku gak nyesel! Aku ketemu sama seseorang.. seseorang yang ternyata bukan 'hantu jahat' kayak yang kalian kira!"
Nenek nya melotot.
"Kamu tahu apa?! Kamu bahkan gak ngerti apa yang kamu lihat! Makhluk itu bisa aja ngejebak kamu! Kamu gak tahu! Dan kamu itu bukan anak kecil lagi, Jayden! Seharusnya kamu ngerti bahaya!" Marah Nenek nya.
Jayden bangkit dari duduknya, Tubuhnya masih gemetaran. "Justru karena aku bukan anak kecil lagi, aku capek denger semua larangan, semua rahasia, semua ‘jangan tanya ini jangan sentuh itu’" Dia menjeda sebentar untuk mengambil nafas.
''Kenapa semuanya harus disembunyiin dari aku?! Siapa Rakuno itu sebenernya?! Kenapa aku bisa lihat dia? Kenapa aku yang kena?!" Kakek nya langsung berdiri juga. Suara beratnya menghentikan semuanya.
"Duduk, Jayden."
Jayden menatap kakeknya. Tapi akhirnya dia duduk lagi. Napasnya masih terengah.
Kakek nya menatapnya dengan pandangan yang tak lagi marah. Tapi... lelah.
"Kami juga gak tahu kenapa kamu yang bisa lihat dia.. Tapi semua ini... gak kejadian lagi selama hampir dua puluh tahun. Sampai kamu datang ke rumah ini."
Jayden memicingkan mata. "Jadi kalian tahu tentang Rakuno?" Neneknya mendengus.
"Bukan Rakuno. Tapi... rumah itu. Tempat itu bukan tempat biasa. Udah dari dulu begitu. Gak semua orang bisa ‘lihat’."
"Dan kamu… sayangnya, kamu bisa." Lanjut neneknya.
Jayden menatap ke bawah. Perasaan di dadanya bercampur antara takut.. dan penasaran.
''Dia... minta tolong.''
Kakek dan Nenek nya saling pandang cepat. Wajah mereka langsung berubah tegang.
''Dia bilang dia terikat di sana. Tapi dia gak tahu kenapa. Dan dia gak tahu aku siapa. Tapi... kenapa cuma aku yang bisa lihat dia?"
Obachan terdiam lama. Wajahnya berubah jadi datar. Tapi matanya tetap tajam.
"Karena kamu cucunya Jaka." Jayden menatap Obachan yang barusan nyebut nama itu.
"Karena kamu cucu nya Jaka."
YOU ARE READING
Empty Watcher | Jaemren √
Mystery / ThrillerSaat liburan musim panas, Jayden-remaja 18 tahun-menginap di rumah nenek dan kakeknya yang dikelilingi ladang luas dan sunyi. Namun, dari jendela kamarnya, ia mulai memperhatikan sesuatu yang aneh: seorang lelaki muda berdiri diam di depan rumah kos...
