七 | Kecewa?

689 115 9
                                        

Jayden melangkah cepat keluar dari belakang rumah, meninggalkan Haku yang masih berdiri di bawah pohon jambu, napas ngos-ngosan dan kening berkeringat. Pikiran Jayden penuh─kepalanya berisi suara Rakuno, kata-kata Haku, dan pertanyaan-pertanyaan yang makin numpuk.

Saat dia muncul kembali di halaman depan─

Langkahnya langsung terhenti.

Nenek dan Kakek nyaberdiri di depan pintu rumah. Keduanya diam, tak bersuara. Tapi tatapan mereka menusuk.

Jayden bisa merasakannya dari jarak beberapa meter─seperti dua tebasan tajam yang langsung menghantam dadanya.

Nenek nya menyilangkan tangan n6a di depan dada, wajahnya jayden jadi terlihat kaku sekarang.

Di sebelahnya, kakek nya juga berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung, seperti sedang menahan diri agar tidak langsung memarahi.

Jayden menelan ludah.

"Pasti mereka liat gue ke belakang rumah lagi."

Di belakangnya, Haku baru muncul dari sisi rumah.

Pria manis di belakang jayden itu masih setengah bingung, lalu melihat Jayden yang terdiam.. dan mata Haku ikut mengikuti arah pandang Jayden.

Baru sadar.

Tatapan Kakek dan Nenek nya bukan cuma sekadar serius.

Mereka marah.

Haku melirik Jayden cepat, lalu ke kakek dan neneknya.

"Eh.. ini kenapa? Kok diliatin begitu?" bisiknya pelan, setengah takut.

Jayden gak menjawab. Dia maju beberapa langkah, mencoba tetap tenang.

"Kalian nyariin aku?"

Nenek nya gak menjawab.

Kemudian Kakek nya akhirnya buka suara─suara yang berat dan pelan, tapi tegas.

"Kamu dari mana, Jayden?"

Jayden menahan napas sebentar.

"Dari belakang."

Neneknya melotot marah dan langsung menimpali─dingin. "Di mana tempat yang sudah kami larang keras untuk kamu datangi."

Jayden mencengkeram telapak tangannya.

"Aku cuma ngobrol. Gak ada yang─"

"Gak ada yang aneh?" Potong Nenek nya.

"Kamu pikir kami gak tahu? Rumah itu bisa mencium langkah siapa pun yang menginjak tanah di sekitarnya."

Jayden mengangkat wajah.

"Rumah itu... atau Rakuno?"

Nenek nya bmendadak terdiam. Kakek nya hanya memalingkan wajahnya pelan.

Dan itu cukup sebagai jawaban buat Jayden.

Jayden mendengus pelan, sinis.

"Iya. Seperti biasa. Kalian selalu tahu... tapi gak pernah mau cerita."

Nenek nya akhirnya maju satu langkah.

"Kalau kamu terus-terusan cari sesuatu yang tidak perlu... nanti kamu tidak akan kembali sebagai Jayden."

"Mungkin kamu akan kembali sebagai... Jaka." Lanjut nya.

Jayden menatapnya tajam.

"Mungkin itu lebih baik daripada terus dibohongin."

Ia membalikkan badan dan masuk ke rumah tanpa kata tambahan. Pundaknya tegang, tapi langkahnya pasti.

Haku cuma bisa berdiri di tempat, bingung, kaget, dan sedikit takut.

Empty Watcher | Jaemren √Where stories live. Discover now