"Kenapa? Kau takut kukalahkan? Lagi?" tanyaku dengan nada mengejek dan tertawa mendengarkan umpatan kemarahannya.

Aku segera berjalan menuju ke tempatku dan menerima minuman yang diserahkan oleh salah satu petugas. Aku meminuma air putih dan dari sudut mataku, aku melihat KingLeon meminum botol berisi bir. Idiot tolol. Berharap memenangkan pertandingan ini setelah meminum minuman keras.

Beberapa detik kemudian, aku berjalan menuju ke tempatku di tengah ring dengan tanganku yang sudah terbalut dengan sarung tinju berwarna hitam. Sekali lagi, mataku melirik kepada wanita berambut merah yang hanya duduk beberapa meter dariku. Wanita itu seperti menyadari kalau aku sedang mengawasinya – dia memandangku dan tersenyum kembali kepadaku.

Jauh lebih dewasa dibandingkan diriku. Sangat tipeku.

"ROUND ONE!"

Aku segera menangkis pukulan KingLeon yang tiba – tiba telah meninjuku, untung saja gerakan reflekku sudah lumayan cepat. Aku segera melihat celah pada pukulan dan pertahanannya. Aku memutar bola mataku ketika menyadari kalau KingLeon tidak mengalami perkembangan malah menurutku gerakannya semakin kacau dibandingkan saat aku melawannya terakhir kali yaitu satu tahun yang lalu.

Aku segera melihat celah dibagian sisi kanannya dan segera meninjunya. KingLeon tampak mundur ketika mendapat pukulanku. Aku segera merentangkan tubuhku dan melirik kembali perempuan berambut merah itu.

"GAME ON!" bisikku pelan tersenyum kepadanya sebelum mengalihkan konsentrasi kepada lawan di depanku kembali.

"LIONHART! LIONHART! LIONHART!" teriak penonton berusaha memberiku semangat agar aku memenangkan pertandingan yang juga memiliki arti yang sama dengan memenangkan uang taruhan mereka.

*******

Aku membiarkan air membasahi tubuhku yang pegal setelah pertandingan beberapa menit yang lalu. Walaupun, KingLeon tidak memberiku luka yang cukup serius tapi rupanya beberapa pukulannya mampu membuat beberapa bagian tubuhku menjadi memar. Aku berhasil memenangkan pertandingan hanya dalam waktu dua puluh menit. Dan, cukup puas mendengar cemooh yang dilontarkan oleh penonton untuk kekalahan KingLeon. Setidaknya, dia tidak akan membalas dendam akan kekalahannya kepadaku dalam waktu dekat ini.

Aku sama sekali tidak terlalu berminat melawan seseorang yang bertanding hanya karena balas dendam dan juga kalau mereka mengeluarkan gerakan yang sangat menjemukan. Bisa dibilang, pertandingan tadi sangat membosankan dan tidak membuat adrenalinku meningkat. Aku menggelengkan kepala dan kecewa dengan pertandingan hari ini. Aku kira KingLeon sedikit banyak sudah lebih memperdalam tekniknya dan dapat memberikanku perlawanan yang lebih atau pukulan yang keras hingga membuatku bisa mendapatkan perasaan melayang itu. Tapi, pukulannya pun seperti pukulan seorang idiot yang tidak memiliki tenaga yang hanya membuahkan sedikit memar.

Ya, mungkin perempuan berambut merah itu bisa membantuku untuk meningkatkan adrenalinku.

Aku segera mengenakan kaos hitam bersihku tanpa lengan dan celana jins gelap. Aku keluar dari kamar mandi dan mendapati ruang pertandingan hampir delapan puluh persen telah kosong, hanya beberapa orang yang masih tinggal. Mataku menelusuri seluruh ruangan untuk mencari perempuan itu, tapi aku tidak menemukannya. Maksudku, seberapa banyak perempuan berambut merah berada dalam satu ruangan?

Beberapa orang menepuk bahuku atau meninju pelan lenganku sembari memberiku selamat atas keberhasilanku. Aku memutuskan untuk menuju sebuah club tepat satu blok di dekat tempat pertandingan ini. Biasanya orang – orang yang habis menonton pertandingan tinju di sini akan mengunjungi club tersebut untuk menenggelamkan sisa malam ditemani oleh musik dan alkohol. Mungkin, kalau aku beruntung perempuan berambut merah tersebut akan berada disana.

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now