Lalu suara Rakuno terdengar—lembut, pelan, hampir gemetar. ''Anata… nihongo… hanaseru?"
(Kamu… bisa bicara bahasa Jepang?)

Jayden mengangguk kecil. "Chotto dake. Sukoshi dake wakarimasu."
(Sedikit saja. Aku cuma sedikit mengerti.)

Reaksi Rakuno berubah drastis. Tatapan matanya yang awalnya seperti kabut mendadak bersinar penuh haru. Senyum kecil muncul di wajahnya, lalu ia membungkuk sedikit—gestur sopan yang khas. "Ureshii… Hontō ni… ureshii desu…"
(Aku senang… sungguh… aku sangat senang...)

Namun sebelum Jayden sempat menjawab, tubuh Rakuno sedikit gemetar. Tangannya mengepal di sisi kimono lusuhnya, dan air mata mulai menetes dari sudut matanya.

Tangisnya sunyi, tanpa suara keras, hanya sesenggukan pelan yang menggetarkan dada.

Jayden panik. "Eh, hey, jangan nangis! Aku—aku salah ngomong ya?! Maaf banget, aku bukan orang jahat!"

Rakuno menggeleng pelan, air matanya masih jatuh. Ia menatap Jayden dengan wajah penuh rasa syukur, seperti seseorang yang akhirnya bisa bicara setelah bertahun-tahun dikurung dalam keheningan. ''Arigatou… arigatou…" bisiknya berulang-ulang.
(Terima kasih… terima kasih…)

Jayden berdiri di sana, tak tahu harus merasa takut, bingung, atau justru iba. Tapi satu hal yang pasti—malam itu, sesuatu telah terbuka. Sesuatu yang telah lama tertahan, dan kini perlahan… mulai bersuara.

Jayden masih berdiri di halaman rumah kosong. Senter di tangannya masih menyala, tapi cahaya mulai bergetar. dan dia juga masih di depan rumah kosong itu, Menatap lekat Rakuno yang tengah berdiri Diam.
Bahu pria itu pelan-pelan bergetar, dan air mata jatuh tanpa suara.

Jayden melangkah lebih dekat.

Lalu...
Rakuno bicara, dengan suara lirih.

"Onegai... tasukete..."
("Tolong... bantu aku...")

Jayden masih berdiri mematung, senter di tangannya gemetar.

Rakuno menoleh perlahan. Air mata masih mengalir dari matanya yang bening. Wajahnya tampak lelah... sendu... dan penuh luka.

Dia menatap Jayden... lama. Tapi bukan tatapan yang mengenali.

Jayden pelan bertanya, "Ore no koto... shitteru no ka?"
("Kau kenal aku...?")

Rakuno diam.

Kepalanya menggeleng pelan.

"Iie... shiranai."
("Tidak… aku tidak tahu.")

Jayden tercengang sebentar. Ada rasa aneh di dadanya. Kalau Rakuno gak kenal... kenapa wajahnya begitu familiar?

Dan kenapa tatapannya bikin hati Jayden nyesek banget?

Rakuno mengusap pipinya, menunduk.

"Demo.. kokoro ga, kurushii. Dareka ni tasukete hoshii dake."
("Tapi... hatiku sakit. Aku cuma ingin seseorang menolongku…")

Jayden mengernyit.

"Nani ga... okotta no?"
(Apa yang terjadi padamu?)

Rakuno menggigit bibir bawahnya, seperti menahan sesuatu yang tak bisa ia ungkap.

"Hontou ni... zutto koko ni ita. Darenimo mienai no ni... naze kimi dake boku ga mieru no?"
(Aku udah di sini selama bertahun-tahun. Gak ada yang bisa lihat aku, tapi kenapa cuma kamu?)

Jayden membeku.

"Ore mo wakaranai. koko ni kite, kimi o mitara, mune ga kurushikute..."
(Aku juga gak ngerti. tapi waktu lihat kamu, dadaku sesak banget rasanya.)

Empty Watcher | Jaemren √Where stories live. Discover now