Ruangan itu dipenuhi asap putih tipis.
Bau obat-obatan tradisional bercampur dengan aroma tajam minyak kayu putih dan dupa.
Jayden memandang sekeliling.
Dia sendirian.

"Apa ini…? Di mana aku?'' Suara Jayden pelan, tapi terdengar jelas di antara keheningan ruangan.

Dia berdiri perlahan. Lantainya dari kayu, tua dan berderit pelan setiap langkahnya. Tangannya membuka pintu—dan saat keluar, langit sudah mulai gelap lagi.

Senja yang muram, warna oranye pucat menyapu ladang dan pepohonan tinggi. Dan di kejauhan... Rumah kosong itu.

Masih di sana. Dan laki-laki itu... masih berdiri di depan rumah tua itu.
Tidak bergerak. Tidak pernah berubah. Tatapannya tetap mengarah lurus ke arah rumah tua tersebut.

Jayden menghela napas dalam. Lalu berbalik. Masuk ke rumah.

Langkah kakinya menggema di koridor rumah besar itu. Saat Jayden masuk ke ruang tengah—semua mata langsung menoleh.

"Jayden?!"

"Ya Tuhan! Dia bangun!"

"Jayden!!"

Kasuha langsung berdiri, air matanya tumpah saat memeluk Jayden. "Sayang… kamu sadar juga, Tuhan… kamu tidur dua hari!"

Jayden membeku. "Dua… hari?" Padahal di pikirannya, semua itu cuma 20 menit. Paling lama.

Papa Jayden, Jeffrey, langsung mendekat. "Kamu oke? Kamu pusing? Kamu inget sesuatu—"

Kakek nta juga udah berdiri, dan Neneknya langsung memandangi Jayden dari kursi, tangan nya gemetar. Azuka, Asuna, Wilson, dan Tenji semua berdiri dari tempat duduk masing-masing.

Tapi Jayden gak jawab. Dia hanya menatap mereka semua satu-satu. Lalu dengan suara yang pelan, datar, tapi tajam...

"Jaka itu siapa?"

Suasana ruang tengah langsung membeku.

Dupa masih terbakar. Angin sore menggerakkan tirai.

Tak ada yang bicara.

Bahkan napas pun terasa tertahan.

Nenek menunduk. Kasuha langsung menutup mulutnya. Jeffrey terdiam.

''Aku nanya… Jaka itu siapa?'' ada Jayden tetap tenang, tapi nadanya keras. "Wanita tua itu bilang aku reinkarnasi Jaka. Kalian semua diem, jangan pura-pura gak tahu."

Akhirnya…

Nenek nya angkat bicara.

"Jaka… adalah buyutmu. Lelaki yang seharusnya tidak pernah membuat perjanjian itu."

Jayden mengernyit. ''Perjanjian?'' Kemudian suasana kembali sunyi.

Suasana ruang tengah makin tegang.

Jayden masih berdiri, wajahnya menuntut jawaban, "Aku nanya... siapa Jaka itu sebenernya?"

Nenek menarik napas panjang, lalu mulai bicara... "Jaka... adalah buyutmu. Lelaki yang lahir di masa kelam, saat Indonesia dan Jepang sedang berperang."

Jayden diam, matanya tak berkedip.

"Dia jatuh cinta pada seorang pemuda Jepang... Juru tulis muda, yang dikirim ke Nusantara sebagai tenaga medis."

Kasuha memejamkan mata. Wilson dan Tenji saling pandang, mereka juga sudah pernah dengar cerita ini… tapi tidak sedetail ini.

"Hubungan mereka ditentang dari segala arah. Orang Indonesia benci Jepang karena penjajahan, dan Jepang pun tidak mengizinkan prajuritnya punya hubungan dengan Akhir''

Jayden mengerutkan kening. "Terus?

Kakek nya menyambung, suaranya rendah. "Waktu itu... Jaka putus asa. Dia nyari cara agar perang segera selesai. Agar dia bisa hidup tenang sama pasangan nya."

Asuna menunduk, suaranya lirih. "Dan dia... membuat perjanjian."

Jayden melangkah maju, nadanya lebih dingin. "Sama siapa?"

Nenek nya akhirnya menatap langsung ke mata Jayden. "Dengan sesuatu… yang seharusnya tidak pernah dia dekati."

"Itu bukan manusia. Bukan juga roh biasa. Makhluk itu... tinggal di balik batas antara dunia dan arwah. Dan dia menuntut sesuatu sebagai bayaran."

Jayden menggertakkan giginya. "Dan dia kasih apa?!"

Kasuha menjawab pelan. "Garis keturunannya."

Suasana membeku.

Jayden menatap semua orang. "Makhluk itu minta garis keturunannya.. sebagai tumbal?"

Kakek nya mengangguk pelan. "Bukan langsung mati. Tapi... setiap beberapa generasi, akan ada satu anak yang ‘terikat’. Dan kamu... yang terpilih kali ini."

Jayden memejamkan mata. Kepalanya berat.

"Tapi... pasangan jaka tetep di anggap mati juga kan?"

Nenek mengangguk, matanya berkaca. "Beberapa minggu setelah perjanjian. Pasangan Jaka─Alias buyutmu itu hilang tidak tau kemana. Tidak ada juga tanda-tanda."

"Jaka hancur. Dia menikah lagi, dengan perempuan berdarah Jepang… dan dari mereka lahirlah kami. Tapi perjanjian itu gak pernah benar-benar putus."

Jayden menarik napas berat. "Jadi... semua ini karena dia?"

Tante Azuka memegang tangan Jayden. "Dia bukan orang jahat, Jayden. Dia cuma… cinta buta.”

Jayden menatap keluar jendela.
Rumah kosong itu masih berdiri di sana.

Jayden sudah setuju pada diri nya sendiri. Dia akan Ke rumah tua itu malam ini juga.

Setelah semuanya tidur.

╍───発送───╍

1. Nenek

おばあさん (Obāsan) → Nenek (secara umum atau sopan, bisa dipakai untuk nenek orang lain)

おばあちゃん (Obāchan) → Nenek (lebih akrab/santai, biasanya untuk nenek sendiri)

2. Kakek

おじいさん (Ojīsan) → Kakek (secara umum atau sopan, bisa dipakai untuk kakek orang lain)

おじいちゃん (Ojīchan) → Kakek (lebih akrab/santai, biasanya untuk kakek sendiri)

bingung gw dengan ojican dan obacan ini, tapi pake aja biar lebih keliatan jepun ny

Empty Watcher | Jaemren √Donde viven las historias. Descúbrelo ahora