'Tik.. Tik.. Tik..'

Jayden membuka matanya. Dia berdiri di jalan kecil, berkabut. Pohon-pohon tinggi di kiri-kanannya. Langit gelap. Tidak ada matahari.

Dan di ujung jalan itu... rumah tua besar. Rumah yang sama. Rumah yang dia lihat dari jendela tahun lalu.
Yang selama ini cuma bisa dia lirik dari jauh.

Tapi sekarang…

Pintunya terbuka.

Dan seseorang berdiri di ambangnya. Siluet wanita tua dengan senyum mengerikan.

''Akhirnya kamu datang, Jayden."

Jayden melangkah maju. "Tempat apa ini?" suaranya rendah, berusaha stabil. "Kenapa Gue dibawa ke sini?”

Wanita itu tidak menjawab.

Dia tertawa.

Suara tawanya melengking keras, memantul-mantul di langit tanpa bintang itu. Jayden menutup telinganya, tubuhnya bergetar. Tapi dia tidak lari.

"Berisik, nenek gila…" desis Jayden, pelan. Tapi wajahnya tetap waspada.

Wanita itu berhenti tertawa.
Lalu berkata, "Karena kamu... harus tinggal di sini. Selamanya. Sampai kamu mati."

Jayden mendadak terdiam.

"Hah?" Matanya sempat melirik kanan kiri, tapi dia tetap menatap langsung wanita itu. "Lo siapa? Apa maksudnya tinggal di sini sampai mati? Ini cuma mimpi—"

"Bukan mimpi." potong wanita itu.

Dia mendekat, langkahnya seperti melayang di atas tanah. "Ini tempat jiwa-jiwa yang terikat oleh garis darah... dan kamu... kamu bukan Jayden. Kamu Jaka"

Jayden mengernyit. "Jaka? Siapa lagi tuh?"

"Kamu." jawab wanita itu cepat. "Kamu adalah reinkarnasi Jaka, lelaki berdarah Indonesia yang menikah dengan orang Jepang dan membuat perjanjian dengan leluhurku."

Jayden melangkah mundur.

"Gue gak kenal siapa-siapa yang namanya Jaka. Gue cuma... Jayden. Gue gak inget apa-apa soal itu!"

"Tentu saja tidak."

"Karena kamu manusia. Karena kamu dilahirkan ulang... dan sudah lama keluarga kalian melanggar perjanjian itu."

Jayden mulai merasa sesak napas.
Tapi dia tetap berdiri.

"Kalau emang iya, apa hubungannya sama gue sekarang? Gue gak inget, dan gak minta dilahirkan jadi siapa-siapa."

Wanita itu senyum... pelan. Tapi matanya makin hitam.

"Tapi kami... tidak pernah lupa. Darahmu masih membawa beban itu."

Jayden menatapnya. "Terus... maksud lo... gue harus nebus dosa orang sebelum gue?"

Wanita itu mengangguk perlahan.

"Kamu harus tinggal di sini. Sampai waktumu habis. Atau... darahmu akan membawa kutukan pada semua keturunanmu yang lain."

Jayden diam. Keringat dingin turun dari pelipisnya.

Satu suara dalam dirinya mulai berbisik, kalau dia nggak bangun, semua orang yang dia sayang bisa kena.

Tapi dia tetap gak ngerti... kenapa dia?

╍───発送───╍

Tubuhnya langsung duduk tegak, keringat dingin membasahi punggungnya. Matanya terbuka lebar, napasnya berat dan terputus-putus.
Sekelilingnya... gelap.

Empty Watcher | Jaemren √Where stories live. Discover now