"Obachan..." bisik Jayden, pelan. Tapi... Nenek nya panik.
Tangannya gemetar, mangkuk emas itu terlepas dan jatuh ke tanah, pecah.
Air hitamnya menyebar membentuk genangan kecil di tanah, menguap perlahan.
Kasuha teriak kecil, langsung lari ke arah Jayden. Tante Azuka dan Asuna ikut mendekat. Kakek nya, yang tadi baca mantra di dekat beranda rumah, tiba-tiba berhenti. Ia menoleh cepat, bola matanya melebar.
"KATSUDA!!!" Ia langsung lari ke arah sudut rumah, membacakan mantra dengan suara lebih keras.
"JANGAN BIARKAN BAYANGAN ITU MASUK LAGI!!"
Orang tua mereka panik. Para sepupu Jayden bingung. Haku masih berdiri di tempatnya, menatap Jayden dengan ekspresi takut.
Jayden..? Dia hanya berdiri diam.
Tapi di matanya.. terlihat pantulan.
Seseorang sedang berdiri di belakangnya, Samar.
Bayangan wanita tua dengan senyum lebar... berdiri dekat telinganya.
"KENAPA... HARUS DIA!!"
Teriakan Nenek nya mengguncang pagi itu. Tubuhnya jatuh berlutut ke atas rumput yang masih basah embun. Tangannya menggenggam erat tanah, dan air matanya mengalir begitu saja. Sosok tua yang biasanya tenang dan bijak itu, kini tampak rapuh dan putus asa.
Nenek menangis. "Kenapa... harus cucuku... kenapa bukan saya saja yang dihukum…"
Kakel langsung lari ke arahnya, mengguncang bahunya. "Jangan jatuh sekarang! Kalau kamu tumbang, kita semua habis!"
Angin pagi tiba-tiba bertiup keras.
Padahal matahari belum tinggi, tapi daun-daun berguguran, dan hembusannya dingin menembus tulang.
Kasuha langsung memeluk Jayden. "Jayden!? Jayden! Sayang, kamu denger Mama?!"
Jayden hanya berdiri. Wajahnya datar. Matanya kosong. Seolah bukan dia yang ada di tubuhnya.
Sepupu-sepupunya semua panik. "Dia kenapa sih?!" seru Haku sambil melangkah mundur.
"Jayden…? Lu bisa dengar gue gak?"
Kazeya dan Gavi pegangan tangan, takut. Safa gemetar, menatap Jayden dari belakang Azuka.
Tiba-tiba...
Jayden jatuh.
Tubuhnya roboh ke belakang, tepat di rumput. Kepalanya membentur tanah dengan bunyi pelan, Matanya menutup perlahan.
Semua langsung berhamburan.
"JAYDEN!"
"Panggilkan ambulans!"
"Tidak… Tidak… ini bukan pingsan biasa!" teriak Nenek sambil menaburkan garam ke arah tubuh Jayden.
Dia mengambil kertas jimat dari balik bajunya, menempelkannya ke dahi Jayden, dan mulai membaca mantra cepat-cepat.
Tapi tubuh Jayden tidak bergerak.
Nafasnya ada.. tapi lemah. Dingin.
Nenek masih menangis. "Dia dipanggil... dia udah bisa dengar mereka... mereka akan membawanya… kalau kita gak cepat—"
Tante Azuka menggenggam tangan suaminya Wilson erat-erat. Asuna melindungi Kazeya dan Safa, matanya berkaca-kaca.
Kasuha mengguncang tubuh Jayden, histeris. Jeffrey diam, menunduk, tangan mengepal kuat-kuat.
Kajeha juga masih diam memeluk Gavi─Anak Tunggal nya.
Tapi Jayden...
...sudah tidak mendengar mereka lagi.
╍───発送───╍
Kegelapan.
Lalu… suara detak jam.
YOU ARE READING
Empty Watcher | Jaemren √
Mystery / ThrillerSaat liburan musim panas, Jayden-remaja 18 tahun-menginap di rumah nenek dan kakeknya yang dikelilingi ladang luas dan sunyi. Namun, dari jendela kamarnya, ia mulai memperhatikan sesuatu yang aneh: seorang lelaki muda berdiri diam di depan rumah kos...
三 | Ada apa?
Start from the beginning
