♧ ◇---◇ ~MY LITTLE UNIVERSE~ ◇---◇ ♧

273 24 1
                                        



◇---◇
~MY LITTLE UNIVERSE~
◇---◇

________________________________







Dua bulan telah berlalu sejak Jungwon lahir. Wajah mungilnya kini sudah semakin cerah, dengan kulit yang mulai sehat dan mata yang mulai lebih tajam memandang sekitar. Di sebuah siang yang tenang, Jay duduk di ruang santai mansion sambil menggendong Jungwon yang masih kecil, kini berusia dua bulan lebih.

Jungwon menguap lebar, matanya yang kecil setengah terpejam.

Jay tersenyum lembut, mengusap kepala bayi itu pelan.
“Kamu tumbuh cepat, Wonnie. Kakak nggak nyangka sudah dua bulan kamu di sini. Kadang kakak masih nggak percaya bisa menjaga kamu sendiri.”

Jungwon mengoceh pelan, gumaman kecil yang membuat Jay tertawa kecil.

“Serius, kamu itu lucu banget. Kadang kayak lagi ngomong sama kakak, ya?”

Jay mengalihkan pandangan ke balkon, lalu menatap Jungwon lagi.
“Kamu tahu, waktu pertama kamu lahir, mama pernah bilang ke kakak, ‘Jangan benci adik kamu, ini takdir Tuhan.’ Kakak masih pegang itu sampai sekarang. Kakak janji, Wonnie, kakak nggak akan pernah benci kamu.”

Bibi Hana masuk membawa nampan susu hangat dan camilan kecil.
“Tuan muda, ini susu buat tuan kecil. Kalau sudah selesai, nanti bibi bantu mandikan ya.”

Jay mengangguk. “Terima kasih, Bibi Hana. Kamu selalu baik sama kita.”

Ia lalu menggendong Jungwon ke balkon, duduk di sofa sambil menikmati angin sore. Jungwon mulai terbangun dan menguap lagi, matanya menatap langit yang mulai berwarna jingga.

“Udara segar ini bagus buat kamu, Wonnie. Biar kamu sehat terus,” ucap Jay lembut. “Kakak tahu, kita berdua punya banyak tanggung jawab sekarang. Tapi kakak nggak akan pernah ninggalin kamu sendirian.”

Jungwon tersenyum kecil dan merebahkan kepala ke dada kakaknya.

Jay menarik napas dalam, merasa damai di saat itu. “Kamu kecil, tapi kamu kuat. Kakak juga harus kuat buat kita berdua.”

Bibi Hana mengingatkan, “Kalau mau, nanti bibi siapin mainan buat si kecil biar dia nggak bosan.”

Jay mengangguk. “Iya, makasih, Bibi. Nanti kita main sama mainan barunya, ya, Wonnie.”

Jungwon mengoceh lagi, seolah mengerti.

Jay menatap bayi mungil itu penuh kasih, lalu mengelus lembut pipinya. “Kita akan jalani semua ini bersama. Kakak dan kamu, selamanya.”

Siang itu, cuaca begitu cerah. Langit biru membentang tanpa awan, dan sinar matahari yang lembut menembus tirai tipis ruang santai di mansion keluarga Park. Jay baru saja menyelesaikan rapat daring dengan salah satu direktur cabang perusahaannya. Ia segera menutup laptop dan melirik jam tangan.

"Sudah waktunya main sama Wonnie," gumamnya sambil berdiri dan berjalan cepat ke ruangan tempat si kecil berada.

Jungwon yang kini sudah menginjak usia dua bulan lebih beberapa hari tengah diletakkan di atas bantal besar dengan alas empuk. Hari ini, Jay sengaja membiarkan Jungwon berbaring di perut untuk waktu yang singkat seperti yang disarankan dokter, agar melatih otot leher dan punggung si kecil.

Namun, saat Jay masuk, ia dibuat terdiam sejenak oleh pemandangan mengejutkan namun begitu membahagiakan—Jungwon berhasil memiringkan badannya sendiri dari posisi telentang menjadi tengkurap!

"Wonnie?! Astaga!" seru Jay dengan mata membulat, setengah panik namun penuh kegembiraan. Ia segera mendekat, berlutut di sisi bantal, memastikan semuanya aman.

Jungwon, yang kini sudah tengkurap sepenuhnya, menoleh pelan ke arah Jay dengan mata berbinar dan senyum kecil yang belum terlalu sempurna, tapi sangat tulus.

Jay meletakkan kedua tangannya di atas bantal, menatap si kecil dengan antusias, "Kamu... kamu barusan—tengkurap?! Kamu bisa sendiri? Wah, kamu hebat banget, Wonnie!"

Wajah Jay berubah seperti anak kecil yang baru menemukan mainan favoritnya. Ia segera meraih ponsel dan mulai merekam, “Hari ini, tanggal segini, adik kakak udah bisa tengkurap sendirian! Kita harus kirim ini ke Sunghoon juga.”

Sambil merekam, Jay tidak bisa berhenti bicara, "Tuh kan, kamu bener-bener pintar. Kakak bilang juga apa, kamu pasti anak yang luar biasa. Dikit lagi kamu bisa merangkak nih, ya?"

Jungwon mengoceh pelan, seolah membalas perkataan kakaknya. Kepalanya terangkat sedikit, meski sesekali masih goyah, namun Jay tahu itu sebuah perkembangan besar.

Bibi Hana yang sedang lewat ikut masuk karena mendengar suara Jay yang cukup keras.
“Aduh, Tuan Muda, ada apa?—Oh! Astaga, Tuan Kecil sudah bisa tengkurap? Wah, cepat sekali tumbuhnya…” ucapnya dengan mata berbinar bangga.

Jay hanya tertawa kecil, “Iya, Bi… kakak mana kuat lihat ini tanpa heboh. Lihat nih ekspresinya. Bangga banget dia, ya?”

Jay kemudian duduk menyamping dan mengusap pelan punggung adiknya, memastikan Jungwon tak terlalu lama di posisi itu.
"Sudah ya, jangan capek. Kamu udah hebat banget hari ini," bisiknya.

Ia lalu mengangkat si kecil dengan lembut dan meletakkannya dalam pelukan, wajahnya menunduk, mencium kening si kecil sambil tertawa bahagia.
“Kakak nggak sabar lihat kamu bisa duduk sendiri, terus jalan… dan nanti—ya Tuhan, nanti kamu sekolah dan ninggalin kakak. Jangan cepat-cepat gede, ya?”

Jungwon menguap kecil, kepalanya bersandar di dada Jay, napasnya mulai melambat seperti tanda bahwa ia siap tidur siang.

Jay memeluknya lebih erat dan membisikkan, “Kamu adalah kebahagiaan kakak, Wonnie. Kamu nggak tahu betapa berarti kamu buat kakak…”

Dan siang itu, di tengah kehangatan mansion dan suasana yang tenang, Jay merasa sangat diberkati. Tak peduli berapa banyak pekerjaan atau rapat yang harus ia hadapi, satu senyum dari adik kecilnya cukup untuk membuat semuanya terasa mudah.

___________End

Haiiii 😉
Ruka comebackkkk againnn , jujur hari ini boring banget jadi Ruka memutuskan untuk updatee ,malam nanti Ruka update lagii , mungkin sekarang dan kedepannya Ruka bakal sering update (*kalo ga lupa*) hehehehe. Ada yang mau masuk saluran Ruka gaa?? Kalo mau link ada di bio profil Ruka yaaaww. 🤗.

Ruka juga butuh pendapat kaliannn nanti Ruka bakal  buat cerita baruu tapi butuhh req dari kaliann jugaaa ,janlup joinnn ,maaciww😘.

- tharuka wife of park jongseong






My little universeWhere stories live. Discover now