♧
◇---◇
~MY LITTLE UNIVERSE~
◇---◇
♧
_______________________________________
Pagi menjelang dengan sinar matahari yang lembut menembus tirai putih kamar Jay. Di atas ranjang, tubuh mungil Jungwon masih terlelap dalam balutan piyama biru langit bergambar awan. Napasnya pelan, bibir mungilnya sedikit terbuka, dan satu tangannya menggenggam jari Jay yang sejak semalam tak berpindah tempat.
Jay menatap jam dinding. Sudah pukul 07.15. Ia menghela napas panjang—hari ini, ia harus kembali ke kantor pusat untuk menghadiri rapat penting. Agenda yang sudah dijadwalkan seminggu lalu dan tidak bisa dihindari, meski hatinya berat bukan main.
Dengan perlahan, Jay bangkit dari tempat tidur agar tidak membangunkan adiknya. Ia mandi dan berpakaian rapi dalam setelan formal serba hitam, wajahnya tetap datar meski sorot matanya menunjukkan kekhawatiran.
Setelah memastikan semua kebutuhan adiknya tersedia—popok, susu formula, baju ganti, selimut cadangan—Jay menggendong Jungwon keluar kamar. Bayi itu masih setengah tidur, hanya menggeliat pelan di dada kakaknya.
Sesampainya di ruang keluarga, beberapa maid kepercayaan sudah menunggu. Bibi Hara, seorang maid tua yang telah bekerja sejak Jay masih kecil, tersenyum menyambut.-saudara bibi Hana
“Tuan muda Jay, biar kami yang jaga malaikat kecil ini. Kami akan berhati-hati.”
Jay menatap mereka satu per satu, lalu menghela napas berat. Tangannya masih enggan melepaskan Jungwon.
“Kalau dia menangis lebih dari lima menit, langsung video call aku,” ujarnya tegas.
“Iya, tuan muda.”
“Jangan terlalu lama dibaringkan. Dia lebih suka digendong. Jangan lupa jemur dia jam sembilan, tapi jangan kena matahari langsung. Dan...”
Jay terdiam. Ia menunduk menatap Jungwon yang kini membuka mata perlahan. Si kecil seakan tahu akan ditinggal, bibir mungilnya mulai melengkung, siap menangis.
Jay langsung mencium keningnya. “Wonnie... kakak pergi sebentar, ya. Maafin kakak...”
Tangannya menggenggam erat tubuh mungil itu untuk terakhir kali pagi itu, sebelum dengan sangat berat hati menyerahkannya ke pelukan Bibi Hara.
Langkah Jay menuju pintu begitu lambat dan ragu. Di ambang pintu, ia kembali menoleh, menatap adik kecilnya yang kini sudah berada di pelukan sang bibi.
“Jaga dia seperti nyawa kalian sendiri,” gumam Jay, lebih seperti perintah penuh perasaan.
“Dengan sepenuh hati, tuan muda,” jawab para maid serempak.
Jay akhirnya keluar dari mansion, disambut sopir dan dua bodyguard yang sudah menunggu di samping mobil hitamnya. Tapi langkahnya terasa kosong—karena untuk pertama kalinya sejak kelahiran adik yang dicintainya itu, ia harus meninggalkan rumah... dan meninggalkan separuh hatinya di dalamnya.
-
Gedung pusat Park Corporation menjulang tinggi bak simbol kekuasaan keluarga Park yang telah turun-temurun membangun bisnis dari nol. Pagi itu, langit bersih, dan angin musim semi meniup lembut di antara kaca-kaca tinggi. Namun, di dalam lantai 25 gedung itu, suasananya jauh dari tenang.
Jay, sang CEO muda yang baru berusia 17 tahun, melangkah masuk ke ruang rapat utama dengan ekspresi serius dan mata tajam yang penuh fokus. Setelan jas navy-nya sempurna, rambut hitamnya ditata rapi, dan di balik penampilan muda itu, tersimpan wibawa yang tak bisa diremehkan siapa pun di ruangan tersebut.
“Tuan Jay sudah datang,” ucap salah satu staf senior sambil segera berdiri. Yang lain pun menyusul, memberikan hormat.
Jay tidak bicara banyak. Ia hanya sedikit menunduk sambil melangkah menuju kursi utamanya. Layar besar di belakang mulai menampilkan grafik dan laporan keuangan. Para direktur dan kepala divisi tampak gelisah. Beberapa dari mereka masih belum sepenuhnya percaya bahwa seorang remaja kini duduk di kursi yang dulu diduduki mendiang ayahnya.
YOU ARE READING
My little universe
FanfictionNot Bl just Brothership. --- Jay Park adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang hidup dalam keheningan dan luka. Setelah ayahnya meninggal dunia, satu-satunya harapan hidup Jay adalah ibunya-hingga hari itu tiba. Hari ketika ibunya meninggal dunia...
