♧ ◇---◇ ~MY LITTLE UNIVERSE~ ◇---◇ ♧

334 22 0
                                        


◇---◇
~MY LITTLE UNIVERSE~
◇---◇

_______________________________________


Pagi hari yang cerah.
Langit biru menggantung tenang tanpa awan, angin sejuk berhembus lembut menerpa pepohonan taman yang rimbun. Di bawah cahaya matahari pagi yang hangat, dua sosok muda tampak berjalan pelan di sepanjang jalan setapak taman.

Jay mengenakan hoodie hitam sederhana dan celana jogger, sementara di dadanya terpasang gendongan bayi yang menampung sosok mungil Jungwon yang baru berusia seminggu. Si kecil tertidur dengan tenang, kepalanya bersandar di dada kakaknya, tubuhnya tertutup selimut kecil bergambar awan.

Dari arah berlawanan, Sunghoon datang sambil menggandeng kereta dorong bayi warna biru muda. Di dalamnya, bayi mungil Sunoo menggeliat pelan, matanya mengerjap-ngerjap menatap langit yang luas.

Jay melambai ringan begitu melihat Sunghoon mendekat.
“Yo,” sapa Jay santai, namun matanya langsung tertuju pada bayi di kereta dorong.
“Wah, bocil lu pagi-pagi udah melek ya?”

Sunghoon terkekeh. “Iya nih, bocah satu ini kayak alarm. Jam 5 pagi udah nyari dot.”
Mereka saling salaman satu tangan, lalu sama-sama duduk di bangku taman yang agak teduh di bawah pohon besar.

Jay menyesuaikan posisi Jungwon yang masih tertidur di gendongannya.
“Gue masih gak nyangka, kita kayak bapak-bapak muda nongkrong bawa bayi.”

Sunghoon tertawa. “Gue juga. Kalau orang dulu lihat kita sekarang, pasti bilang kita ketiban tanggung jawab terlalu cepat.”

Jay melirik ke arah Sunoo yang mulai ngoceh pelan di keretanya. “Tapi liat nih… mereka berdua kayak nggak peduli sama kesedihan kita. Cuma butuh susu, baju bersih, dan pelukan.”
Jay mengusap lembut kepala Jungwon. “Kadang gue iri.”

Sunghoon ikut menatap Jungwon. “Tapi mereka alasan kita bertahan sekarang.”

Hening sejenak. Suara burung dan hembusan angin menemani momen itu.
Lalu Jay menoleh pelan. “Lu tahu nggak… kadang gue takut. Takut gagal jaga dia. Takut bikin kesalahan yang dia nggak bisa maafin nanti.”

Sunghoon menepuk bahu Jay. “Lu nggak sendirian. Kita berdua di perahu yang sama, Jay. Tapi yang pasti… lu udah jadi kakak yang hebat. Gue lihat dari cara lu peluk dia, kasih susu, sampai nyanyiin lagu tidur.”

Jay menunduk pelan, senyum tipis di wajahnya. “Thanks, Hoon.”
Mereka berdua kembali memandangi dua bayi mungil itu—yang kini sama-sama tertidur lagi dalam damai, seolah semesta tahu: dua pemuda yang kehilangan arah itu… sedang berjuang sekuat tenaga untuk tetap berdiri.

Setelah menikmati waktu singkat di taman, Jay dan Sunghoon melangkah pelan ke sebuah café bernuansa rustic tak jauh dari situ. Café itu kecil namun hangat, dengan desain kayu dan tanaman gantung di sekeliling terasnya. Beberapa pelanggan duduk santai sambil menyeruput kopi, tapi suasananya tenang, cocok untuk membawa bayi.

Jay yang menggendong Jungwon dengan selimut lembut berwarna pastel langsung memilih tempat duduk di pojok teras. Sunghoon mendorong stroller kecil berisi Sunoo yang masih tertidur pulas dengan tangan mungil menggenggam ujung selimut.

“Tempatnya nyaman juga ya,” komentar Jay sembari duduk.

“Iya, gue nemu waktu iseng nyari tempat ngopi sambil bawa Sunoo minggu lalu. Ternyata cocok buat bocil-bocil,” ujar Sunghoon dengan senyum tipis.

Seorang pelayan menghampiri mereka dengan raut wajah terkejut sekaligus gemas.
“Dua bayi? Wah, lucu banget. Ini anak kalian berdua?”

Jay dan Sunghoon menahan tawa.
“Bukan. Ini adik kami masing-masing,” jawab Sunghoon ramah.
“Wah, luar biasa banget kalian. Mau pesan sekarang, kak?”
Jay menjawab, “Aku kopi hitam, satu jus alpukat buat dia… dan tambahin croissant ya.”

My little universeWhere stories live. Discover now