Red String Part 3

Start from the beginning
                                        

"Kenapa berhenti." Laras Ayu langsung protes.

"Pakai jas hujan ya, hujannya makin besar nanti." Raden menstanderkan motornya tanpa menyuruh Laras Ayu turun dari motor.

Laras langsung menggeleng, "Kamu saja, aku mau cepat ke Ayah,"

Raden memperhatikan gadis itu lalu mengehala nafas, dia ambil jas hujan dari dalam tas nya, baju jas hujan itu dia bentangkan lalu dia sampirkan pada bahu Laras.

"Kenapa?" Tanya Laras. Mungkin hanya akan ada pertanyaan kenapa yang muncul dari Laras Ayu hari ini. Kenapa ayahnya meninggal, kenapa begitu cepat pergi, kenapa mereka harus berhenti, kenapa Raden memakaikan nya jas hujan, kenapa hujan? Dan seterusnya.

"Kami tidak mau kamu basah dan sakit," Ungkap Raden, kami yang dimaksud adalah keluarga mereka tentu saja. Laras akhirnya menerima, dia juga tidak punya daya untuk menolak dan berdebat. Dia hanya ingin pemuda itu cepat, dan mengakhiri segala basa basinya, peduli setan dia sakit ketika ayahnya telah berpulang. Namun Laras ayu memilih bungkam bahkan ketika Raden kembali menyampirkan jaket pemuda itu diatas pangkuannya.

"Kamu pasti tidak mau pakai celana nya," Ucap Raden menjelaskan tanpa ditanya.

Laras hanya mengangguk, "Tolong bawa motornya lebih cepat." Sangat cepat.

Raden menaikkan alis, "Tadi kurang kencang?"

Laras langsung mengangguk. Banyak sekali pertanyaan nya Raden ini.

"Laras, saya bukan pembalap." Raden menaiki motor, namun sebelum melaju dia berkata, "Kalau mau lebih cepat kamu harus pegangan sama saya. Bukan modus, saya cuma takut kamu dibawa angin."

Setelah itu Laras memeluk Raden. Kalau dalam kondisi normal dia akan menolak mentah-mentah, namun sekarang dia akan memeluk Raden. Memeluk Raden kencang agar pria itu melaju lebih cepat. Sehingga laras bisa bertemu dengan Ayahnya dengan segera, secepatnya.

Ayah, tunggu Laras pulang Ayah.

***

Suasana rumah kediaman Laras sudah ramai. Banyak keluarga dan tetangga, teman dan juga kolega dari mendiang Ayah Laras. Halaman rumah dipenuhi orang yang berlalu larang membantu proses pemakaman dan sebagainya.

Raden baru memarkikan motor ketika Laras Ayu langsung meloncat dari jok nya.

"Hey, hati-hati." Raden bahkan tidak bisa menahan Laras karena gadis itu sudah berlari kencang kedalam rumahnya. Laras juga sempat menabrak bibi yang membawakan minuman untuk para tamu yang melayat.

"Astaga," Raden menggeleng. Kemudian bergegas turun untuk membantu yang lain. Ketika dia hendak menolong Pakde nya mengangkat air gelas kemasan—pria itu menahannya.

"Tidak usah. Sana kamu masuk kedalam, temui Pakde Rahmat dulu sebelum nanti dimakamkan."

"Nggih Pakde," Raden segera menurut tapi tetap mengangkat satu dus air kemasan dan ditaruh diteras depan. Raden membuka sepatunya, kemudian memasuki rumah yang sudah dipenuhi riuh tangis. Untuk kepergian seseorang sebaik dan seberjasa Pakde Rahmat—Raden tidak heran kenapa banyak orang yang menangisi kepergiaannya.

Para Ibu-Ibu yang mengelapi air mata dan menutup mulutnya dengan jilbab atau dengan selendang segera memberikan ruang untuk lewat kepada Raden, mereka tau Raden masihlah keluarga dari mendiang sehingga mereka mmenyingkir untuk memberinya ruang.

Setelah berhasil berdiri disamping kaki mending Pakde Rahmat, Raden melihat Bukde Ningsih yang masih bersimpuh disamping jasad suaminya. Didekat kepala mendiang, adik-adik Laras meraungkan tangis mereka, terlihat memilukan ketika anak-anak yang masih berseragam sekolah itu memanggil Ayah mereka yang tidak akan membuka mata lagi. Mengejutkannya Laras yang semula disekolah begitu berantakan dan histeris malah menjadi yang paling tenang didepan jasad Pakde Rahman.

Raden mengagumi ketegaran Laras yang dia tampilkan didepan adik-adik dan Ibundanya. Gadis yang beberapa menit lalu begitu rapuh sampai Raden mengira dia bisa tertiup angin—kini sedang mengusap air mata adiknya sambil sesekali mengelusi punggung Ibunya, memberikan kepada mereka ketabahan agar mengiklaskan sang kepala keluarga supaya dia bisa tenang dialam sana.

Laras Ayu sungguh luar biasa, dalam tangis yang dia sembunyikan, Laras Ayu menjadi perisai baru bagi keluarganya. Gadis muda itu yang akan menjadi pelindung keluarga kecilnya itu menggantikan Ayahanda nya. Dan Raden diberikan tugas untuk memastikan bahwa perisai itu tidak retak.

Pakde semoga tenang dialam sana. Doa Raden akan selalu menyertai Pakde, banyak yang mencintai Pakde. Dan Raden akan mengusahakan permintaan terakhir Pakde kepada Raden, akan tetap terjaga.

Janji Raden muda kepada dirinya sendiri didepan jasad Ayahanda Laras. Laras Ayu sejak saat itu menjadi salah satu orang yang akan Raden naungi dan lindungi.

***

"Mas," Ali memanggil Raden yang tengah memberika makan ikan koi miliknya.

"Masuk, Li."

"Ada apa Li?" tanya Raden ketika pemuda yang sering bekerja untuk nya itu terlihat ragu-ragu menyampaikan berita yang dia bawa.

"Anu, Mas Rade..." Ali menggaruk kepalanya, sudah lama dia bekerja pada Raden tapi dia masih tidak terbiasa melihat aura pria itu, Raden membuatnya begitu segan mendekati takut.

"Sebut saja Li. Kenapa takut begitu, saya pernah pukul kamu?"

Ali menggeleng panik padahal jawabannya, "Tidak pernah Mas Raden!"

"Ya sudah, biasa saja kalau begitu,"

Ali menahan ludah dan mengangguk, "Ini tentang Mbak Laras, Mas,"

Raden menaruh pakan ikannya, menaruh atensi kepada Ali yang masih menunduk, "Laras Ayu? Kenapa dia?"

"Itu Mas, ada pria yang datang tadi, dia berniat untuk meminang Mbak Laras,"

Lagi? Sudah berapa pria yang datang untuk meminang Laras Ayu.

"Lalu?" Raden duduk dikursi dekat kolam koi nya, pria itu juga memberikan genture kepada Ali untuk mengikutinya duduk.

"Ali disuruh Mbak Sri untuk sampaikan ke Mas Raden," Lanjut Ali.

Raden menghela nafas. Sejujurnya itu tidak perlu, Raden tidak punya hak untuk mengetahui setiap pria yang datang melamar Laras Ayu. Dia lebih-lebih tidak punya hak untuk bertindak atas lamaran para pria itu, kasarnya itu bukanlah urusan Raden. Tapi selama ini Raden selalu memberikan perlindungan dan perlakuan yang spesial untuk Laras Ayu sejak dulu, sehingga banyak orang yang salah paham dan berpikiran liar. Padahal Raden melakukan itu semata-mata untuk memenuhi tanggungjawabnya sebagai keluarga Laras Ayu, dan sebagai bentuk pemenuhan janji nya kepada mendiang Ayah perempuan tersebut. Siapa yang tau kalau hal tersebut menjadi rumor yang meliar begini. Sampai kalau ada pria yang melamar Laras Ayu mereka akan menyampaikannya kepada Raden juga.

Kalau begitu bagaimana Raden harus bertindak?

The Red StringWhere stories live. Discover now