"Ooh" jawabku singkat sambil segera memilih menu

"Udah pesan belum pak?"

"Belum, nungguin kamu"

"Bapak mau minum atau makan sekalian? Sudah makan malam?"

"Belum"

"Sudah makan siang?" Tanyaku curiga, tiba-tiba teringat tabiat buruknya dalam mengatur jam makan

"Belum," Jawab Pak Deva enteng

Kan.

"Jam makan bapak pasti udah berantakan lagi ya" tebakku,

"Mungkin begitu..." Jawab Pak Deva sambil menopang dagu, aku tau dia sedang menaha tawa. Sengaja sekali memancing kekesalanku

"Ya udah saya pesankan dulu," Aku segera memilih menu melalui website café tanpa bertanya makanan apa yang Pak Deva ingin makan, semua aku yang menentukan

"Makan yang cepet ya pak, setengah jam lagi meeting-nya, bodo amat, bapak harus sudah selesai makan sebelum jam tujuh" ancamku

"Oke siap, tapi sebenarnya meeting nya jam delapan malam kok"

"Loh, kata bapak jam tujuh!!!"

"Sengaja, biar kamu gak telat, lumayan juga bisa ngobrol dulu sejam" Jawab Pak Deva dengan gelak tawanya

Aku memutar mata jengah.

Pak Deva kesurupan apa sih ini, kok lagaknya semakin aneh.

"Kamu kok beberapa minggu di Jakarta, jadi beda banget ya Dev" tanyanya

"Beda apanya?" Tanyaku sambil memainkan ponsel, melihat foto yang dikirim Ambita.

Menu buffet yang ia makan membuatku ingin menyusul Ambita saja, dibanding terjebak dengan Pak Deva disini

"Makin cantik."

"Maksud bapak?" Tanyaku pura-pura tidak tau dan makin membuatku ingin menunduk memperhatikan layar ponsel dibanding melihat Pak Deva didepanku yang masih saja asik menopang dagu sambil memperhatikan aku

"Kamu makin cantik, beda ketika kamu kerja sama saya dulu"

"Iya dong. Sekarang kan gajinya udah cukup buat tampil lebih baik. Dulu kan gaji saya pake makan sehari-hari aja sudah mentok!" sindirku

Pak Deva tertawa, kali ini semakin kencang

"Pacar kamu gak jadi ikut?" Lanjutnya bertanya

"Gak, dia sibuk. Lagian sudah malam, lebih baik waktunya dipakai untuk istirahat"

"Kerjanya apa sih pacarmu Dev?"

"Bisnis," jawabku singkat.

Aku tau sisi menyebalkan Pak Deva yang lain, suka kepo.

"Oiya bisnis? Bisnis apa?" Tanyanya cukup kaget

"Banyak deh, saya sampe gak bisa jabarin satu-satu" jawabku agak sombong, sengaja agar Pak Deva sedikit tahu diri

"Namanya siapa? Harusnya saya gampang dong cari namanya kalo cabang bisnisnya banyak"

"Ya karena gampang dicari makanya saya gak ngasi tau bapak. Nanti bapak ngelakuin hal aneh-aneh lagi"

"Gak lah emang saya bisa ngapain. Terus, kalau pacarmu udah tajir begitu kok kamu masih kerja?"

"Ya yang tajir kan pacar saya, saya sendiri ya miskin makanya harus kerja"

"Kata kamu, kalian bentar lagi nikah ya? Berarti nanti setelah nikah, kamu gak kerja lagi?"

"Mungkin begitu..."

Jyo : On My Own (END) Where stories live. Discover now