Part 7 (Part of me that I can't hide)
"Yakin pakai dress ini? Gak mau nyoba tampil lebih glamour?" Tanya Kak Rania, setelah ia masuk ke dalam kamarku
"Gak perlu lah kak, acara perusahaan juga, agak-agak formal begini menurutku lebih cocok" Jawabku sambil fokus berkaca, memperhatikan punggungku yang terbuka setengah, I love my back. Salah satu hal yang aku banggakan dari tubuhku adalah bagian bahu dan punggungku. Perfect.
Kak Rania mengangguk-ngangguk, sambil ikut juga memperhatikan penampilanku
Sebenarnya kak Rania juga memiliki tubuh yang luar biasa, walaupun dua kali melahirkan, tubuhnya tetap terukir indah seperti gitar spanyol. Aku dulu sering memergoki Kak Gandhi terus-terusan memperhatikan Kak Rania, dan suatu ketika Kak Gandhi pernah berbisik padaku,
Badan Rania kok bisa enak diliat terus-terusan gitu ya Jyo, mana cantik banget lagi.
Itu yang sering aku dengar dari Kak Gandhi, sampai aku bosan mendengarnya
"Udah cantik kok Ji, udah deh segitu aja ngacanya"
Kak Rania kemudian membantuku memasangkan anting dan kalungku,
"Selera kamu emang bagus banget deh, kakak jadi paham kenapa kamu ngotot banget pengen buat brand sendiri. Ini dapet hidden gem dari mana lagi? Berliannya keliatan klasik tapi tetep cantik"
"Ya kan kak? Bagus banget kan? Kakak pasti kaget kalo aku bilang aku nemu ini di Jogja, ada orang jual perhiasan warisan keluarga. Aku dikenalin sama kenalan mama"
"Wah seriusan? Ini bagus banget sih, dress kamu simpel, tapi pakai kalung ini, kesan elegannya nambah banget"
"Thankyou Kak Ran. Tapi pakai ini, aku keliatan mencolok gak? Males banget kalo jadi pusat perhatian"
"Gak sih, kamu akan keliatan average aja, alias gak keliatan malu-maluin" Kami berdua kemudian tertawa
Cukuplah. Setidaknya aku masih terlihat 'pantas' menghadiri pesta itu
Aku kemudian mengambil salah satu koleksi tasku di lemari, keluaran lama Oscar De La Renta
...
Pesta perusahaan adalah iniasi dari opa-ku, umur opa sudah menyentuh akhir 70-an. Ia sudah tidak mengambil peran apapun dalam perusahaan keluarga, semua sudah diambil alih sepenuhnya oleh papa, Kak Gandhi dan Om Raka. Namun, hari ulang tahun opa adalah salah satu hari yang harus dirayakan bagi petinggi perusahaan
Seperti yang sudah aku rencanakan, walaupun aku ikut ketika kami sekeluarga naik ke podium ketika opa meniup lilin, aku sedikit menepi, berada di ujung, disebelah Kak Rania. Sebelum Gopa yang berdiri paling ujung, Shanka ada dideretan tengah, di belakang Kak Gandhi. Urutan ini menunjukkan bagaimana tahta warisan ini akan diturunkan...
Mama sempat menatapku dan Gopa kesal, Aku tetap kekeuh ingin tidak terlihat, Gopa juga kekeuh agar tidak di notice oleh orang-orang. Kami berdua memang yang paling bandel.
Acara inti ulang tahun opa sudah selesai, dilanjutkan dengan pemaparan segala bentuk pencapaian perusahaan di tahun ini, yang sebenarnya menurutku pemaparan bisnis seperti ini harusnya tidak perlu dilakukan diacara santai begini. Ini sama saja dengan diskusi bisnis. Dan yang lebih menyedihkan, presentasi semua lini bisnis berlangsung satu setengah jam sendiri.
"Kak Ran, kenapa tiap tahun begini ya" bisiku pada Kak Rania yang duduk disebelahku, fokus menatap ke arah podium, karena Kak Gandhi sedang memberikan sepatah dua patah kata disana
"Udah Ji, nikmati aja, namanya juga acara perusahaan" Kak Rania meminta pemakluman
"Aku balik duluan ya" aku bersiap beranjak pergi
YOU ARE READING
Jyo : On My Own (END)
RandomAku, Jyoti Devinee Gamaranti Pramoedya. Sedang bersembunyi. Sedang berusaha berdiri di atas kakiku sendiri. Karena hidupku, adalah tentang aku dan apa yang aku lakukan. Bukan tentang nama besar keluargaku.
