Prolog: A threads

3 2 1
                                        

"Kalian ngerasa mimpi kita terkoneksi satu sama lain gak sih?" suara Astraea memecah keheningan.

Elara mengangguk cepat. "Ihh iya lagi!! Gue ngerasa kayak ada pola yang ngebuat kita terhubung di mimpi gitu."

Ravenna menarik napas dalam lalu menghembuskan nya, menatap secangkir kopinya yang mulai dingin. "Saya tidak yakin. Mimpi hanyalah khayalan"

"Tapi ini bukan mimpi biasa! Ada sesuatu yang janggal, Ravie," ujar Astraea lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi, menunjukkan nada kekhwatiran.

Elara menggigit bibirnya, mencoba menyusun kata-kata yang tepat untuk meyakinkan sahabatnya. "Ven, sadar please. Lo ga ngeliat di sekitar lo apa? Lo ga ngerasa ada yang beda?"

Ravenna memandang sekeliling dengan hati-hati. Matanya menyusuri kantin yang perlahan mulai sepi, hanya tersisa beberapa mahasiswa yang masih tenggelam dalam buku atau layar laptop mereka. "Saya juga tidak yakin," katanya, meski nada suaranya sedikit goyah.

"Kita ngelihat hal yang sama, Ravie. Itu bukan cuman kebetulan doang," lanjut Astraea, menambahkan tekanan pada kata-katanya.

Elara mengangguk, tatapan matanya penuh keyakinan. "Kita harus nyari tahu apa yang sebenarnya terjadi!"

Ravenna akhirnya menyerah, dia mengangguk pelan. "Baiklah, ayo selidiki lebih dalam."

Mind's Playground Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon