"Sttt!! Jangan kemana-mana! Liat tuh, mama udah liatin kamu dari tadi!"
Aku melihat ke arah Kak Rania menunjuk. Di seberang kami, mama yang duduk disebelah papa, mengisyaratkan aku untuk duduk kembali, dengan wajah super kesalnya
"Mama udah mantau kamu dari tadi, jangan bandel dulu lah. Mama bisa ngamuk lagi nanti," Saran Kak Rania
"Ck, emang Gopa kemana?" Tanyaku, aku mencari keponakan seperjuanganku
"Itu, duduk di belakang kakaknya"
Shanka dan Gopa duduk di belakang meja papa dan mama. Gopa duduk paling pojok. Ia berhasil menyembunyikan dirinya di belakang Shanka,
"Tuh Gopa aja nurut Ji, masa kamu kalah sih sama dia. Ayo duduk, tunggu acara sampai selesai"
Aku menurut, dan duduk kembali. Sejenak aku mengangguk ke arah mama, mengisyaratkan aku tidak akan membantah
Mama menatapku layu, seperti... kecewa mungkin
...
Acara selesai nyaris jam dua belas malam, Kak Rania sudah kembali dengan Kak Gandhi dan kedua keponakanku dengan mobil sendiri. Aku, ikut papa, mama dan opa untuk kembali ke rumah
"Jyoti! Mama papa mau bicara, jangan masuk kamar dulu! Duduk!" Mama bertitah setelah memastikan opa kembali ke kamarnya dan beristirahat
Aku menghentikan langkah menuju lift dan melipat bibir khawatir, mendengar suara mama meninggi
"Ayo duduk cepat!!" Mama kembali memperingatkan, ia dan papa sudah duduk duluan, keduanya melipat tangan didada
Aku duduk sambil menunduk dengan takut
"..."
"Mama gak ngerti ya Jyoti, sampai kapan kamu mau main kucing-kucingan seperti ini. Tapi mama pikir ini sudah kelewatan, kamu seperti tidak menghargai acara opa. Kamu berhasil membuat orang-orang perusahaan berpikir yang enggak-enggak tentang keluarga kita. Opa kecewa sama kamu!"
"Ma, aku kan udah bilang ak..."
"Apa? Gak suka dilihat sama orang-rang?!" Mama semakin meninggikan suaranya
"Jyoti, dulu kamu gak separah ini, mama masih bisa maklum. Tapi ini udah kelewatan, asal kamu tau, opa berharap kamu ada disebelah dia selama acara, tapi kamu menjauh di belakang Rania. Kamu hari ini bahkan gak menyapa opa sama sekali! Dan tadi apa? Kamu mau kabur gitu aja, kamu gak mikirin perasaan opa-mu ha?!"
"Udah gak sayang kamu sama opa?"
"..."
Aku terdiam,
"Kalau begini terus, mama papa gak izinin kamu balik ke Semarang! Udah selesai kamu sembunyi,"
Mama pergi begitu saja, aku dapat pastikan ia masih marah dengan caranya menutup pintu kamar
Blarrr!!!
"..."
Papa masih duduk dihadapanku yang tertunduk, ia masih melipat tangan di dada
"Jarang kan, lihat mama marah?" Tanyanya
Aku mengangguk kecil,
"Papa kali ini gak bisa belain kamu, karena papa setuju dengan mama. Kamu dulu anak yang sopan Jyo, peduli keluarga. Tapi papa pikir, dua tahun belakangan, setelah kamu hidup sendiri, kok banyak yang berubah? Papa udah percaya kamu, papa setuju kamu tanpa pemantauan disana, tapi kalau kamu begini terus, papa juga jadi khawatir"
"Kamu kenapa sih dek?"
"Ada yang buat kamu gak nyaman di rumah?"
Aku menggeleng,
"Papa mama ada salah ya?"
Aku menggeleng lagi,
"Ada yang gak kamu ceritain ke papa mama?"
Aku kembali menggeleng
Papa menghela napas,
"Kerjaan disana gimana? Lancar?"
"Lancar pa,"
"Suka kerja disana?"
"..."
Aku menggeleng,
"Oke, pindah aja mau gak? Papa bisa cariin kamu perusahaan serupa yang lebih bagus"
Aku menggeleng,
Papa memijat kening.
"Aku gak suka kerja disana pa, tapi aku belum mau keluar. Aku berusaha menghadapi kesulitan disana, dan ternyata aku bisa..." ucapku berbinar, dan dengan lancangnya aku tersenyum ke arah papa yang frustasi
...
YOU ARE READING
Jyo : On My Own (END)
RandomAku, Jyoti Devinee Gamaranti Pramoedya. Sedang bersembunyi. Sedang berusaha berdiri di atas kakiku sendiri. Karena hidupku, adalah tentang aku dan apa yang aku lakukan. Bukan tentang nama besar keluargaku.
Part of me that I can't hide
Start from the beginning
