PART 10 - Hospital

6.2K 302 1
                                    

Perutnya terasa mual. Entah sampai kapan rasa sakit ini akan hilang. Kate belum juga pulang.

Alex sudah kembali ke apartemennya. Annie sangat menyesal mengapa ia mengusir lelaki itu tadi. Keningnya berkerut, merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Matanya membelalak lebar walaupun pandangannya masih terasa sangat gelap.

Annie berusaha meraih cangkir di hadapannya. Bahkan menopang tubuhnya di kursi saja rasanya tidak sanggup. Tangan kirinya menekan kursi. Akhirnya Annie berusaha meraih cangkir.

Namun tidak lama, jari-jarinya sudah tidak sanggup lagi.

Praangg!

**

Alex melengos sambil menahan rasa penasaran yang memuncak di ubun-ubunnya. Ia harus tahu siapa lelaki hitam itu.

Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menyusuri koridor. Namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara cangkir yang jatuh.

Pikirannya langsung tertuju pada Annie. Dengan cepat, Alex kembali ke apartemen Annie sambil sesekali melihat jejak lelaki itu di sudut koridor.

"Annie!"

Alex meraih tubuh Annie yang dingin dan lemas. Ia tidak sadarkan diri. Telapak kakinya terluka terkena pecahan cangkir.

"Apa yang terjadi padamu, Annie!"

Alex merengkuh Annie dalam pelukan, sesekali mencium keningnya yang basah karena keringat.

Alex mengangkat tubuh Annie dan menggendongnya ke kamar, meletakkannya dengan hati-hati di ranjang. Darah di kakinya tidak berhenti mengalir.

Alex mengacak-acak lemari Annie dan mengambil sebuah handuk, berusaha menghambat aliran darah. Pecahan beling ternyata masih tertancap di telapak kakinya.

Tidak sanggup mengatasinya, Alex bergegas membawa gadis yang ia cintai itu ke rumah sakit terdekat.

**

"Minggir-minggir!"

Alex berteriak pada pasien rumah sakit yang berdiri di sepanjang koridor UGD. Darah Annie sudah sedikit berkurang walaupun masih mengalir.

"Dokter! Suster! Tolong selamatkan dia, dok! Cepat! Ia tidak sadarkan diri. Darahnya tidak berhenti mengalir. Tolong tangani kekasih saya dulu, dok. Saya tidak mau terjadi apa-apa..."

Dokter muda itu langsung membungkam mulut Alex dengan sambaran yang cepat. "Dia hanya terluka, tuan. Tidak ada yang perlu dicemaskan."

"Tapi dia tidak sadarkan diri. Ini sudah kali ke berapa dia seperti itu. Saya mohon dengan sangat..."

Ucapannya kembali dipotong oleh suster cantik yang menemani dokter muda itu. Suster itu segera menutup gorden dengan cepat, meninggalkan tatapan mata Alex yang membelalak hampir keluar.

Ales mendengus. "Baiklah..."

Alex menunggu di luar, berusaha menikmati kondisi pasien di sekitarnya. Menikmati? Bagaimana bisa menikmati orang-orang yang menangis lalu meronta-ronta meminta nyawa orang kembali lagi.

Alex menunggu tidak lama. Suster itu membuka gorden dengan sangat pelan.

"Kami sudah menangani lukanya. Dan..."

Alex langsung memotong, "Apa ia sudah sadarkan diri?"

Dokter mendengus kesal. "Mohon tuan, dengarkan dulu. Kekasihmu baik-baik saja. Ia hanya kelelahan dan akhir-akhir ini mengalami shock berat. Tolong, saya pesankan jangan sampai membuatnya tak sadarkan diri seperti ini lagi. Tekanan darahnya sangat rendah."

She's MineWhere stories live. Discover now