PART 3 - Unknown Number

12K 494 1
                                    

Alex menyenderkan tubuhnya ke pinggir tempat tidur sambil sesekali memandangi foto ibunya. Ia merindukannya. Tapi setiap kali ia mengingat sosok sang ibu, bayangan ayahnya pasti selalu mengganggu pikirannya. Kepergian Alex dua tahun yang lalu dari rumahlah yang menjadi alasannya mengapa ia membenci ayahnya. Ibunya sudah tidak ada lagi menemaninya. Ibunya telah tiada. Alex selalu mengutuk ayahnya saat mengingat betapa tega ayahnya meninggalkan ibu yang tengah menderita karena kanker yang menggerogoti seluruh tubuhnya. Ya, ayahnya berselingkuh dengan wanita lain saat detik-detik kepergian ibunya, membuatnya tidak sanggup memaafkan ayahnya sendiri. Dan Hans... dia benar-benar tidak tahu bagaimana kabar saudara kembarnya itu. Yang ia tahu hanya Hans sudah meneruskan bisnis ayahnya.

Tiba-tiba ponsel Alex berdering, membuatnya bangkit dari sofa.

Unknown number.

Dengan ragu ia mengangkatnya, dan tiba-tiba kaget mendengar suara gadis dari ponselnya.

"Hai Alex." sapanya.

Sepertinya ia tahu ini suara siapa. Siapa lagi kalau bukan gadis menyebalkan itu.

"Apa?" jawab Alex ketus.

"Sepertinya kau sudah tahu siapa aku." Annie menjawab dengan sangat santai, membuat Alex mendengus.

"Kau tau dari mana nomorku?"

"Aku mengambil data perpustakaan diam-diam. Hmm... apa kau benar-benar tahu siapa aku, Alex?"

"Siapa lagi kalau bukan si sepatu butut!"

"Apa kau bilang? Berhenti mengejek sepatuku! Lagipula aku merasa sangat nyaman dengan sepatu itu." Annie diam sejenak, lalu melanjutkan. "Mengapa jadi membicarakan sepatuku. Ya sudah, aku hanya ingin bertanya padamu lagi bagaimana kabar..."

Belum sempat Annie menyelesaikan kalimatnya, Alex sudah memotongnya. "Aku sudah bilang kan, aku tidak tahu apa-apa mengenai Hans. Aku sudah tidak tinggal bersamanya."

"Apa? Mengapa? Kau melarikan diri?"

"Ya."

"Kau ini sungguh menyebalkan, tidak asik diajak bicara."

Annie memutuskan panggilannya. Alex menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan gadis itu.

Tapi tak lama kemudian, Annie kembali menghubunginya.

"Ada apa lagi, Anniiiieee? Sudahlah, kuceritakan besok saja. Kau kan sudah bilang ingin menemuiku setiap hari."

Sial. Mengapa Alex berbicara seperti itu seolah-seolah dia ingin menerima gadis itu untuk mendatanginya setiap hari.

"Hmm... baiklah."

Alex tenang mendengar gadis ini sudah sedikit jinak. Tapi ia heran juga mengapa Annie terdiam lama di ponselnya. Kira-kira lima detik kemudian, akhirnya ia mendengar Annie kembali bicara.

"Oke. Sampai jumpa besok." Annie memutuskan panggilan.

Alex mengacak-acak rambutnya kesal sambil memandangi ponselnya. Gadis itu sungguh membuatnya tidak tenang. Tiba-tiba terlintas di pikirannya kejadian sepatu butut yang mendarat di punggungnya. Penampilan Annie dengan celana jeans dan kemeja lipatnya sungguh membuatnya terlihat... menarik. Ah! Mengapa dia tiba-tiba memikirkan hal itu. Jelas-jelas Annie sangat mengganggunya akhir-akhir ini. Tapi sejujurnya memang menarik. Lebih tepatnya semakin membuatnya penasaran.

**

"Mengapa kau senyum-senyum sendiri, An?" tanya Kate yang duduk di depan cermin memandangi pantulan gerak-gerik Annie.

Kate yang terkejut karena masih melihat sahabatnya itu tersenyum sumringah sendiri membalikkan tubuhnya menghadap Annie.

"Kau memang sudah gila padanya."

"Aku hanya menanyakan kabar Hans."

"Lalu ada apa dengan senyum manismu itu sayang?" tanya Kate heran, kedua alisnya naik.

Annie tidak menjawab pertanyaan Kate. Senyumnya makin melebar dan dengan cepat ia menganbil bantal Garfield kesayangannya untuk menutupi wajahnya.

"Baiklah, kau sudah menyukai Alex."

Annie melepaskan dekapannya pada bantal dan menampakkan wajah yang cemberut pada Kate. "Tidak mungkin, Kate! Aku hanya..."

"Hanya apa? Hanya senang? Bahagia? Aku sangat mengenalmu, An. Sama seperti ketika Hans menghubungimu." Kate diam sejenak, lalu melanjutkan. "Tapi ini kan kau yang menghubunginya. Ini lebih parah. Kau memang sudah menyukainya, jangan membantah omonganku."

"Aku hanya..." Annie menggigit bibirnya. "...aku tidak tahu apa yang terjadi padaku Kate!" akhirnya Annie mengalah, mengakui ada yang salah dengan dirinya.

Kate hanya bisa menggeleng melihat tingkah Annie yang masih senyum-senyum sendiri dan tiba-tiba membuatnya merasa jijik melihat Annie.

"Baru pertama kali ini aku melihatmu menghubungi seorang pria."

Annie semakin membenamkan kepalanya di balik bantal, memikirkan sendiri apa yang salah dengan dirinya sejak bertemu Alex. Ia mengingat kembali saat jari telunjuk Alex hampir mengenai hidungnya, membuatnya mau tidak mau menatap Alex dengan sangat jelas. Tampan sekali. Bahkan lebih tampan dari Hans. Matanya yang berwarna cokelat seakan-akan tidak mau mengalihkan pandangan Annie saat itu.

Apa yang terjadi denganmu Annie? Annie bergumam sendiri, lalu memejamkan matanya. Semoga malam ini ia tidak memimpikan Alex. Jika ya, maka Kate benar. Ada yang salah dengan dirinya.

She's MineUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum