Cinta memang butuh pengorbanan, tapi keikhlasan terasa lebih menenangkan di saat cinta itu tak terbalaskan.
***
"Kamu dan Ayana akan segera melangsungkan pertunangan."
Hanya satu kalimat, tapi berhasil membuat Hazel terkejut luar biasa. Dia menatap sang ayah yang duduk di hadapannya dengan ekspresi tenang, seolah-olah tak merasa bersalah atas apa yang baru saja dikatakannya tanpa pertimbangan.
"Pa, saya bahkan belum setuju, tapi Papa langsung kasih keputusan. Ini nggak adil namanya." Hazel menolak. Kalau tahu akan begini ujungnya, dia tak akan mau pulang ke rumah orang tuanya. Lebih baik dia menghabiskan waktu bersama Irish yang jelas-jelas tak akan semakin membebani pikirannya.
"Mau atau tidak, kamu tidak punya pilihan selain setuju, Zel. Nanti papa akan mendiskusikan kapan tanggal yang baik untuk dilaksanakannya acara kalian."
Hazel berdecih. Selalu begitu. Ayahnya tak menerima yang namanya penolakan. Suka mengambil keputusan sendiri tanpa menanyakan kepadanya terlebih dahulu. Hazel bahkan pernah berpikir kalau ayahnya memiliki anak hanya untuk dijadikan robot yang patuh kepada pemiliknya. Dia benar-benar tak bisa diberikan kesempatan untuk berpendapat. Hazel melirik sang ibu yang hanya duduk diam di sebelah suaminya. Raut perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia itu tampak pasrah, barangkali sudah paham dengan tabiat suaminya yang begitu arogan.
"Kenapa, sih, Pa? Papa selalu egois kayak gini? Mungkin bagi Papa ini adalah keputusan terbaik, tapi enggak untuk saya."
"Papa tahu kalau ini yang terbaik karena papa adalah papa kamu. Suatu saat kamu pasti akan berterima kasih kepada papa."
Hazel menunduk sebentar, sementara kedua tangannya sudah terkepal erat di atas paha. Sejujurnya, bisa dibilang kalau dia merupakan orang yang tidak mudah emosi, bahkan dia tipikal pribadi yang cukup santai dalam menghadapi masalah apa pun itu, tapi kali ini tidak lagi. Ayahnya sudah ikut campur ke dalam kehidupannya terlalu dalam. Dia tidak ingin terus-menerus berada di bawah kontrol sang ayah. Ini menyangkut masa depannya. Masa depan yang ingin dia habiskan bersama dengan Irish, pilihannya sendiri.
"Saya nggak akan bertunangan dengan Ayana." Hazel mendongak, menatap orang-orang yang berada di ruang tamu megah di rumah orang tuanya. Ada beberapa keluarga yang bertempat tinggal cukup jauh dan ... Ayana. Mereka semua hanya diam, menjadi penonton perdebatan antara ayah-anak itu. Acara pernikahan Alam dan istrinya baru saja selesai. Mereka baru berbahagia atas kedua mempelai, tapi ayahnya sudah merusak itu semua. Kenapa bukan di hari lain? Setidaknya biarkan keluarga lain beristirahat sebentar.
"Kenapa enggak? Apa yang kurang dari Ayana? Perempuan itu merupakan kandidat yang pas untuk kamu, Zel. Banyak yang mengantre untuk menjadi pasangan dia."
"Tapi orangnya bukan saya, Pa. Yang jelas saya tidak mau bertunangan apalagi menikah dengan Ayana." Hazel berucap dengan tegas, tak peduli kalau Ayana akan sakit hati. Dia memang harus berani menentang apa pun yang ayahnya katakan selagi dirasa salah. Hazel sudah dewasa, tentu dia tahu mana yang baik dan buruk.
Ayahnya menggeleng keras, tak setuju dengan penolakan Hazel. Anaknya itu selalu menurutinya. Namun, entah apa yang terjadi hingga Hazel menjadi pemberontak begini.
"Sebenarnya, apa yang ingin kamu cari lagi, Zel? Kamu seperti bukan Hazel yang papa kenal. Semenjak kembali ke Indonesia, kamu terlalu banyak berubah." Ayah Hazel terdiam sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu. "Apa ini ada hubungannya dengan kepergian kamu secara tiba-tiba di tengah pesta tadi?"
"Iya." Dengan mantap Hazel menjawab. Toh, untuk apa disembunyikan? Irish bukan aib. Dan memang sudah seharusnya ayahnya tahu mengenai Irish, bukan?
"Siapa? Siapa yang membuat kamu begini?" Sang ayah tampak emosi, barangkali tak menyangka kalau anaknya akan berubah hanya karena seorang perempuan.
YOU ARE READING
Missing Variable (END)
RomanceIrish sangat menentang kisah lama yang terulang kembali. Menjalin hubungan dengan mantan adalah salah satu hal yang harus dihindari, dan dia akan selalu melarikan diri dari manusia bernama mantan itu. Namun, siapa sangka. Gangguan dari pria yang pe...
