“Apa, sih?” tanya Irish, risi.
Hazel menghela napas. “Kalau pake baju itu yang sopan dikit, Rish. Masih mending aku yang datang ke sini, kalau orang lain, laki-laki pula, gimana?”
“Hah?” Irish menunduk, menatap penampilannya sebelum memekik kecil dan langsung berlari ke dalam untuk mengambil apa pun yang bisa dia gunakan untuk menutupi bagian bawahnya. Astaga, dia lupa kalau sedang memakai celana yang panjangnya hanya sedikit di bawah bokong. Walaupun tertutup kaus polos kebesaran berwarna putih, tapi tetap saja menerawang lantaran bahannya yang tipis.
Setelah menutupinya dengan handuk biru motif doraemon yang dia ambil dari kamar, Irish kembali menemui Hazel. "Jadi, ngapain kamu ke sini? Kalau kamu lupa, kita udah nggak ada urusan lagi."
Hazel menenggelamkan tangannya di saku celana. "Kalau kamu lupa juga, kamu masih ada utang sama aku."
Mata Irish sontak melebar sempurna. "Utang apaan? Kamu ngigo? Daripada ngomong yang aneh-aneh, mending kamu pergi. Aku nggak menerima tamu. Hush hush!" Tangan Irish melambai-lambai, seperti mengusir ayam. Namun, Hazel tak juga beranjak dari posisinya. Pria itu justru menatap Irish aneh.
"Tumpangan kemarin nggak gratis, Rish. Baju aku yang basah gara-gara air mata kamu juga ada bayarannya."
Pergerakan Irish langsung terhenti. Dia terbengong dengan bibir yang terbuka. Speechless. Pria itu benar-benar di luar dugaan Irish. "Oh, jadi kamu pamrih? Nggak ikhlas? Mau morotin aku? Berapa, sih, harga tumpangan sama baju kamu sampe-sampe kamu cari aku kayak penagih utang?" tanya Irish, bersikap seolah-olah yang punya banyak uang saja.
Padahal, kenyataannya Irish pun bingung harus membayarnya dengan apa. Tidak mungkin, kan, dia pergi ke rumah sebelah dan meminjam uang kepada Mauve? Cari masalah itu namanya!
By the way, kira-kira Mauve sudah pergi ke PinKafe atau belum, ya? Mata Irish spontan melirik ke arah rumah sebelah. Jaga-jaga kalau nanti ada sosok perempuan yang muncul dari balik pintu.
"Aku nggak minta uang kamu."
Irish berpaling. "Maksud kamu? Terus kamu mau minta apa?"
Senyum miring terbit di sudut-sudut bibir Hazel, membuat perasaan Irish tiba-tiba tidak enak. Dia punya firasat buruk.
"Temani aku sarapan."
Tuh, kan!
"Kamu udah gi—" Ucapan Irish terputus lantaran terdengar suara derit pintu disertai orang berbicara dari arah rumah Mauve.
Warning satu!
Tanpa tedeng aling-aling, Irish menarik Hazel menuju mobil pria itu yang berjarak tidak jauh dari tempat mereka berdiri lalu menyuruhnya masuk. Irish sendiri tidak paham dengan spontanitas tubuhnya yang malah membawa mereka bersembunyi di dalam kendaraan beroda empat tersebut.
"Nunduk, Zel!" Irish menekan kepala Hazel ke bawah, sedangkan dia sedikit melongok, melihat situasi. Tampak Mauve keluar dari rumahnya sambil menelepon. Sepertinya perempuan itu hendak pergi ke PinKafe, terlihat dari penampilannya yang rapi.
Irish seketika menunduk saat Mauve menoleh ke arah mobil Hazel. Mata Mauve menyipit curiga—barangkali merasa aneh dengan keberadaan mobil asing di halaman rumah sahabatnya. Dalam hati, Irish berdoa agar Mauve tidak menghampiri mereka.
"Rish." Mendengar suara bisikan dari sebelahnya, Irish hanya menatapnya sekilas seraya meletakkan jari telunjuk di bibir, menyuruh Hazel untuk diam.
"Irish." Hanya saja, Hazel tidak menurut, membuat Irish menyahut ketus. "Kenapa?"
"Kita sebenarnya ngapain?"
Irish ingin sekali meremas wajah Hazel. Pertanyaan macam apa itu? Sudah jelas-jelas mereka sedang bersembunyi.
"Jangan sampe aku plester mulut kamu, ya, Zel."
"Bukan gitu, Rish. Maksud aku, kenapa kita sembunyi-sembunyi kayak gini? For your information aja, kaca mobil aku gelap kalau dilihat dari luar."
Tahu apa yang ingin Irish lakukan sekarang? Melempar Hazel ke Samudera Atlantik.
***
Haiii!!! Malam Minggu kalian ngapain nih??? Kalau aku sih, nulis lanjutan cerita sebelah, ya. Sekalian revisian xixixixi.
Sooo, untuk menemani malam Minggu kalian, aku update Mbak Irish dan Mas Hazel, nih. Semoga kalian suka!
By the way, aku bakal double chapter.
See u!
Bali, 03 Agustus 2024
YOU ARE READING
Missing Variable (END)
RomanceIrish sangat menentang kisah lama yang terulang kembali. Menjalin hubungan dengan mantan adalah salah satu hal yang harus dihindari, dan dia akan selalu melarikan diri dari manusia bernama mantan itu. Namun, siapa sangka. Gangguan dari pria yang pe...
4. Hello Mellow
Start from the beginning
